(Lae Parira, Kamis, 27 Januari 2022) Budidaya tanaman secara organik saat ini mendapat perhatian yang sangat intensif, terutama untuk komoditi sayuran. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan kebutuhan masyarakat Indonesia akan sayuran organik semakin meningkat. Untuk itu, petani perlu menerapkan inovasi-inovasi yang ada untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian mereka. Terdapat beberapa upaya peningkatan produksi sayuran organik yaitu dengan penanaman kultivar tahan hama/penyakit tertentu, pengaturan waktu dan jarak tanam, sanitasi, serta perlakuan benih dengan biofungisida. Biofungisida merupakan bahan yang mengandung agen hayati dengan media pembawa tertentu untuk dapat menghambat pertumbuhan patogen untuk mengendalikan penyakit tanaman. Salah satu agen hayati tersebut adalah Trichoderma spp..
Trichoderma merupakan genus cendawan yang mampu dijadikan sebagai agens pengendali patogen secara hayati. Mekanisme antagonis yang dilakukan Trichoderma spp. terhadap cendawan/jamur patogen dilakukan dengan mengeluarkan toksin berupa enzim yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat membunuh patogen. Sifat antagonis Trichoderma spp. dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam pengendalian patogen yang bersifat ramah lingkungan.
Permasalahan yang dihadapi petani sayur dampingan Yayasan PETRASA dalam proses budidayanya diantaranya adalah meningkatnya jamur gada yang menyebabkan penyakit kerdil pada sayuran mereka, terutama sawi-sawian. Maka dengan itu Yayasan PETRASA memutuskan untuk membuat pelatihan pembiakan jamur Trichoderma spp. secara konvensional sebagai jawaban bagi keluhan petani akan masalah yang mereka hadapi. Pelatihan ini juga merupakan tindaklanjut dari kegiatan sebelumnya untuk memperdalam pengetahuan petani.
Untuk menjawab kegelisahan para petani yang terus secara konsistensi melakukan pertanian organik tersebut, PETRASA melalui divisi Pertanian-Peternakan,mencoba memberikan solusi dengan membuat konsep pelatihan pembuatan Tricoderma. Mika Matondang sebagai staff Divisi Pertanian-peternakan pemandu keseluruhan kegiatan berlangsung. Pelatihan ini dilaksanakan di Lae Parira tepatnya di Desa Kentara dengan jumlah peserta 10 orang yang berasal dari berbagai desa, di Kabupaten Dairi tercinta ini.
Dalam pelatihan ini Yayasan PETRASA mengundang Ferdinan Sianturi sebagai narasumber. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi oleh narasumber kemudian dilanjutkan dengan praktek.Praktek dilakukan dengan mengambil sampel untuk dibiakkan langsung dari rumpun bambu dengan menggunakan 2 sampel dari rumpun yang berbeda. Satu dari rumpun yang sering dilalui atau kontak langsung dengan manusia dan satu lagi dari yang jarang atau bahkan tidak pernah. Peserta melakukan praktek sendiri didampingi narasumber. Kegiatan ini juga diselingi dengan materi dan praktek pembuatan eco enzyme yang dibawakan oleh Staf Pertanian Yayasan Petrasa.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengenali jamur Trichoderma spp. melalui praktek yang mereka lakukan sendiri dan mengaplikasikannya pada tanaman demi meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi hasil usaha tani sayuran organik mereka.