Ketidakadilan Iklim dan Menguatnya “Climate Apartheid”

Climate Apartheid adalah sebuah pengkastaan manusia berdasarkan bagaimana mereka mampu menyelamatkan diri dari berbagai malapetaka kerusakan iklim. Batas air laut naik? Banjir? Konglomerat bisa memindahkan keluarga dan tempat tinggal mereka tanpa pikir panjang. Kekeringan berkepanjangan? Konglomerat tinggal membeli dan menimbun air bersih banyak-banyak untuk mereka sendiri. Ancaman kebakaran? Mereka bisa saja mempekerjakan tim pemadam pribadi. Harga pangan naik? Bisa jadi mereka malah meraup keuntungan karena turut memiliki usaha di bidang pangan.

Pada potensi skenario Climate Apartheid ini, tentu saja para konglomerat perusak bumi tidak akan begitu peduli pada perubahan iklim, karena mereka merasa mampu menghindari konsekuensi-konsekuensinya. Sementara rakyat biasa yang hanya menyumbang sedikit emisi karbon, justru yang akan paling menderita akibat eksploitasi alam mereka.

Lalu bagaimana dengan pemerintah dan para pemimpin negara? Kurang lebih, bisa dibilang impoten. Politisi disponsori partai dan partai disponsori pengusaha, bahkan tak jarang juga pengusahalah yang turun sekalian menjadi politisi. Lingkaran setan kerja sama dalam keserakahan. Bahkan tidak hanya impoten, pemimpin negara justru bisa jadi pencetus malapetaka bagi alam.

Tidak jauh berbeda dengan negara, lembaga-lembaga lain yang memiliki pengaruh dan massa yang kuat juga tidak jauh berbeda. Lembaga agama, partai politik, organisasi masyarakat pun tidak mampu berbuat banyak. Mereka lebih memilih posisi aman untuk terus menjaga hubungan baik dengan penguasa dan pengusaha bahkan cenderung berlomba-lomba untuk mengakses berbagai bantuan dan dana CSR (Corporate Social Responsibility) tanpa memiliki rasa kritis terkait dampak yang ditimbulkan.

Berbagai bencana alam yang terjadi sudah merenggut banyak korban dan mayoritas korbannya adalah masyarakat miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk menyelamatkan diri dari bencana yang terjadi. Padahal kalau dilihat dari penyebab terjadinya bencana alam sepertinya kerakusan dan ketamakan manusia adalah penyebab utama terjadinya bencana. Banjir yang disebabkan meningkatnya laju deforestasi, kekeringan yang disebabkan pemasan global, naiknya suhu bumi akibat proses industrialisasi, hujan es dan angin puting beliung akibat perubahan iklim dan berbagai ancaman lainnya menjadi ancaman serius keberlanjutan ruang hidup masyarakat.

Climate apartheid yang disebabkan ketidakadilan iklim menjadi salah satu persoalan terbesar kemanusiaan di abad ini. Namun sialnya tidak banyak yang memberi perhatian serius untuk menghentikan kegilaan ini. Deru mesin industri penghasil emisi karbon semakin kuat, laju deforestasi masih sulit ditekan, penggunaan energi baru dan terbarukan masih jalan ditempat dan berbagai aktifitas pemicu pemanasan global lainnya terus meningkat untuk mengejar produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Padahal pernahkah kita menghitung berapa banyak potensi pendapatan yang hilang akibat resiko iklim dan bencana.

Pertumbuhan ekonomi berbasis industrialisasi dianggap tidak lagi ideal tanpa mempertimbangkan keselamatan lingkungan dan alam. Agresifitas pembangunan sejak dimulainya era industri yang mengesampingkan keseimbangan alam dianggap pemicu utama terjadinya berbagai bencana. Kenaikan suhu bumi diatas 2 derajat celcius akibat pemanasan global merupakan dosa besar di era industri yang harus segera dihentikan.

Ketidakadilan iklim harus direspon dengan langkah adaptasi dan mitigasi. Masyarakat miskin seperti petani, nelayan, masyarakat tepi pantai yang menjadi penerima resiko terbesar harus ditingkatkan ketangguhannya agar mampu beradaptasi sebagai upaya pengurangan resiko karena sekarang resiko itu tidak bisa lagi dihindari. Disisi yang lain mereka para penghasil emisi karbon terbesar harus berkomitmen untuk mengurangi semua aktifitas yang memproduksi gas emisi karbon sehingga kenaikan suhu bumi bisa ditekan.

Hal itu harusnya menjadi komitmen kita bersama untuk menekan jurang disparitas climate apatheid yang sangat mengkuatirkan. Keadilan iklim adalah cita-cita global agar dunia semakin baik dimasa yang akan datang dan reskio iklim dan bencana bisa diminimalisir untuk keberlanjutan hidup generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

One world, One Climate, One futute. Together For Climate Justice

Menjalin Kerja Sama Dengan Desa Sirata Melalui Program Pemberdayaan Pertanian Selaras Alam

Agar pembangunan desa bisa berjalan dengan baik dan menghasilkan maka pembangunan desa itu harus terencana, terkoordinasi, berbatas waktu, dan sesuai dengan kondisi khas masyarakat dan wilayah desa yang bersangkutan. Selain itu pelaksanaan pembangunan desa melibatkan peran aktif masyarakat, perangkat desa, lembaga-lembaga desa, lembaga di tingkat kecamatan dan kabupaten (lembaga supra desa), dan lain-lain.

Dokumen RPJM Desa menjadi penting sebagai alat bantu dalam memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan desa, agar arahnya tidak melenceng dari garis-garis yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembangunan desa itu sendiri sebagaimana Permendagri No.114/2014 Pasal 7 Ayat 3 yang mengatur tahapan penyusunan RPJM Desa maka setiap desa yang baru meyelenggarakan pilkades wajib menyusun RPJM Desa yang kan menjadi acuan pembangunan 6 tahun kedepan.

Alur penyususnan RPJM Desa :

1. Pembentukan Tim Penyusun RPJMDesa.

2. Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota.

3. Pengkajian keadaan desa.

4. Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawarah desa

5. Penyusunan rancangan RPJMDesa.

6. Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musrenbangdesa.

7. Penetapan RPJM Desa.

14 Februari 2022 menjadi kesempatan yang sangat berharga bagi Petrasa diminta untuk memfasilitasi penyususnan RPJM Desa sirata bersama dengan kepala Desa bapak Maruasas Purba dan sekretaris Desa dan juga Ketua Tim 9 penyususnan RPJM Desa Sirata bapak Rinto Manullang beserta aparatur desa .kita banyak berdiskusi berbabagai ususlan program terutama program pertanian,peternakan ,pemberdayaan terhadap perempuan dan lembaga Desa lainnya seperti PKK dan karang taruna. Dimulai dari analisis swot Desa.melihat kelemahan Desa sirata dari beberapa sector, potensi serta kekuatan,peluang kemudian kegiatan yang akan dilakukan menjadi solusi.

Khusus dibidang pertanian desa Sirata memiliki beberapa potensi besar yang bisa digali menjadi peluang semisal tanaman buah yang setiap Tahun bisa berproduksi,ada durian,duku,maggis yang produksinya cukup banyak,namun kelemahannya belakangan ini buahnya sering rusak dan tidak mulus seperti beberapa tahun lalu dan sering membuat harganya tidak stabil,sehingga diperlukan budidaya yang baik untuk mengembalikan buah tersebut menjadi bagus sehingga standartnya bisa menjadi produk eksport.demikian juga dengan buah cacao sering mengalami busuk buah yang sangat mengurangi kualitas dan harga.

Dari sector peternakan, desa Sirata juga memiliki potensi yang baik untuk memelihara Babi,ayam dan juga kambing sehingga kedepan pemdes merencanakan program nasional 20% peruntukan dana Desa untuk ketahanan pangan dan hewani adalah memelihara ternak babi,ayam dan juga kolam lele yang akan dikelola oleh Karang Taruna dan juga BUM desa dan dalam mendukung tersebut Petrasa bersedia menjadi fasilitator pelatihan bagaimana kedepan masyarakat Sirata dilatih terlebih dahulu sebelum implementasi program sehingga jika pengetahuan dan pemahaman mereka sudah baik bagaimana beternak yang baik maka kemungkinan atau potensi Gagal akan semakin rendah dan hasilnya akan memberi dampak kepada kesejahteraan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Desa Sirata merupakan desa yang tidak terlalu luas hanya berpenduduk ± 250 kk dengan aktivitas penduduknya sebahagian besar hidup dari sector pertanian.Lahan yang sempit juga menjadi masalah yang mereka hadapi sehingga dalam sector pertnian ini perlu dilakukan intensifikasi pertenian mengingat lahan yang sangat terbatas.karena lahan mereka juga sudah ditanama Tanaman keras seperti durian dan tanaman keras lainnya.Menanam jangung juga menjadi pertanian yang banyak dilakukan oleh masyarakat desa Duku,selain itu juga ada yang menanam pisang dan juga cabe serta tanaman lainnya dilahan terbatas.Infastruktur juga menjadi salah satu focus kedepan,tapi karena aturan skala prioritas dana Desa saat ini lebih mengarah ke penanganan dampak covid maka infrastruktur sedikit direm tahun ini namun akan tetap masuk dalam pengusulan di RPJM Desa.

Kelangkaan pupuk menjadi salah satu problem yang dihadapi petani di desa Sirata dan juga petani lainnya dikabupaten Dairi,dan ini juga menjadi persoalan nasional karena kurangnya produksi dibandingkan dengan kebutuhan. Namun kita tak akan berhenti bertani hanya karena persoalan pupuk dibutuhkan alternative lain dan juga dibutuhkan kreativitas petani untuk mengolah pupuk sendiri dengan konsep pertanian organik atau selaras alam.dan Pemerintah Desa Sirata sangat memahami kondisi saat ini sehingga salah satu kegiatan yang akan dilakuakan kedepan adalah pelatihan pembuatan pupuk Organik serta pestisida organic dan didukung dengan peternakan .sehingga diharapkan dengan konsep pertanian ini bisa membantu masyarakat desa Sirata kedepan dan juga mengurangi ketergantungan kepada pupuk kimia serta pestisida kimia.disamping itu juga kita akan mengajak PKK untuk mengelola pekarangan dengan konsep pertanian Organik sehingga mereka bisa menghasilkan panganan sehat buat keluarga kedepan.

Kita berharap kolaborasi Petrasa dan Pemerintahan Desa kedepan dapat meningkatkan kemajuan Desa Sirata serta mendorong desa sirata menjadi salah satu desa dengan konsep pertanian Organik sehingga mampu meningkatkan ekonomi dan juga mendorong pasar yang adil kepada produk yang dihasilkan oleh masyarakat desa Sirata.

“Tolong Lahirkan Kebijakan Program Pertanian Organik Seru Petani Dairi, Pertanian Organik INVESTASI”

Oleh : Gloria Sinaga

25 Oktober 2021 dengan semangat pagi aku bergegas dengan sepeda motor menuju desa Kentara dusun Bangun . Pagi yang cerah sangat mendukungku pada saat itu untuk menapaki jalan yang lumayan jauh dari jalan besar supaya sampai kelahan Bpk Panggamot Sihombing /Br Purba . Mereka sedang memanen padi yang sudah menguning sempurna dengan sitem Mina padi organik.

Segera kupakai basahanku untuk ikut serta memenen padi tersebut, sambil memanen kulontarkan satu pertanyaan kepada amang Panggamot Sihombing, demikian isi dari pertanyaanku “ apa yang sudah keluarga rasakan selama bertani dengan penerapan pertanian selaras alam seama ini amang? Oh Begini inang “Keluarga Kami Bapak Panggamot Sihombing / Istri Rosmani Purba sudah sejak tahun 2017 sebagai praktisi yang konsistensi dalam dibudidaya sayuran dan juga padi dengan perlakuan PSA. Memang terkadang kelihatan bak orang gila, sebab setiap akan melakukan persiapan pengolahan lahan untuk tanaman sayuran organik atau padi, kami harus secara rajin-rajin mengumpulkan sisa /limbah pertanian atau limbah rumah tangga, bahkan limbah (Feses) ternak, kemudian semua itu diproses dengan sangat teliti dan ketelatenan mulai dari mengolah semua limbah itu menjadi bokashi sistem fermentasi dengan waktu yang lumayan menyita dibanding langsung dengan penggunaan yang praktis-praktis seperti halnya Pupuj & Pestisida Kimia, selain mempersiapkan Bokashi kami juga harus mengolah pestisida nabati yang bersumber dari potensi daerah disini contohnya jeringau, daun mimba, daun sirih, kulit dedap, lengkuas, kunyit dan juga bahan organik lainnya yang kemudian setelah bahan terkumpul lalu kembali melakukan proses pencacahan/menggiling semua bahan tersebut hingga ke bagian fermentasi, memang kami akui sangat memakan waktu yang lama inang, tandasnya.

Bapak Panggamot Sihombing menjelaskan tahapan penanaman Mina Padi PSA ( Pertanian Selaras Alam), berikut penjelasan beliau terkait proses dalam bertani Mina Padi PSA: Persiapan Bokashi, Pestisida Nabati, pengolahan tanah dan membentuk lahan mina padi, penebaran kompos dasar, penanaman padi , penebaran bibit ikan 3 (Tiga) Minggu HST, penyemprotan dan perawatan tanah dan tanaman, penyedian pakan organik ikan , misalnya ; Ubi kayu dedak fermentasi, Pasca panen.

Pengalaman itu menjadi sangat berharga buat keluarga kami sebab hingga aksi kegilaan tersebut sudah berujung dengan hasil yang manis inang jelasnya.

Disela-sela istirahat masih kusempatkan lagi bertanya satu hal , Hal apa yang membuat keluarga Bapak tetap bertahan melakukan pertanian PSA ini sudah jelas-jelas sangat rumit dan memakan banyak waktu? Beliau langsung menorehku , dengan raut wajah penih keyakinan dijelaskannya bersdasarkan testimoni kesehatan beliau, salah satu alasannya adalah tentang KESEHATAN, saya ( Bpk Panggamot Sihombing) merasakan sakit di punggung sudah menahun yang mengakibatkan saya sednidi tidak bisa berjalan tegak, punggung saya terus terasa sakit , namun pada akhirnya secara berangsur-angsur berkurang dengan setiap hasri mengkonsumsi beras dan s ayuran secara rutin hasil dari pertanian PSA yang kugeluti sejak tahun 2017 .Selain bermanfaat terhadap kesehatan, hasil pertanian organik tersebut juga dijual dengan harga yang memiliki nilai lebih dari perlakuan kimia.

Ketika keluarga ini semakin merasakan manfaat dari bertani organik ,maka level untuk memaksimalkan perlakuan juga semakin meningkat dan bertambah, yaitu memulai peternakan ayam kampung sitem semi organik. Feses( Kotoran ternak ) menjadi bahagian bahan yang tidak kalah utama dalam pertanian organik, sama juga dengan sebuah pernyataan “ Bertani TANPA Beternak adalah “BUDAK Pabrik PUPUK KIMIA”.

Dari semua testimoni yang di paparkan oleh Beliau, dia berharap akan semakin banyak elemen yang mendukung pertanian organik, sebab pertanian organik bisa menolong kita dari resistensi residu kimia yang ada pada makanan instan, selain itu dengan menerapkan konsep pertanian organik kita telah berkontrisbusi besar mewaruskan tanah yang subur bagi anak-cucu kita kelak, tanah subur juga merupakan investasi .Beliau sangat berharap sekali Program “Pertanian Organik “ menjadi salah satu model percepatan pembangunan ekonomi skop Dairi sampai melahirkan sebuah ‘Kebijakan’ di kabupaten Dairi ini.

Pertanian yang berjelanjutan ialah sistem pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.

Pertaian ini memperlihatkan sisi sifat organis para petani tersebut, dimana mereka sudah menerapkan pengurangan limbah pertanian dengan cara mengolahnya kembali, mereka sama sekali tidak lagi melakukan pembakaran terhadap limbah pertanianya, dengan segala cara diolahnya kembali limbah tersebut dengan banyak ide atau cara salah satunya adalah dengan memfermentasi limbah tersebut dengan menambahkannya dengan bahan organik lainnya.Petani itu tenyata secara tidak langsung sudah cerdas iklim, mereka sudah sangat memperhitungkan kesuburan lahan dengan pola-pola alami. Petani sibuk memikirkan bagaimana caranya supaya tanah semakin subur, dan secara langsung sebenarnya mereka sudah melakukan mitigasi dan adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim.

Selain petani memikirkan ketahanan pangan juga sudah memikirkan kelestarian lingkunggan, mereka melakukannya dengan sistem pertanian terpadu, memadukannya dengan peternakan dalam satu areal supaya kebutuhan pangan, protein dan juga nutrisi bisa terpenuhi dalam waktu yang sangat lama atau disebut berkelanjutan.

Saat ini sudah mulai banyak petani yang meninggalkan sistem petanian monokultur ke pertanian polikuktur, karena dengan perapan sitem polikultur ( pertanian terintegrasi ) mampu menimalkan kerugian petani, jika salahsatunya gagal panen maka bisa memanen tanaman atau ternak, dengan sistem tersebut diyakini sangat efisien dan efektif.

Pertanian berkelanjutan versi petani tersebut apakah sudah mampu memenuhi kebutuhan pangan yang berkelanjutan juga ?

Pengertian pangan sendiri telah diatur dalam peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No 34 Tahun 2019 yang berbunyi: “Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Sedangkan produk olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan olahan organik adalah makanan atau minuman yang berasal dari pangan organik hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan yang diizinkan.

Yayasan PETRASA adalah lembaga yang berdiri sejak tanggal 21 Juli 2001, yang bergerak untuk pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dibidang pertanian –peternakan sistem selaras alam.  PETRASA melakukan pemberdayaan kepada masyarakat yang kebanyakan dari mereka adalah petani –peternak . Dampingan PETRASA tersebar di 12 Kecamatan dikabupaten Dairi dengan 113 kelompok dengan jumlah anggota secara keseluruhan kurang lebih 5.000 jiwa , namun pada dasarnya setelah dilakukan pemberdayaan kepada mereka melalui pelatihan dengan mengundang beberapa peserta dari kelompok tersebut, tak banyak yang tertarik, sebab harapan besar dilakukannya pelatihan tersebut adalah pada akhirnya petani harus mempraktekkan dilahan masing-masing tentang konsept pertanian organik. Tapi pada dasarnya pelaksanaan pertanian organik ini betul-betul membutuhkan tenaga, waktu dan ketelatenan, beda dengan konsep pertanian dengan penggunaan pupuk kimia, sangat praktis , mudah dan efisiensi dalam waktu tenaga.

Tidak berhenti sampai disitu saja, PETRASA terus melakukan penjajakan dalam bentuk pendekatan, ada staff yang rela menginap tinggal didesa dirumah petani dan juga ikut membantu kelahan pertanian mereka walaupun lahan yang dibantunya adalah lahan dengan pertanian konvensional. Petrasa meyakini konsep pendekatan kepada petani salah satunya “Tinggallah bersama mereka, Hiduplah bersama mereka”. Sistem ini ada juga yang berhasil. Beberapa petani yang dikunjungi secara berulang-ulang membuahkan hasil dalam gerakan “Pertanian organik” mereka diberdayakan dengan bentuk pelatihan, praktek pembuatan bokashi padat-cair, Pestisida Nabati, Zat perangsang Tumbuh ( zpt) , Mengolah limbah organik segar menjadi Eco-Enzyme, membuat tricoderma dan bentuk perlakuan lainnya dengan mempertimgkan sumber daya alam yang tersedia dialam sekitar mereka.

Dari mereka yang telah melakukan pemberdayaan secara terus menerus ada beberapa petani-peternak yang sudah menjadi kader Petrasa , yang tentu sudah mampu menjadi narasumber bahkan lebih vokal lagi penyampainnya pada saat mengajak petani lainnya untuk ikut berpartisipadi dan berkontribusi untuk menginvestasikan tanah subur untuk ketahan pangan berkelanjutan.

#pertanianorganikadalahinvestasi

#Sinur #Napinahan #Gabe #Naniula

#LahirkanKebijakanProgramPertanianOrganik

Pertanian Organik Rumit Tapi Menghasilkan Yang Bermanfaat

(Senin, 07/02/2022) Petrasa dan petani dampingan Yaitu Roida Pandiangan sebagai Staf Pemasaran dan Pengembangan Kelompok dan Tiominar Silalahi, Petani kelompok CU Setia Kawan dan juga pelaku produk turunan produk organik berkunjung ke salah satu Yayasan Lingkar organik di Yogyakarta. Kunjungan dilakukan dengan tujuan menambah wawasan dan pengetahuan yang akan di terapkan ke depannya untuk menjadi lebih baik. Pada Intinya adalah untuk membandingkan kondisi yang ada di lingkungan orientasi, tempat kami belajar menambah pengalaman dengan kondisi di tempat kita melakukan aktivitas.

Adapun Hasilnya berupa pengumpulan informasi sebagai bahan acuan dalam perumusan konsep yang di inginkan untuk di jadikan barometer dan menjadi pembanding untuk rencana jangka pendek dan jangka panjang.

Pada saat pembelajaran di Lingkar organik(LO), staf dan petani ingin mengetahui proses pendampingan Lingkar Organik (Yogyakarta) terhadap petani. Bagaimana cara meyakinkan para petani dalam melakukan pengolahan pertanian organik juga bisa sebagai usaha yang menguntungkan, serta mencari informasi yang tepat utk pengembangan pasar organik.

Penentuan harga pasar juga sangat di perhatikan dalam pengembangan pengolahan pertanian organik. Dimana sosialisasi terhadap masyarakat serta dukungan pemerintah dalam upaya pengembangan pertanian organik juga berpengaruh terhadap penentuan harga produknya.

Hal ini sering menjadi masalah dalam pendampingan terhadap petani dampingan Petrasa yang ada di Kabupaten Dairi. Dimana sosialisasi tentang produk-produk organik Kabupaten Dairi masih lemah, sehingga berpengaruh kepada petani dan tetap meyakini produk pertanian kimia lebih menguntungkan, juga menjanjikan di pasaran.

Memang, proses yang di jalani sangat panjang dan rumit. Untuk itu perlu pendekatan, pendampingan dan pemahaman kepada petani terhadap keinginan konsumen untuk mencintai produk yang dihasilkan oleh petani sebagai produsen yang menyuplai produk tersebut. Produsen mengenal target pasar dan tujuan pasar produk yang di hasilkan oleh petani Petrasa. Terbangunnya jaringan petani ke konsumen sehingga terjalin hubungan yang berkelanjutan mengarah kepada perubahan pola pikir di tengah-tengah masyarakat yang menyebabkan Kepercayaan serta keyakinan yang saling menguatkan pemasaran produk organik di kabupaten Dairi.

Yayasan Petrasa yang sudah bersosialisasi hampir dua dekade meyakini Kabupaten Dairi memiliki pasar organik sendiri yang mengantar masyarakat mengubah gaya hidup dan membutuhkan proses yang panjang. Proses demi proses sosialisasi Petrasa akan melahirkan beberapa terobosan dan harapan bahwa produk organik akan di cintai oleh konsumen yang membutuhkan produk-produk yang sehat dan berkualitas. Mari kita bersama-sama tetap menjaga petani dampingan untuk menciptakan konsumen yang loyal dengan konsumsi produk organik .

Divisi Pemasaran dan Pengembangan Kelompok

#organikdairi #sidikalang #petrasa #Organik #Konsumen

“Mangamoti”

Inang Op. Putri Pakpahan baru saja memanen padi organik dari lahan pertaniannya. Menambah semangat memanen, keluarga inang Pakpahan mangamoti diareal sopo (pondok) mereka. Budaya mangamoti ini selalu dilakukan saat mereka sedang memanen padi. Mangamoti merupakan kearifan local masyarakat Batak Toba sebagai wujud rasa syukur petani atas hasil panen yang mereka dapatkan tiap tahunnya dan berdoa agar panen-panen berikutinya dapat meningkat. Pada saat mangamoti, petani biasanya menyembelih ayam atau babi.

Memanen padi sudah selesai dilakukan, saatnya memanen sayur organik dari kebun keluarga yang dimilikinya untuk dipasarkan esok harinya. Biasanya staf Petrasa akan datang menjemput sayur organik Inang Pakpahan di Desa Kentara Kecamatan Lae Parira untuk membantu memasarkan, menjangkau konsumen tetap. Sambil beristirahat, Inang pakpahan bercerita tentang pengalamannya setelah 4 tahun bertani organik.

Pertanian organik tidak hanya mempengaruhi pola pertaniannya namun juga pola konsumsi keluarga. “Dung Marorganik, nga moru be hami mangallang mie instan, dang dipakke hami be penyedap rasa kimia amang”. Setelah bertani organik, keluarga inang pakpahan sudah jarang mengkonsumsi mie instan dan tidak lagi menggunakan micin pada saat memasak.  Inang Pakpahan tidak hanya bertani padi dan sayuran organik namun juga membudidayakan buahan, beternak lele dan ayam secara organik. Ketergantungan dengan makanan cepat saji perlahan berkurang dan meningkatnya pola konsumsi hidup sehat menjadi dampak dari pelatihan-pelatihan yang didapat inang Pakpahan.

Arah cerita sempat juga menyinggung tentang daur pengetahuan lokal yang sudah mulai ditinggalkan. Marsiadapari, marsiruppa(bergotong-royong), tangiang boni, mangamoti perlahan-lahan hilang karena semua layaknya kejar target. Semua sudah serba uang. Makanan lokal juga sekarang sudah tidak dianggap gaul, semua harus serba instan. Manggadong atau makan singkong tidak lagi menjadi santapan ketika berkumpul dengan keluarga, namun lebih sering dipandang sebagai pakan ternak.

Masa-masa bagaimana suatu mekanisme industri pertanian mengubah daur pengetahuan petani. Melalui program Revolusi Hijau, menjadi cikal bakal munculnya cara-cara atau teknologi bertani modern. Sejak tahun 1980-an, bibit unggul-hibrida, dan penggunaan pupuk pestisida kimia melengserkan perlahan pengetahuan lokal tadi. Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras.

Dampak negatif dari Revolusi hijau dirasakan oleh petani hingga saat ini. Hilangnya kemandirian dan kedaulatan petani menjadi penyebab hilangnya pengetetahuan lokal tadi. Petani digiring memacu tingkat produksi, yang penting hasilnya banyak, uangnya juga akan banyak. Untuk mengejar produksi, petani akan meningkatkan penggunaan pupuk kimia dan akhirnya tanah akan semakin rusak. Jika tanah semakin rusak, maka penggunaan pupuk kimia juga akan semakin ditingkatkan. Sementara dari penggunan bahan pertanian kimia tadi, Penikmat utama dari kebiasaan instan tadi adalah mereka pemilik modal atau para pengusaha dibidang pertanian hingga perusahaan makanan.

Kebiasaan instan dari sektor pertanian juga mempengaruhi pola konsumsi keluarga. Inang Pakpahan juga bercerita bagaimana dulunya mereka disaat bertani kimia. Kandungan makan yang dikonsumsi bukanlah menjadi masalah. Yang penting bagaimana bisa cepat dan rasanya lezat. Inang Pakpahan mengingat masa sebelum bertani organik, jika dihitung-hitung biaya pembelian micin dan produk mie instan tiap harinya dikalikan dengan minggu atau bulan, uang itu sudah bisa digunakan untuk membeli baju baru untuk anak-anaknya.

Sebelum bertani organik, inang pakpahan menggunakan 7 saset micin dan mengkonsumsi mie instan 6 bungkus perminggunya. Berarti selama seminggu, satu keluarga dapat menghasilkan sampah sekitar 13 biji. Jika kita kalikan dengan jumlah kepala keluarga di kabupaten Dairi 66.825 (Portal.dairikab.go.id) maka Dairi minimalnya menyumbang 868.725 sampah plastik perminggunya dan 46.911.150 sampah plastik pertahunnya.  Jika kita rata-ratakan berat sampah plastik persasetnya adalah 0,8 gram maka tiap tahunnya kita menyumbangkan minimal 37.528,92 ton sampah.

Sebelumnya, diskusi dengan Bapak Martua Sinaga (Sekretaris Kadis Lingkungan Hidup Kab. Dairi), petugas kebersihan belum menjamah semua kecamatan masih pada 6-8 dari 15 kecamatan dalam hal pengambilan sampah untuk dibuang ke TPA. Ini berarti masih banyak sampah-sampah dihamburkan disembarangan tempat.

Pun, sampah plastik yang kita hasilkan tiap harinya tidaklah muda untuk terurai bisa 10-500 tahun lamanya (kompas.com). Sudah hal pasti sampah yg kita hasilkan dapat merusak tanah dan ekologi yang disebabkan oleh bencana akibat sampah. Berarti kita adalah salah satu penyumbang dan penyebab perubahan iklim. Maka cuaca ekstrim, bencana dan kerusakan lingkungan adalah disebabkan oleh kita sendiri.

Organik bukanlah hanya sebatas bagaimana tidak menggunakan pupuk kimia, namun juga pola konsumsi keluarga harus didukung dengan bahan-bahan yang menyehatkan. “sia-sia do molo hita mengkonsumsi produk pertanian organik hape ditikki mangaloppa tapakke dope penyedap rasa na kimia”. Tubuh kita akan tidak sehat jika kita menggunakan micin walau kita mengkonsumsi produk organik. Bertani organic juga akan membantu pemulihan tanah dari residu yang tinggi akibat kehadiran obat-obat pertanian kimia.

Selain sehat, dengan berorganik kita juga akan lebih hemat.

KUNJUNGAN KONSUMEN PRODUK ORGANIK KE LAHAN PETANI

Petrasa mendukung pemasaran dengan pelatihan dan mengumpulkan produsen dengan konsumen. Kegiatan ini bertujuan untuk meyakinkan konsumen dengan produk yang di jual oleh kios Pangula sebagai salah satu alat untuk menyampaikan produk tersebut sampai di tangan kosumen.

Ridwan Samosir Sekretaris Eksekutif Petrasa menyampaikan dalam pasar, biasanya hubungan konsumen dan produsen dengan rantai pasar yang panjang. Akan tetapi, Divisi Pemasaran Petrasa melalui Kios Pangula membuat rantai pasar itu menjadi sederhana, dimana konsumen langsung mendukung petani dengan harga yang tinggi dan di nikmati langsung oleh petani organik. Dalam proses memproduksi sayuran yang di konsumsi konsumen, petani harus bersusah payah untuk melakukan upaya untuk menghasilkan produk – produk organik. Adapun produk yang dihasilkan berupa sayur-mayur dan buah-buahan.

Sistem pemasaran ini sangat unik dimana seluruh media yg dilakukan adalah konsumen akan bercerita kepada masyarakat banyak melalui mulut ke mulut dan model kampanye seperti ini otomatis akan menambah konsumen. dengan bertatap muka dan kunjungan di lokasi petani akan menambah kepercayaan konsumen dengan produk yg selama ini mereka beli dan di konsumsi.

Kak Br. Angkat sebagai konsumen organik yang bekerja di salah satu instansi kesehatan di Kabupaten seberang menceritakan pengalamannya terkait konsumsi produk organik. Tahun 2020/2021 Virus Covid 19 menyerang manusia di Indonesia dan juga di daerah Kabupaten beliau di tempatkan sebagai tenaga kesehatan/perawat. Teman dan tim kerjanya yang bekerja terserang covid 19 walaupun sudah mendapatkan vaksin sehingga harus mendapatkan perawatan. Tetapi Ibu Br. Angkat hingga sekarang walaupun bekerja disana bersama dengan Tim Perawat lainnya belum pernah terindikasi terserang Pandemi tersebut. Beliau menyampaikan konsumsi yang dijaga dengan sayuran organik sehingga terhindar dari penyakit ataupun dari Pandemi hingga saat ini, Puji Tuhan Masih tetap Sehat walafiat. Pengalamannya mengkonsumsi produk organik dengan peryataan “Lebih bagus makan Sayur organik daripada makan nasi” akan berpengaruh membuat kondisi tubuh kita stabil.

Ibu Br Angkat juga bercerita bahwa produk sehat ini Sudah pernah juga menawarkan ke teman-teman PNS di Pakpak Bharat dan juga mau berkontribusi untuk membawa produk kepada konsumen disana apabila mau order, tambahnya. Ibu ini juga menyampaikan perbedaan dari sayuran yang dijual di Pajak dengan produk kios Pangula; Contoh sayur putih dari pajak dengan Petrasa sangat berbeda. Waktu dimasak pengecap dan pencernaan gak ada masalah. Penglihatan juga berpengaruh dimana penglihatan semakin terang dan kandungan gizi masih lengkap, terangnya.

Konsumen lain juga menyampaikan Ibu Br Sembiring, Produk organik rasanya jadi manis dan produknya tahan lama. Dalam pilihan untuk konsumsi vitamin kurang bagus menurutnya karena penyerapan tubuh kita tidak sesuai, kalau bisa konsumsi makanan sehat organik itu lebih baik. Dengan konsumsi organik sehingga gak pernah makan vitamin yang dibeli dari toko obat. Testimoni mengenai cara memasak adalah Sayur cepat matang dan telur ayam kampung : kuning telur organik mendekati warna oranye dan non organik warna kuning kelihatan seperti pucat.

Produsen sayuran yang ditemui di lapangan ada 4 orang dan masing2 menceritakan cara penanaman sayuran yg mereka tanam, ada beberapa penjelasan dari petani yang produksi sayuran organik yaitu pembuatan bokashi, pembuatan Pesnab, pembuatan ZPT dan Pembuatan pupuk organik cair (POC) yang diaplikasi setiap Minggu.

Petani juga diajari untuk budidaya sayurannya dan cara aplikasi setiap pupuk atau pestisida nabati yang digunakan agar tanaman dapat di panen dan dijual sesuai dengan waktu berjualan kios Pangula. Produsen produk organik juga menyampaikan kenapa harga organik itu mahal? Ada beberapa hal yang selama ini belum diketahui oleh konsumen dimana para petani harus bersusah payah mengembalikan kesuburan tanah, diawal mereka harus merugi karena hasil tidak sesuai dengan harapan karena masa proses transisi. Dengan penjelasan petani sehingga konsumen meyakini harga produk sudah layak. soalnya biaya dan bahan yg digunakan di produksi sendiri, ada juga nilai yg di dapat dengan prinsip sehat, kita tidak perlu lagi beli yg tidak terjamin. Sedih melihat petani sudah capek produksi dan harga tidak pernah menentu sebut salah seorang konsumen.

Keinginan petani dengan harga produk saat ini adalah mau harga nya di tambah karena mengerjakan sudah sulit dan yang diberikan ke konsumen untuk di konsumsi adalah murni produk-produk sehat. Pertanyaan konsumen Br angkat kepada petani; Kenapa mau menanam organik? salah satu produsen produk organik menjawab dan menyampaikan Kita petani sehat, tanah kita sehat dan mewariskan sama anak cucu dan bumi kita sehat. Intinya saling berbagi katanya; Pendapatan keluarga juga bertambah karena tidak beli pupuk lagi sama kios pupuk.

Pertanyaan kedua dari konsumen ketika mengunjungi demplot milik N. Pakpahan, Bagaimana dengan brokoli yang rusak yang menjdaikan produsen jadi malas untuk merawatnya lagi dan Produksi turun! N Br Pakpahan juga memberikan jawaban dengan tetap semangat untuk mengerjakan sampai bisa berhasil dan terus menanam sampai pertumbuhannya baik. R Br purba juga menambahkan; belajar terus dari pengalaman untuk membuat tanaman organik sampai bagus.

Petani organik itu capek, sulit buat sendiri karena sudah ada yang praktis. Sangat wajar harga yang disuguhkan kios pangula dengan produk-produk organiknya sesuai standard dan harga yang dibayarkan oleh konsumen langsung membantu produsen dengan mendapatkan keuntungan lebih sehingga terciptanya keadilan bagi Petani itu sendiri.

Semoga kunjungan ini memberikan semangat baru kepada produsen untuk menanam dan memperluas lahan organik dengan variasi produknya. Para konsumen semakin percaya dengan tatap muka kepada petani yang akan mempromosikan kepada keluarga, teman dan kenalannya untuk menambah konsumen produk berkualitas dan menyehatkan.

Salam Organis

#sayurorganik #petrasa #hidupsehat #goodhealth

Divisi P. Kelompok dan Pemasaran

Musrembang Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Kabupaten Dairi 2023

(Desa Ujung Teran, 4/2/2022) Musrembang hari ini dilakukan sesuai amanah UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional seluruh Indonesia, musyawarah RKPD yang dilakukan adalah ditingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan Nasional. Ada pun prioritas pembagunan tersebut adalah:

  1. Infrastruktur (Pertanian dan Pendidikan)
  2. Ekonomi (Pertanian, Sosial-Budaya dan Pendidikan) dan
  3. Kesehatan

Sebagai Kepala Desa baru, kepala Desa diwajibkan menyusun RPJMDesa 2021 -2027 yang merupakan pedoman umum pembagunan Desa (Perbub No. 24 tahun 2017). Sehingga, dalam pembangunan desa tiap tahunnya, Kepala Desa harus berpedoman pada RPJM Desa tersebut kecuali jika ada hal yang sangat genting, maka rencana pembangunan tersebut bisa berubah.

Perlu difahami berdasarkan Perpres 104 Tahun 2021 menyebutkan, Dana Desa diprioritaskan untuk: 40% BLT, 20% ketahanan pangan dan hewani dan 8% PPKM. Selain itu Dana Desa juga tahun ini diprioritaskan untuk pembangunan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), penurunan stanting, pembinaan dan pemberdayaa desa.

Setelah dibuka oleh Kepala Desa Ujung Teran Bapak Pasti Matanari, diikuti dengan kata sambuatan dari BPD dan Perwakilan kecamatan. Selanjutnya, pemaparan usulan dari setiap dusun untuk melihat apakah usulan tersebut bisa dimasukkan ke anggaran kabupaten atau pembiayaannya dari Dana Desa sehingga usulan tersebut bisa dimasukkan ke aplikasi Siskudes Desa.

Namun jika dilihat kembali hasil usulan dari semua dusun, masih didominasi oleh usulan pembangunan infrastruktur dan sangat minim usulan terkait program pemberdayaan dan juga pertanian. Hal ini mengundang sedikit komentar dari pihak kecamatan, “Usulan ini belum menyentuh kepentingan kita terutama sektor pertanian. Padahal mayoritas penduduk Desa Ujung Teran adalah petani. Permintaan bibit, pengadaan saprodi pertanian dan lainnya belum terlihat, apalagi saat ini kita dihadapkan kepada kebutuhan pupuk subsidi yang sampai saat ini masih menjadi persolan kita. Pemerintah kita saat sangat mendorong petani beralih kepada pertanian organik sehingga kebutuhan pupuk itu lambat laun bisa kita penuhi dengan pupuk yang kita buat sendiri”, imbuhnya.

Menjawab tantangan itu, Kepala Desa Ujung Teran memberikan kesempatan kepada Petrasa untuk memberi masukan terkait bagaimana kedepan warga Desa termasuk kelompok Tani bisa di Organisir untuk dilatih membuat pupuk dan pestisida organik sebagai salah satu bagian visi kepala Desa dibidang pertanian.

Duat Sihombing mewakili Yayasan Petrasa menyampaikan, “Pada prinsipnya Petrasa siap bersinergi dan bekerja sama dengan Pemerintahan Desa ujung teran dalam program pertanian, peternakan dan pemberdayaan perempuan kedepan serta program lain yang relevan dalam mendukung pembangunan Desa ujung teran kedepan”, paparnya.

“Persoalan pupuk bukan hanya persoalan Dairi tapi ini persoalan nasioanal karena kebutuhan nasional kita saat ini sekitar 24 juta ton sedangkan yang mampu diproduksi hanya 13 juta ton, artinya kita minus hampir dari setengah kebutuhan. Lantas apakah kita akan berhenti bertani hanya karena pupuk tidak ada? tentu tidak maka perlu dicari alternatif lain pengganti pupuk yakni pupuk yang berasal dari apa yang ada disekitar kita”, pungkas Duat Sihombing.

Diakhir pertemuan pihak kecamatan menyampaikan segala usulan akan ditampung namun bukan berarti akan terealisasi secepatnya karena akan dilihat dari sisi skala prioritas, baik di musrembang kecamatan maupun musrembang Kabupaten.

Acara musrembang ini ditutup oleh Kepala Desa Ujung Teran dan beliau berharap kedepan dalam musyawarah Desa seperti ini semua perwakilan harus mampu menyampaikan usulan usulan yang lebih bersentuhan dengan kehidupan masyarakat, terutama pengembangan pertanian di desa Ujung Teran kedepan.

PELATIHAN PEMBIAKAN Trichoderma spp. Salah satu bentuk Adaptasi Pertanian untuk solusi PERUBAHAN IKLIM

(Lae Parira, Kamis, 27 Januari 2022) Budidaya tanaman secara organik saat ini mendapat perhatian yang sangat intensif, terutama untuk komoditi sayuran. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan kebutuhan masyarakat Indonesia akan sayuran organik semakin meningkat. Untuk itu, petani perlu menerapkan inovasi-inovasi yang ada untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian mereka. Terdapat beberapa upaya peningkatan produksi sayuran organik yaitu dengan penanaman kultivar tahan hama/penyakit tertentu, pengaturan waktu dan jarak tanam, sanitasi, serta perlakuan benih dengan biofungisida. Biofungisida merupakan bahan yang mengandung agen hayati dengan media pembawa tertentu untuk dapat menghambat pertumbuhan patogen untuk mengendalikan penyakit tanaman. Salah satu agen hayati tersebut adalah Trichoderma spp..

Trichoderma merupakan genus cendawan yang mampu dijadikan sebagai agens pengendali patogen secara hayati. Mekanisme antagonis yang dilakukan Trichoderma spp. terhadap cendawan/jamur patogen dilakukan dengan mengeluarkan toksin berupa enzim yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat membunuh patogen. Sifat antagonis Trichoderma spp. dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam pengendalian patogen yang bersifat ramah lingkungan.

Permasalahan yang dihadapi petani sayur dampingan Yayasan PETRASA dalam proses budidayanya diantaranya adalah meningkatnya jamur gada yang menyebabkan penyakit kerdil pada sayuran mereka, terutama sawi-sawian. Maka dengan itu Yayasan PETRASA memutuskan untuk membuat pelatihan pembiakan jamur Trichoderma spp. secara konvensional sebagai jawaban bagi keluhan petani akan masalah yang mereka hadapi. Pelatihan ini juga merupakan tindaklanjut dari kegiatan sebelumnya untuk memperdalam pengetahuan petani.

Untuk menjawab kegelisahan para petani yang terus secara konsistensi melakukan pertanian organik tersebut, PETRASA melalui divisi Pertanian-Peternakan,mencoba memberikan solusi dengan membuat konsep pelatihan pembuatan Tricoderma. Mika Matondang sebagai staff Divisi Pertanian-peternakan pemandu keseluruhan kegiatan berlangsung. Pelatihan ini dilaksanakan di Lae Parira tepatnya di Desa Kentara dengan jumlah peserta 10 orang yang berasal dari berbagai desa, di Kabupaten Dairi tercinta ini.

Dalam pelatihan ini Yayasan PETRASA mengundang Ferdinan Sianturi sebagai narasumber. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi oleh narasumber kemudian dilanjutkan dengan praktek.Praktek dilakukan dengan mengambil sampel untuk dibiakkan langsung dari rumpun bambu dengan menggunakan 2 sampel dari rumpun yang berbeda. Satu dari rumpun yang sering dilalui atau kontak langsung dengan manusia dan satu lagi dari yang jarang atau bahkan tidak pernah. Peserta melakukan praktek sendiri didampingi narasumber. Kegiatan ini juga diselingi dengan materi dan praktek pembuatan eco enzyme yang dibawakan oleh Staf Pertanian Yayasan Petrasa.

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengenali jamur Trichoderma spp. melalui praktek yang mereka lakukan sendiri dan mengaplikasikannya pada tanaman demi meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi hasil usaha tani sayuran organik mereka.

Plang dan Portal PT. Gruti di Bongkar Pemerintah Desa Sileuleu Parsaoran bersama Kelompok Tani Bersatu

Sileu-leu Parsaoran, 22 Februari 2021 Pemerintahan Desa Sileuleu Parsaoran bersama masyarakatnya mencabut plang dan portal yang di duga milik PT. Gruti. Plang dan Portal tersebut di dirikan di lahan masyarakat yang lokasinya persis di lahan pertanian warga yang pernah di buldoser oleh alat berat yang di duga milik PT. Gruti itu. Aksi tersebut diawali dengan adanya diskusi petani di salah satu dusun, membahas bagaimana sikap petani dengan kehadiran portal dan plang yang bertuliskan ‘tanah seluas 226 Ha akan ditanami kopi tumpang sari dengan kayu milik PT. Gruti’.

Masyarakat merasa pendirian plang dan portal tersebut adalah tindakan semena-mena yang dilakukan oleh PT. Gruti. Maka pada tanggal 22 Februari, masyarakat mendatangi kantor kepala desa untuk mempertanyakan lebih jelas kenapa bisa ada plang dan portal di lahan masyarakat. Massa aksi memenuhi halaman kantor desa.

Dalam aksi tersebut Ketua Kelompok Tani Bersatu Sopan Silalahi mempertanyakan langsung kepada Kepala Desa Agustina Silaban. Ternyata, kades tersebut mengaku tidak mengetahui soal adanya plang dan portal. Masyarakat kembali mendesak Kades, bagaimana sikap pemerintahan desa atas situasi ini. Pada akhirnya, Kades tersebut pun mengeluarkan pernyataan bahwa suara kepala desa adalah suara rakyatnya, maka tentu saja plang dan portal tersebut harus di cabut sesuai dengan keinginan masyarakatnya. Aksi di depan kantor desa menghasilkan kesepekatan bersama, yakni bersama-sama berangkat ke lahan.

Maka, sekitar pukul 10.00 WIB masyarakat pun bergerak menuju lokasi. Setiba disana, aparat desa  membongkar plank serta portal. Untuk mempercepat pembongkaran, aparat desa meminta bantuan masyarakat. Maka portal dan plang pun dengan cepat selesai di bongkar. Plang dan Portal diangkut ke mobil dan dibawa ke kantor desa.

Ketika berencana balik ke desa, satu mobil pihak kepolisian dari Satun Brimob pun hadir ke lokasi untuk melakukan pengamanan dan langsung bertanya kepada ketua kelompok tani kenapa melakukan pembongkaran. Dengan tegas Sopan Silalahi mengatakan aksi hari ini adalah kesepekatan bersama antara pemerintahan desa dengan masyarakat. Untuk penjelasan lebih lanjut, Sopan Silalahi meminta berdialog di desa saja sambil membawa pulang Plang dan Portal yang sudah di bongkar tadi. Permintaan tersebut di setujui oleh Brimob dan semua massa bergerak balik ke kantor desa.

Sesampai di desa, dialog di gelar di Balai Desa. Terdiri dari elemen masyarakat dan pemerintahan desa, pihak PT. Gruti Syawal Pasaribu dan Personil Brimob. Di dalam pertemuan tersebut, masyarakat menyampaikan bawa PT. Gruti tidak menghormati masyarakat. Sikap penolakan ini terus konsisten disampaikan, bahkan diharapkan PT. Gruti cepat hengkang dari Desa Sileu-leu.

 “aksi kami selalu diketahui oleh pemerintahan desa, dan kami juga tidak mau desa ini dijual oleh sepihak oleh beberapa oknum. Dan juga sampai saat ini kami tidak tahu sampai dimana batas konsesi PT. Gruti dan sampai dimana batas Hutan Negara. Dulu, bapak Wakil Bupati Jimmy Sihombing sudah mengatakan tidak akan menjual tanah rakyat.” Ucap Sopan Silalahi.

Ditambahkan Tua Purba, petani yang kopinya di rusak PT Grtui, “Dulu PT.Gruti menyampaikan  tidak akan merusak tanaman masyarakat,  tapi nyatanya kopi saya dirusak sebanyak 2500”, ucapnya dengan nada tinggi. Wajahnya sedih dan hampir menangis.

Duat sihombing mewakili Yayasan Petrasa juga menyampaikan hal senada, “PT. Gruti sama sekali tidak menghormati masyarakat karena beberapa kesepakatan juga sering dilanggar oleh PT.Gruti, termasuk sekarang juga sudah mulai ada kriminalisasi terhadap masyarakat karena ada pengaduan PT.Gruti terhadap masyarakat dengan menuduh masyarakat melakukan perambahan dan pengrusakan alat berat. Ini kesekian kalinya kami mengatakan kami menolak tegas kehadiran PT. Gruti.” Dialog tersebutpun menghasilkan kesepaktan bersama yakni “Sebelum ada keputusan Pansus DPRD Kabupaten Dairi, tidak boleh ada kegiatan PT.Gruti  di lahan masyarakat”. Kesepakatan itu ditandatangani oleh pihak masyarakat dan PT Gruti serta kepala desa Sileu-leu Parsaoran.

Masyarakat Desa Sileuh-leuh berjuang mempertahankan lahan pertanian dan Ruang Hidupnya

Sejak Feberuari lalu, masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran sepakat untuk menolak kehadiran PT. GRUTI perusahaan yang bergerak dalam pemanfaatan hutan kayu alam tersebut.  Namun dibalik penolakan ini, beberapa pengurus atau disebut Forum Komunikasi Kelompok Masyarakat (FKKM) secara sepihak menerima kehadiran perusahaan berupa penerimaan Dana Kelola Sosial. Kehadiran perusahaan kayu tersebut menimbulkan konflik horizontal masyarakat yang berdampak buruk terhadap sosial-budaya mereka. Aktivitas perusahaan juga merusak lahan pertanian, lingkungan dan sumber air minum masyarakat.

(12/11/2020) Masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran melakukan Musyawarah Desa Pernyataan Sikap Masyarakat, BPD dan Pemerintah Desa terkait aktivitas PT. Gruti di desa mereka. Pada pertemuan ini, semua masyarakat sepakat menolak PT. Gruti dan menolak kehadiran semua perusahaan yang berpotensi merusak ruang hidup masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran.

Pada pertemuan tersebut masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran menyatakan sikap sebagai berikut:

  1. Menolak kehadiran PT. Gruti di Desa Sileuh-Leuh Parsaoran.PT. Gruti dikhawatirkan akan menyebabkan : Kerusakan lingkungan Desa Sileuh-Leuh Parsaoran, Kekeringan lahan pertanian maupun pemukiman masyarakat Desa Sileuh-Leuh Parsaoran, Pencemaran air minum yang dikonsumsi masyarakat setiap harinya, Erosi didaerah sungai, lahan pertanian maupun pemukiman masyarakat, Mengurangi luas lahan pertanian masyarakat. Hal ini akan juga dirasakan oleh anak cucu masyarakat Desa Sileuh-Leuh Parsaoran. Tanah merupakan identitas dan sumber kehidupan bagi masyarakat Desa Sileuh-Leuh Parsaoran, Polusi udara yang disebabkan oleh alat berat yang digunakan PT. Gruti. Berpotensi merusak raso (daerah kubangan gambut di tengah Tombak Sitapigagan juga sumber air sungai-sungai yang mengaliri Sileuh-leuh). Jika pohon di sekitar Raso di tebang, mengakibatkan hancurnya raso dan akan mengakibatkan banjir bandang hingga ke Lae Renun.
  2. Pemberhentian aktivitas sekaligus penurunan alat berat PT. Gruti dari Tombak maupun dari Desa Sileuh-Leuh Parsaoran
  3. Masyarakat mengecam tindakan PT. Gruti yang sudah merusak dan meratakan lahan pertanian milik masyarakat. Pada lahan tersebut sudah ditanami kopi, jeruk, tembakau dan tanaman lainnya yang merupakan sumber hidup masyarakat yang menjadi korban.
  4. Masyarakat tidak akan menerima ganti rugi dalam bentuk apapun dari PT. Gruti, namun PT. Gruti harus segera angkat kaki dan meninggalkan Desa Sileuh-Leuh Parsaoran
  5. Pada tanggal 14 Oktober 2020, masyarakat mencegat aksi perwakilan lambang negara yaitu KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) Unit Kaban Jahe bersama dengan PT. Gruti secara sepihak akan membuat tapal batas hutan namun tidak melibatkan masyarakat, tidak menghadirkan Pemkab Dairi atau Forum Koordinasi Pemimpin Daerah (FORKOPIMDA). Hal ini menimbulkan kekecewaan masyarakat terhadap Dinas Kehutanan Sumatera Utara juga menyayangkan kebijakan negara yang tidak berpihak pada masyarakat.
  6. Menolak segala bentuk klaim Forum Kelompok Komunikasi Masyarakat (FKKM) Desa Sileuh-leuh Parsaoran dimana beberapa orang pengurus yang sudah menyalahgunakan kewenangan yaitu menerima PT. Gruti di Desa Sileuh-leuh Parsaoran. FKKM sudah menyebabkan keresahan, konflik dan kerugian terhadap masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran.
  7. Menolak segala bentuk kerja sama ataupun sumbangan berupa Dana Kelola Sosial antara pihak PT. Gruti dengan FKKM yang mengatasnamakan masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran
  8. Mendesak Kepala Desa Sileuh-leuh Parsaoran untuk membubarkan Forum Kelompok Komunikasi Masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran.
  9. Mengecam segala bentuk intimidasi yang dilakukan oleh pihak PT. Gruti maupun pihak-pihak lain terhadap masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran.

Masyarakat berharap pernyataan sikap tersebut dapat tersampaikan kepada Bupati Kab. Dairi, DPRD Kab. Dairi juga Camat Sumbul melalui Pemerintah Desa dan BPD Desa Sileuh-leuh Parsaoran. Beberapa jam berdiskusi, akhirnya BPD dan Kepala Desa Sileuh-leuh Parsaoran pun ikut menyatakan sikap menolak PT. Gruti setelah masyarakat menjelaskan bagaimana dampak yang masyarakat rasakan sejak perusahaan tersebut hadir didesa mereka.

Dihari yang sama, masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran menurunkan kembali alat berat Excavator dari lahan hutan dan lahan masyarakat setelah sebelumnya pada kamis minggu lalu masyarakat sudah menurunkan alat berat Excavator Backhoe. Penurunan alat berat ini merupakan bentuk “aksi damai” masyarakat dalam mempertahankan ruang hidup mereka. Aksi damai diikuti dengan penanaman pohon dan pembuatan Plang Tolak PT. Gruti di pintu masuk tiap dusun.

Hingga malam hari, masyarakat dan pemerintah Desa Sileuh-leuh Parsaoran masih bermusyawarah terkait satu alat berat yang masih beroperasi dihutan dan lahan Desa Sileuh-leuh Parsaoran. Dari hasil perundingan, masyarakat memberi waktu 5 hari kepada pemerintah Desa dan BPD untuk menginisiasi alat berat turun dari lahan milik masyarakat.

Tolak PT. Gruti !!!

“Stop perampasan tanah dan perusakan lahan”

“Tanah untuk Pertanian Rakyat Bukan untuk perusahaan”

“Tano on badia do diroha nami”

#Masyarakat Desa Sileuh-leuh Parasaoran