“Tolong Lahirkan Kebijakan Program Pertanian Organik Seru Petani Dairi, Pertanian Organik INVESTASI”

Oleh : Gloria Sinaga

25 Oktober 2021 dengan semangat pagi aku bergegas dengan sepeda motor menuju desa Kentara dusun Bangun . Pagi yang cerah sangat mendukungku pada saat itu untuk menapaki jalan yang lumayan jauh dari jalan besar supaya sampai kelahan Bpk Panggamot Sihombing /Br Purba . Mereka sedang memanen padi yang sudah menguning sempurna dengan sitem Mina padi organik.

Segera kupakai basahanku untuk ikut serta memenen padi tersebut, sambil memanen kulontarkan satu pertanyaan kepada amang Panggamot Sihombing, demikian isi dari pertanyaanku “ apa yang sudah keluarga rasakan selama bertani dengan penerapan pertanian selaras alam seama ini amang? Oh Begini inang “Keluarga Kami Bapak Panggamot Sihombing / Istri Rosmani Purba sudah sejak tahun 2017 sebagai praktisi yang konsistensi dalam dibudidaya sayuran dan juga padi dengan perlakuan PSA. Memang terkadang kelihatan bak orang gila, sebab setiap akan melakukan persiapan pengolahan lahan untuk tanaman sayuran organik atau padi, kami harus secara rajin-rajin mengumpulkan sisa /limbah pertanian atau limbah rumah tangga, bahkan limbah (Feses) ternak, kemudian semua itu diproses dengan sangat teliti dan ketelatenan mulai dari mengolah semua limbah itu menjadi bokashi sistem fermentasi dengan waktu yang lumayan menyita dibanding langsung dengan penggunaan yang praktis-praktis seperti halnya Pupuj & Pestisida Kimia, selain mempersiapkan Bokashi kami juga harus mengolah pestisida nabati yang bersumber dari potensi daerah disini contohnya jeringau, daun mimba, daun sirih, kulit dedap, lengkuas, kunyit dan juga bahan organik lainnya yang kemudian setelah bahan terkumpul lalu kembali melakukan proses pencacahan/menggiling semua bahan tersebut hingga ke bagian fermentasi, memang kami akui sangat memakan waktu yang lama inang, tandasnya.

Bapak Panggamot Sihombing menjelaskan tahapan penanaman Mina Padi PSA ( Pertanian Selaras Alam), berikut penjelasan beliau terkait proses dalam bertani Mina Padi PSA: Persiapan Bokashi, Pestisida Nabati, pengolahan tanah dan membentuk lahan mina padi, penebaran kompos dasar, penanaman padi , penebaran bibit ikan 3 (Tiga) Minggu HST, penyemprotan dan perawatan tanah dan tanaman, penyedian pakan organik ikan , misalnya ; Ubi kayu dedak fermentasi, Pasca panen.

Pengalaman itu menjadi sangat berharga buat keluarga kami sebab hingga aksi kegilaan tersebut sudah berujung dengan hasil yang manis inang jelasnya.

Disela-sela istirahat masih kusempatkan lagi bertanya satu hal , Hal apa yang membuat keluarga Bapak tetap bertahan melakukan pertanian PSA ini sudah jelas-jelas sangat rumit dan memakan banyak waktu? Beliau langsung menorehku , dengan raut wajah penih keyakinan dijelaskannya bersdasarkan testimoni kesehatan beliau, salah satu alasannya adalah tentang KESEHATAN, saya ( Bpk Panggamot Sihombing) merasakan sakit di punggung sudah menahun yang mengakibatkan saya sednidi tidak bisa berjalan tegak, punggung saya terus terasa sakit , namun pada akhirnya secara berangsur-angsur berkurang dengan setiap hasri mengkonsumsi beras dan s ayuran secara rutin hasil dari pertanian PSA yang kugeluti sejak tahun 2017 .Selain bermanfaat terhadap kesehatan, hasil pertanian organik tersebut juga dijual dengan harga yang memiliki nilai lebih dari perlakuan kimia.

Ketika keluarga ini semakin merasakan manfaat dari bertani organik ,maka level untuk memaksimalkan perlakuan juga semakin meningkat dan bertambah, yaitu memulai peternakan ayam kampung sitem semi organik. Feses( Kotoran ternak ) menjadi bahagian bahan yang tidak kalah utama dalam pertanian organik, sama juga dengan sebuah pernyataan “ Bertani TANPA Beternak adalah “BUDAK Pabrik PUPUK KIMIA”.

Dari semua testimoni yang di paparkan oleh Beliau, dia berharap akan semakin banyak elemen yang mendukung pertanian organik, sebab pertanian organik bisa menolong kita dari resistensi residu kimia yang ada pada makanan instan, selain itu dengan menerapkan konsep pertanian organik kita telah berkontrisbusi besar mewaruskan tanah yang subur bagi anak-cucu kita kelak, tanah subur juga merupakan investasi .Beliau sangat berharap sekali Program “Pertanian Organik “ menjadi salah satu model percepatan pembangunan ekonomi skop Dairi sampai melahirkan sebuah ‘Kebijakan’ di kabupaten Dairi ini.

Pertanian yang berjelanjutan ialah sistem pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.

Pertaian ini memperlihatkan sisi sifat organis para petani tersebut, dimana mereka sudah menerapkan pengurangan limbah pertanian dengan cara mengolahnya kembali, mereka sama sekali tidak lagi melakukan pembakaran terhadap limbah pertanianya, dengan segala cara diolahnya kembali limbah tersebut dengan banyak ide atau cara salah satunya adalah dengan memfermentasi limbah tersebut dengan menambahkannya dengan bahan organik lainnya.Petani itu tenyata secara tidak langsung sudah cerdas iklim, mereka sudah sangat memperhitungkan kesuburan lahan dengan pola-pola alami. Petani sibuk memikirkan bagaimana caranya supaya tanah semakin subur, dan secara langsung sebenarnya mereka sudah melakukan mitigasi dan adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim.

Selain petani memikirkan ketahanan pangan juga sudah memikirkan kelestarian lingkunggan, mereka melakukannya dengan sistem pertanian terpadu, memadukannya dengan peternakan dalam satu areal supaya kebutuhan pangan, protein dan juga nutrisi bisa terpenuhi dalam waktu yang sangat lama atau disebut berkelanjutan.

Saat ini sudah mulai banyak petani yang meninggalkan sistem petanian monokultur ke pertanian polikuktur, karena dengan perapan sitem polikultur ( pertanian terintegrasi ) mampu menimalkan kerugian petani, jika salahsatunya gagal panen maka bisa memanen tanaman atau ternak, dengan sistem tersebut diyakini sangat efisien dan efektif.

Pertanian berkelanjutan versi petani tersebut apakah sudah mampu memenuhi kebutuhan pangan yang berkelanjutan juga ?

Pengertian pangan sendiri telah diatur dalam peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No 34 Tahun 2019 yang berbunyi: “Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Sedangkan produk olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan olahan organik adalah makanan atau minuman yang berasal dari pangan organik hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan yang diizinkan.

Yayasan PETRASA adalah lembaga yang berdiri sejak tanggal 21 Juli 2001, yang bergerak untuk pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dibidang pertanian –peternakan sistem selaras alam.  PETRASA melakukan pemberdayaan kepada masyarakat yang kebanyakan dari mereka adalah petani –peternak . Dampingan PETRASA tersebar di 12 Kecamatan dikabupaten Dairi dengan 113 kelompok dengan jumlah anggota secara keseluruhan kurang lebih 5.000 jiwa , namun pada dasarnya setelah dilakukan pemberdayaan kepada mereka melalui pelatihan dengan mengundang beberapa peserta dari kelompok tersebut, tak banyak yang tertarik, sebab harapan besar dilakukannya pelatihan tersebut adalah pada akhirnya petani harus mempraktekkan dilahan masing-masing tentang konsept pertanian organik. Tapi pada dasarnya pelaksanaan pertanian organik ini betul-betul membutuhkan tenaga, waktu dan ketelatenan, beda dengan konsep pertanian dengan penggunaan pupuk kimia, sangat praktis , mudah dan efisiensi dalam waktu tenaga.

Tidak berhenti sampai disitu saja, PETRASA terus melakukan penjajakan dalam bentuk pendekatan, ada staff yang rela menginap tinggal didesa dirumah petani dan juga ikut membantu kelahan pertanian mereka walaupun lahan yang dibantunya adalah lahan dengan pertanian konvensional. Petrasa meyakini konsep pendekatan kepada petani salah satunya “Tinggallah bersama mereka, Hiduplah bersama mereka”. Sistem ini ada juga yang berhasil. Beberapa petani yang dikunjungi secara berulang-ulang membuahkan hasil dalam gerakan “Pertanian organik” mereka diberdayakan dengan bentuk pelatihan, praktek pembuatan bokashi padat-cair, Pestisida Nabati, Zat perangsang Tumbuh ( zpt) , Mengolah limbah organik segar menjadi Eco-Enzyme, membuat tricoderma dan bentuk perlakuan lainnya dengan mempertimgkan sumber daya alam yang tersedia dialam sekitar mereka.

Dari mereka yang telah melakukan pemberdayaan secara terus menerus ada beberapa petani-peternak yang sudah menjadi kader Petrasa , yang tentu sudah mampu menjadi narasumber bahkan lebih vokal lagi penyampainnya pada saat mengajak petani lainnya untuk ikut berpartisipadi dan berkontribusi untuk menginvestasikan tanah subur untuk ketahan pangan berkelanjutan.

#pertanianorganikadalahinvestasi

#Sinur #Napinahan #Gabe #Naniula

#LahirkanKebijakanProgramPertanianOrganik

Pertanian Organik Rumit Tapi Menghasilkan Yang Bermanfaat

(Senin, 07/02/2022) Petrasa dan petani dampingan Yaitu Roida Pandiangan sebagai Staf Pemasaran dan Pengembangan Kelompok dan Tiominar Silalahi, Petani kelompok CU Setia Kawan dan juga pelaku produk turunan produk organik berkunjung ke salah satu Yayasan Lingkar organik di Yogyakarta. Kunjungan dilakukan dengan tujuan menambah wawasan dan pengetahuan yang akan di terapkan ke depannya untuk menjadi lebih baik. Pada Intinya adalah untuk membandingkan kondisi yang ada di lingkungan orientasi, tempat kami belajar menambah pengalaman dengan kondisi di tempat kita melakukan aktivitas.

Adapun Hasilnya berupa pengumpulan informasi sebagai bahan acuan dalam perumusan konsep yang di inginkan untuk di jadikan barometer dan menjadi pembanding untuk rencana jangka pendek dan jangka panjang.

Pada saat pembelajaran di Lingkar organik(LO), staf dan petani ingin mengetahui proses pendampingan Lingkar Organik (Yogyakarta) terhadap petani. Bagaimana cara meyakinkan para petani dalam melakukan pengolahan pertanian organik juga bisa sebagai usaha yang menguntungkan, serta mencari informasi yang tepat utk pengembangan pasar organik.

Penentuan harga pasar juga sangat di perhatikan dalam pengembangan pengolahan pertanian organik. Dimana sosialisasi terhadap masyarakat serta dukungan pemerintah dalam upaya pengembangan pertanian organik juga berpengaruh terhadap penentuan harga produknya.

Hal ini sering menjadi masalah dalam pendampingan terhadap petani dampingan Petrasa yang ada di Kabupaten Dairi. Dimana sosialisasi tentang produk-produk organik Kabupaten Dairi masih lemah, sehingga berpengaruh kepada petani dan tetap meyakini produk pertanian kimia lebih menguntungkan, juga menjanjikan di pasaran.

Memang, proses yang di jalani sangat panjang dan rumit. Untuk itu perlu pendekatan, pendampingan dan pemahaman kepada petani terhadap keinginan konsumen untuk mencintai produk yang dihasilkan oleh petani sebagai produsen yang menyuplai produk tersebut. Produsen mengenal target pasar dan tujuan pasar produk yang di hasilkan oleh petani Petrasa. Terbangunnya jaringan petani ke konsumen sehingga terjalin hubungan yang berkelanjutan mengarah kepada perubahan pola pikir di tengah-tengah masyarakat yang menyebabkan Kepercayaan serta keyakinan yang saling menguatkan pemasaran produk organik di kabupaten Dairi.

Yayasan Petrasa yang sudah bersosialisasi hampir dua dekade meyakini Kabupaten Dairi memiliki pasar organik sendiri yang mengantar masyarakat mengubah gaya hidup dan membutuhkan proses yang panjang. Proses demi proses sosialisasi Petrasa akan melahirkan beberapa terobosan dan harapan bahwa produk organik akan di cintai oleh konsumen yang membutuhkan produk-produk yang sehat dan berkualitas. Mari kita bersama-sama tetap menjaga petani dampingan untuk menciptakan konsumen yang loyal dengan konsumsi produk organik .

Divisi Pemasaran dan Pengembangan Kelompok

#organikdairi #sidikalang #petrasa #Organik #Konsumen

“Mangamoti”

Inang Op. Putri Pakpahan baru saja memanen padi organik dari lahan pertaniannya. Menambah semangat memanen, keluarga inang Pakpahan mangamoti diareal sopo (pondok) mereka. Budaya mangamoti ini selalu dilakukan saat mereka sedang memanen padi. Mangamoti merupakan kearifan local masyarakat Batak Toba sebagai wujud rasa syukur petani atas hasil panen yang mereka dapatkan tiap tahunnya dan berdoa agar panen-panen berikutinya dapat meningkat. Pada saat mangamoti, petani biasanya menyembelih ayam atau babi.

Memanen padi sudah selesai dilakukan, saatnya memanen sayur organik dari kebun keluarga yang dimilikinya untuk dipasarkan esok harinya. Biasanya staf Petrasa akan datang menjemput sayur organik Inang Pakpahan di Desa Kentara Kecamatan Lae Parira untuk membantu memasarkan, menjangkau konsumen tetap. Sambil beristirahat, Inang pakpahan bercerita tentang pengalamannya setelah 4 tahun bertani organik.

Pertanian organik tidak hanya mempengaruhi pola pertaniannya namun juga pola konsumsi keluarga. “Dung Marorganik, nga moru be hami mangallang mie instan, dang dipakke hami be penyedap rasa kimia amang”. Setelah bertani organik, keluarga inang pakpahan sudah jarang mengkonsumsi mie instan dan tidak lagi menggunakan micin pada saat memasak.  Inang Pakpahan tidak hanya bertani padi dan sayuran organik namun juga membudidayakan buahan, beternak lele dan ayam secara organik. Ketergantungan dengan makanan cepat saji perlahan berkurang dan meningkatnya pola konsumsi hidup sehat menjadi dampak dari pelatihan-pelatihan yang didapat inang Pakpahan.

Arah cerita sempat juga menyinggung tentang daur pengetahuan lokal yang sudah mulai ditinggalkan. Marsiadapari, marsiruppa(bergotong-royong), tangiang boni, mangamoti perlahan-lahan hilang karena semua layaknya kejar target. Semua sudah serba uang. Makanan lokal juga sekarang sudah tidak dianggap gaul, semua harus serba instan. Manggadong atau makan singkong tidak lagi menjadi santapan ketika berkumpul dengan keluarga, namun lebih sering dipandang sebagai pakan ternak.

Masa-masa bagaimana suatu mekanisme industri pertanian mengubah daur pengetahuan petani. Melalui program Revolusi Hijau, menjadi cikal bakal munculnya cara-cara atau teknologi bertani modern. Sejak tahun 1980-an, bibit unggul-hibrida, dan penggunaan pupuk pestisida kimia melengserkan perlahan pengetahuan lokal tadi. Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras.

Dampak negatif dari Revolusi hijau dirasakan oleh petani hingga saat ini. Hilangnya kemandirian dan kedaulatan petani menjadi penyebab hilangnya pengetetahuan lokal tadi. Petani digiring memacu tingkat produksi, yang penting hasilnya banyak, uangnya juga akan banyak. Untuk mengejar produksi, petani akan meningkatkan penggunaan pupuk kimia dan akhirnya tanah akan semakin rusak. Jika tanah semakin rusak, maka penggunaan pupuk kimia juga akan semakin ditingkatkan. Sementara dari penggunan bahan pertanian kimia tadi, Penikmat utama dari kebiasaan instan tadi adalah mereka pemilik modal atau para pengusaha dibidang pertanian hingga perusahaan makanan.

Kebiasaan instan dari sektor pertanian juga mempengaruhi pola konsumsi keluarga. Inang Pakpahan juga bercerita bagaimana dulunya mereka disaat bertani kimia. Kandungan makan yang dikonsumsi bukanlah menjadi masalah. Yang penting bagaimana bisa cepat dan rasanya lezat. Inang Pakpahan mengingat masa sebelum bertani organik, jika dihitung-hitung biaya pembelian micin dan produk mie instan tiap harinya dikalikan dengan minggu atau bulan, uang itu sudah bisa digunakan untuk membeli baju baru untuk anak-anaknya.

Sebelum bertani organik, inang pakpahan menggunakan 7 saset micin dan mengkonsumsi mie instan 6 bungkus perminggunya. Berarti selama seminggu, satu keluarga dapat menghasilkan sampah sekitar 13 biji. Jika kita kalikan dengan jumlah kepala keluarga di kabupaten Dairi 66.825 (Portal.dairikab.go.id) maka Dairi minimalnya menyumbang 868.725 sampah plastik perminggunya dan 46.911.150 sampah plastik pertahunnya.  Jika kita rata-ratakan berat sampah plastik persasetnya adalah 0,8 gram maka tiap tahunnya kita menyumbangkan minimal 37.528,92 ton sampah.

Sebelumnya, diskusi dengan Bapak Martua Sinaga (Sekretaris Kadis Lingkungan Hidup Kab. Dairi), petugas kebersihan belum menjamah semua kecamatan masih pada 6-8 dari 15 kecamatan dalam hal pengambilan sampah untuk dibuang ke TPA. Ini berarti masih banyak sampah-sampah dihamburkan disembarangan tempat.

Pun, sampah plastik yang kita hasilkan tiap harinya tidaklah muda untuk terurai bisa 10-500 tahun lamanya (kompas.com). Sudah hal pasti sampah yg kita hasilkan dapat merusak tanah dan ekologi yang disebabkan oleh bencana akibat sampah. Berarti kita adalah salah satu penyumbang dan penyebab perubahan iklim. Maka cuaca ekstrim, bencana dan kerusakan lingkungan adalah disebabkan oleh kita sendiri.

Organik bukanlah hanya sebatas bagaimana tidak menggunakan pupuk kimia, namun juga pola konsumsi keluarga harus didukung dengan bahan-bahan yang menyehatkan. “sia-sia do molo hita mengkonsumsi produk pertanian organik hape ditikki mangaloppa tapakke dope penyedap rasa na kimia”. Tubuh kita akan tidak sehat jika kita menggunakan micin walau kita mengkonsumsi produk organik. Bertani organic juga akan membantu pemulihan tanah dari residu yang tinggi akibat kehadiran obat-obat pertanian kimia.

Selain sehat, dengan berorganik kita juga akan lebih hemat.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Aktor Penting Pembangunan Desa

Peran Badan Permusyawarahan Desa (BPD) dalam pembangunan desa sangat vital dan mutlak. 3 fungsi utama BPD yang tertuang dalam Perda No.3 tahun 2018 adalah membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan melakukan pengawasan kinerja kepala desa. Dari ketiga fungsi tersebut sangat jelas bahwa BPD mempunyai peran yang sangat besar dalam terciptanya pemerintahan yang transparan dan adaptif terhadap kepentingan masyarakat.

Catatan itu dirumuskan pada pelatihan BPD yang dilakukan oleh Yayasan Petrasa pada tanggal 7-8 Pebruari 2022 di kantor Petrasa. 25 orang BPD yang juga anggota kelompok CU dari 11 desa ikut bergabung dalam pelatihan itu. Selama proses pelatihan itu terlihat bahwa peserta memiliki kapasitas yang berbeda terkait peran dan fungsi BPD dalam pembangunan desa. Yang menarik adalah bahwa ada perlakuan yang berbeda antara desa. Hal itu disebabkan karena sebagian besar BPD belum mengetahui apa fungsi dan peran mereka dalam pemerintahan desa.

Roni Simamora, Tenaga Ahli Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Kabupaten Dairi yang juga diundang sebagai narasumber dalam pelatihan itu menyampaikan bahwa BPD diharapkan menjalankan fungsi dan peran mereka dalam pembangunan desa. Oleh karena itu BPD harus memahami apa yang menjadi tupoksi mereka dan juga membangun sinergisitas bersama pemerintahan desa.

Ketua Persatuan Anggota Badan Permusyawaratan Desa Seluruh Indonesia (PABPDSI) Kabupaten Dairi, Edipar Samosir yang juga diundang sebagai narasumber menyampaikan bahwa sangat penting sekali untuk mengembangkan organisasi di tingkat kabupaten untuk memperkuat posisi tawar BPD dan memperjuangkan aspirasi BPD. Oleh karena itu perlu dibangun hubungan strategis antara sesama BPD antar desa melalui organisasi BPD di tingkat kabupaten.

Ridwan Samosir sekaligus Sekretaris Eksekutif Yayasan Petrasa juga menyampaikan bahwa berdasarkan Perda No.3 tahun 2018, peran dan pengaruh BPD sangat kuat di desa dan itu harus digunakan oleh BPD untuk memaksimalkan peran dan fungsinya dalam pembangunan desa. Secara khusus fungsi pengawasan yang memberikan mandat kepada BPD untuk mengawasi jalannya pemerintahan desa. Pelatihan ini diharapkan akan meningkatkan kapasitas BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan, penyambung aspirasi dan legislasi desa.

Tidak ketinggalan, Duat Sihombing sebagai Kepala Divisi Advokasi Yayasan Petrasa menyampaikan bahwa BPD juga harus berperan akftif dalam penyususan RPJM Desa dimana sekarang tahapan penyususan RPJM Desa sedang berjalan dan BPD yang ikut dalam pelatihan ini bisa terlibat aktif dan memaksimalkan perannya dalam merumuskan RPJM Desa yang akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat miskin, perempuan, kaum disablitas dan kelompok marginal lainnya.

Pelatihan peningkatan kapasitas BPD ini diharapkan akan berkontribusi terhadap terciptanya pembangunan desa yang transparan, bersih dan berkualitas. Selama proses pelatihan terlihat peserta sangat antusias untuk lebih memahami peran dan fungsi mereka sebagai BPD dan diharapkan setelah proses pelatihan para peserta akan mampu menjadi motor perubahan pembangunan desa.

KUNJUNGAN KONSUMEN PRODUK ORGANIK KE LAHAN PETANI

Petrasa mendukung pemasaran dengan pelatihan dan mengumpulkan produsen dengan konsumen. Kegiatan ini bertujuan untuk meyakinkan konsumen dengan produk yang di jual oleh kios Pangula sebagai salah satu alat untuk menyampaikan produk tersebut sampai di tangan kosumen.

Ridwan Samosir Sekretaris Eksekutif Petrasa menyampaikan dalam pasar, biasanya hubungan konsumen dan produsen dengan rantai pasar yang panjang. Akan tetapi, Divisi Pemasaran Petrasa melalui Kios Pangula membuat rantai pasar itu menjadi sederhana, dimana konsumen langsung mendukung petani dengan harga yang tinggi dan di nikmati langsung oleh petani organik. Dalam proses memproduksi sayuran yang di konsumsi konsumen, petani harus bersusah payah untuk melakukan upaya untuk menghasilkan produk – produk organik. Adapun produk yang dihasilkan berupa sayur-mayur dan buah-buahan.

Sistem pemasaran ini sangat unik dimana seluruh media yg dilakukan adalah konsumen akan bercerita kepada masyarakat banyak melalui mulut ke mulut dan model kampanye seperti ini otomatis akan menambah konsumen. dengan bertatap muka dan kunjungan di lokasi petani akan menambah kepercayaan konsumen dengan produk yg selama ini mereka beli dan di konsumsi.

Kak Br. Angkat sebagai konsumen organik yang bekerja di salah satu instansi kesehatan di Kabupaten seberang menceritakan pengalamannya terkait konsumsi produk organik. Tahun 2020/2021 Virus Covid 19 menyerang manusia di Indonesia dan juga di daerah Kabupaten beliau di tempatkan sebagai tenaga kesehatan/perawat. Teman dan tim kerjanya yang bekerja terserang covid 19 walaupun sudah mendapatkan vaksin sehingga harus mendapatkan perawatan. Tetapi Ibu Br. Angkat hingga sekarang walaupun bekerja disana bersama dengan Tim Perawat lainnya belum pernah terindikasi terserang Pandemi tersebut. Beliau menyampaikan konsumsi yang dijaga dengan sayuran organik sehingga terhindar dari penyakit ataupun dari Pandemi hingga saat ini, Puji Tuhan Masih tetap Sehat walafiat. Pengalamannya mengkonsumsi produk organik dengan peryataan “Lebih bagus makan Sayur organik daripada makan nasi” akan berpengaruh membuat kondisi tubuh kita stabil.

Ibu Br Angkat juga bercerita bahwa produk sehat ini Sudah pernah juga menawarkan ke teman-teman PNS di Pakpak Bharat dan juga mau berkontribusi untuk membawa produk kepada konsumen disana apabila mau order, tambahnya. Ibu ini juga menyampaikan perbedaan dari sayuran yang dijual di Pajak dengan produk kios Pangula; Contoh sayur putih dari pajak dengan Petrasa sangat berbeda. Waktu dimasak pengecap dan pencernaan gak ada masalah. Penglihatan juga berpengaruh dimana penglihatan semakin terang dan kandungan gizi masih lengkap, terangnya.

Konsumen lain juga menyampaikan Ibu Br Sembiring, Produk organik rasanya jadi manis dan produknya tahan lama. Dalam pilihan untuk konsumsi vitamin kurang bagus menurutnya karena penyerapan tubuh kita tidak sesuai, kalau bisa konsumsi makanan sehat organik itu lebih baik. Dengan konsumsi organik sehingga gak pernah makan vitamin yang dibeli dari toko obat. Testimoni mengenai cara memasak adalah Sayur cepat matang dan telur ayam kampung : kuning telur organik mendekati warna oranye dan non organik warna kuning kelihatan seperti pucat.

Produsen sayuran yang ditemui di lapangan ada 4 orang dan masing2 menceritakan cara penanaman sayuran yg mereka tanam, ada beberapa penjelasan dari petani yang produksi sayuran organik yaitu pembuatan bokashi, pembuatan Pesnab, pembuatan ZPT dan Pembuatan pupuk organik cair (POC) yang diaplikasi setiap Minggu.

Petani juga diajari untuk budidaya sayurannya dan cara aplikasi setiap pupuk atau pestisida nabati yang digunakan agar tanaman dapat di panen dan dijual sesuai dengan waktu berjualan kios Pangula. Produsen produk organik juga menyampaikan kenapa harga organik itu mahal? Ada beberapa hal yang selama ini belum diketahui oleh konsumen dimana para petani harus bersusah payah mengembalikan kesuburan tanah, diawal mereka harus merugi karena hasil tidak sesuai dengan harapan karena masa proses transisi. Dengan penjelasan petani sehingga konsumen meyakini harga produk sudah layak. soalnya biaya dan bahan yg digunakan di produksi sendiri, ada juga nilai yg di dapat dengan prinsip sehat, kita tidak perlu lagi beli yg tidak terjamin. Sedih melihat petani sudah capek produksi dan harga tidak pernah menentu sebut salah seorang konsumen.

Keinginan petani dengan harga produk saat ini adalah mau harga nya di tambah karena mengerjakan sudah sulit dan yang diberikan ke konsumen untuk di konsumsi adalah murni produk-produk sehat. Pertanyaan konsumen Br angkat kepada petani; Kenapa mau menanam organik? salah satu produsen produk organik menjawab dan menyampaikan Kita petani sehat, tanah kita sehat dan mewariskan sama anak cucu dan bumi kita sehat. Intinya saling berbagi katanya; Pendapatan keluarga juga bertambah karena tidak beli pupuk lagi sama kios pupuk.

Pertanyaan kedua dari konsumen ketika mengunjungi demplot milik N. Pakpahan, Bagaimana dengan brokoli yang rusak yang menjdaikan produsen jadi malas untuk merawatnya lagi dan Produksi turun! N Br Pakpahan juga memberikan jawaban dengan tetap semangat untuk mengerjakan sampai bisa berhasil dan terus menanam sampai pertumbuhannya baik. R Br purba juga menambahkan; belajar terus dari pengalaman untuk membuat tanaman organik sampai bagus.

Petani organik itu capek, sulit buat sendiri karena sudah ada yang praktis. Sangat wajar harga yang disuguhkan kios pangula dengan produk-produk organiknya sesuai standard dan harga yang dibayarkan oleh konsumen langsung membantu produsen dengan mendapatkan keuntungan lebih sehingga terciptanya keadilan bagi Petani itu sendiri.

Semoga kunjungan ini memberikan semangat baru kepada produsen untuk menanam dan memperluas lahan organik dengan variasi produknya. Para konsumen semakin percaya dengan tatap muka kepada petani yang akan mempromosikan kepada keluarga, teman dan kenalannya untuk menambah konsumen produk berkualitas dan menyehatkan.

Salam Organis

#sayurorganik #petrasa #hidupsehat #goodhealth

Divisi P. Kelompok dan Pemasaran

Petani Organik Dairi Mengunjungi BBPPTP MEDAN

Pengetahuan petani sangat mempengaruhi kondisi keadaan pertanian yang dilakukan oleh setiap Petani, lewat eksperimen yang dilakukan oleh petani untuk bisa melanjutkan pertanian tanpa tergantung pada pupuk kimia bisa membawa perubahan kedalam kehidupan yang semakin baik dan ramah pada lingkungan.

Sudah banyak masyarakat petani di Indonesia yang mempraktekkan kelahan pertaniannya. Ada saja dari mereka yang memperoleh ilmu pengetahuan cara pengolahan input-input pertanian tersebut Berkat pelatihan oleh lembaga NGO atau bahkan dari Dinas terkait,namun tak jarang juga sebagian besar petani tersebut mempelajari nya secara otodidak , melihat dari media atau bahkan YouTube dll.

Salah satu petani binaan Yayasan Petrasa, beliau adalah Bapak Koster Tarihoran sebagai petani kopi organik dan Rosmani Purba sebagai petani padi dan sayur organik. Setelah beberapa kali melakukan pemberdayaan terkait pertanian organik pada akhirnya mereka bisa membuat pupuk dan pestisida organik sendiri guna menunjang pertanian yang baik dan berproduksi tanpa memakai bahan pupuk dan pestisida kimia . Input -input pertanian seperti halnya Zpt (Zat Perangsang Tanaman) Bokashi padat /Cair, Pestisida nabati, ECO enzim dll mereka buat sendiri setelah melakukan pelatihan bagaimana cara pembuatannya.

Petani Psa atau yang sering disebut sebagai petani organik adalah orang-orang yang sangat memegang prinsip teguh , bagaimana semestinya menjaga kesehatan ekologis, mereka akan terus-menerus secara konsisten dan komitmen memberikan asupan olahan mereka terhadap pertaniannya .

Akan tetapi masih ada yang mengganjal dihati para petani ini dengan kandungan nutrisi yang ada pada asupan organik yang mereka buat, mereka ingin mengetahui apakah komponen dari setiap kandungan yang terkandung pada asupan organik yang mereka buat sudah memadai(takarannya sesuai).

Pada hari Jumat, 4 Februari 2022 Petrasa melalui divisi pertanian-Peternakan berusaha mendampingi petani langsung ke kementerian Pertanian – Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP MEDAN) untuk uji laboratorium pada asupan organik yang dibuat oleh petani. Tujuan dari pertemuan ini dilakukan sebagai bahan pengetahuan mereka untuk melihat berapa kandungan dalam setiap komponen yang sudah tersedia dalam asupan organik tersebut.

Dalam pertemuan ini Staff kementerian BBPPTP menjamu & menerima kedatangan Petani beserta rombongan untuk berdiskusi terkait dengan tanaman pertanian organik serta asupan nutrisi nya . Beberapa contoh asupan organik yang kami bawa adalah ZPT, Biopori Bassiana, Tricoderma, PGPR, Asam Amino, Pesnab dan Ecoenzym.

BBPPTP, Christina Matondang Bagian Kepala Laboratorium & beberapa rekan kerjanya termasuk kepala HPT Bpk Pardede , menyampaikan bahwa setiap asupan yang dibawa oleh petani hasilnya sudah bagus terlihat dari aroma dan warna.

Beberapa olahan nutrisi yang yang sudah dibawa oleh petani tersebut akan segera diuji lab, diantaranya adalah Bafaria Bassiana (BB) dan juga Tricoderma , sesuai dengan informasi dari BBPPTP hasilnya akan keluar dalam tempo 5 Hari setelah dilakukan penelitian uji Laboratorium.

Melihat dari antusiasme masyarakat petani Dairi khususnya bapak Tarihoran & ibu Rosmani purba , BBPPTP Sangat mengapresiasi kinerja mereka , ternyata masih ada Petani bdi Kabupaten Dairi yang mau Dengan sukarela melakukan pertanian konsep merawat Ekologis, beliau adalah salah satu petani pejuang Lingkungan telah melakukan pertanian dengan konsep pertanian yang adaptif .

Petani yang terus menerus melakukan konsep pertanian selaras alam adalah bentuk nyata mereka telah menghargai keutuhan Ciptaan.

Pada dasarnya mereka memiliki rasa yang sangat sensitif pertanian & menghargai Setiap proses yang mereka lakukan terhadap pertanian nya untuk terus berkelanjutan.

#PetaniDairiKeBbpptp

#PetaniHebat

#MitigasiPerubahanIklim

Musrembang Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Kabupaten Dairi 2023

(Desa Ujung Teran, 4/2/2022) Musrembang hari ini dilakukan sesuai amanah UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional seluruh Indonesia, musyawarah RKPD yang dilakukan adalah ditingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan Nasional. Ada pun prioritas pembagunan tersebut adalah:

  1. Infrastruktur (Pertanian dan Pendidikan)
  2. Ekonomi (Pertanian, Sosial-Budaya dan Pendidikan) dan
  3. Kesehatan

Sebagai Kepala Desa baru, kepala Desa diwajibkan menyusun RPJMDesa 2021 -2027 yang merupakan pedoman umum pembagunan Desa (Perbub No. 24 tahun 2017). Sehingga, dalam pembangunan desa tiap tahunnya, Kepala Desa harus berpedoman pada RPJM Desa tersebut kecuali jika ada hal yang sangat genting, maka rencana pembangunan tersebut bisa berubah.

Perlu difahami berdasarkan Perpres 104 Tahun 2021 menyebutkan, Dana Desa diprioritaskan untuk: 40% BLT, 20% ketahanan pangan dan hewani dan 8% PPKM. Selain itu Dana Desa juga tahun ini diprioritaskan untuk pembangunan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), penurunan stanting, pembinaan dan pemberdayaa desa.

Setelah dibuka oleh Kepala Desa Ujung Teran Bapak Pasti Matanari, diikuti dengan kata sambuatan dari BPD dan Perwakilan kecamatan. Selanjutnya, pemaparan usulan dari setiap dusun untuk melihat apakah usulan tersebut bisa dimasukkan ke anggaran kabupaten atau pembiayaannya dari Dana Desa sehingga usulan tersebut bisa dimasukkan ke aplikasi Siskudes Desa.

Namun jika dilihat kembali hasil usulan dari semua dusun, masih didominasi oleh usulan pembangunan infrastruktur dan sangat minim usulan terkait program pemberdayaan dan juga pertanian. Hal ini mengundang sedikit komentar dari pihak kecamatan, “Usulan ini belum menyentuh kepentingan kita terutama sektor pertanian. Padahal mayoritas penduduk Desa Ujung Teran adalah petani. Permintaan bibit, pengadaan saprodi pertanian dan lainnya belum terlihat, apalagi saat ini kita dihadapkan kepada kebutuhan pupuk subsidi yang sampai saat ini masih menjadi persolan kita. Pemerintah kita saat sangat mendorong petani beralih kepada pertanian organik sehingga kebutuhan pupuk itu lambat laun bisa kita penuhi dengan pupuk yang kita buat sendiri”, imbuhnya.

Menjawab tantangan itu, Kepala Desa Ujung Teran memberikan kesempatan kepada Petrasa untuk memberi masukan terkait bagaimana kedepan warga Desa termasuk kelompok Tani bisa di Organisir untuk dilatih membuat pupuk dan pestisida organik sebagai salah satu bagian visi kepala Desa dibidang pertanian.

Duat Sihombing mewakili Yayasan Petrasa menyampaikan, “Pada prinsipnya Petrasa siap bersinergi dan bekerja sama dengan Pemerintahan Desa ujung teran dalam program pertanian, peternakan dan pemberdayaan perempuan kedepan serta program lain yang relevan dalam mendukung pembangunan Desa ujung teran kedepan”, paparnya.

“Persoalan pupuk bukan hanya persoalan Dairi tapi ini persoalan nasioanal karena kebutuhan nasional kita saat ini sekitar 24 juta ton sedangkan yang mampu diproduksi hanya 13 juta ton, artinya kita minus hampir dari setengah kebutuhan. Lantas apakah kita akan berhenti bertani hanya karena pupuk tidak ada? tentu tidak maka perlu dicari alternatif lain pengganti pupuk yakni pupuk yang berasal dari apa yang ada disekitar kita”, pungkas Duat Sihombing.

Diakhir pertemuan pihak kecamatan menyampaikan segala usulan akan ditampung namun bukan berarti akan terealisasi secepatnya karena akan dilihat dari sisi skala prioritas, baik di musrembang kecamatan maupun musrembang Kabupaten.

Acara musrembang ini ditutup oleh Kepala Desa Ujung Teran dan beliau berharap kedepan dalam musyawarah Desa seperti ini semua perwakilan harus mampu menyampaikan usulan usulan yang lebih bersentuhan dengan kehidupan masyarakat, terutama pengembangan pertanian di desa Ujung Teran kedepan.

Realitas Dibalik mimbar Jokowi di Kabupaten Dairi

2-4 Februari 2022 Bapak Presiden RI Ir. Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Sumatera Utara. Setelah mengunjungi kabupaten Tapanuli Utara, Toba, Simalungun, Samosir dan Humbang Hasundutan bersama rombongan, Jokowi mendarat di Stadion Utama Dairi menggunakan Helikopter Super Puma TNI AU. Kunjungan ke Dairi bertujuan untuk menyerahakan sertifikat tanah dan penyerahan bantuan langsung tunai kepada pedagang kaki lima dan warung.

Mengetahui informasi kedatangan Jokowi, masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran yang tergabung dalam Kelomok Tani Bersatu (KTB) berniat menyampaikan aspirasi mereka terkait gejolak yang dihadapi sejak 2 tahun lalu. Konflik agraria dengan PT. Gruti, masyarakat dikriminalisasi, diintimidasi, dianggap seperti teroris dan atas aduan PT. Gruti, masyarakat Sileuh-leuh Parsaoran sudah lebih dari 10 kali dipanggil kepolisian dengan tuduhan yang tidak pernah mereka lakukan. PT. Gruti juga sudah merusak lahan pertanian masyarakat dan dikhawatirkan akan mengundang bencana didesa mereka.

PT. Gruti, Perusahaan kayu tersebut kembali diberikan izin oleh negara dengan SK.386/Menlhk/Setjen/HPL.0/10/2020. Melalui SK tersebut PT. Gruti kembali diberikan izin konsesi seluas 8.085 hektar di 5 Desa dikabupaten Dairi (Desa Barisan Nauli, Pargambiran, Perjuangan, Sileuh-leuh Parsaoran dan Parbuluan VI).

Namun dengan banyak pertimbangan KTB, menyampaikan aspirasi kepada Jokowi secara langsung merupakan hal yang sulit untuk direalisasikan. Akhirnya KTB bersepakat menyampaikan aspirasi melalui selembar spanduk bertuliskan “Selamat Datang Bapak Presiden RI Joko Widodo, Mohon Tinjau kembali Izin PT Gruti SK.386/Menlhk/Setjen/HPL.0/10/2020)”.

Saat yang ditunggupun tiba. 3 Februari 2022 sekitar pukul 14.15, Jokowi menapakkan kaki dilapangan Sudirman Sidikalang dan 5 orang anggota KTB membentangkan spanduk tepat dijalan raya sebelah kiri lapangan sudirman dengan harapan mendapat simpati Bapak Presiden RI ke 7 tersebut.

Aksi bentang spanduk ini dihadang oleh anggota TNI, kepolisian, SATGAS Panwil RI 1 dan beberapa orang berkemeja. KTB dilarang membentangkan Spanduk tanpa disertai alasan, KTB hanya boleh mengibarkan spanduk disaat Jokowi sudah meninggalkan Dairi. Spanduk tersebut sempat berusaha dirampas oleh petugas keamanan dan melontarkan nada tinggi kepada KTB. Sebanyak 7 orang aparat kepolisian berusaha menutup-nutupi pesan KTB kepada presiden RI tersebut.

Ketua Kelompok Tani Bersatu Julius Sitanggang menyayangkan kejadian hari ini. “Ini sudah mencoreng demokrasi, tidak pernah ada aturan yang melarang masyarakat untuk menyampaikan pendapat didepan umum, didepan presiden. Kami sangat cinta dengan Jokowi, kami hanya membentangkan spanduk, tidak mengundang keributan. 315 Kepala Keluarga masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran juga ingin ikut digerakan ini namun kami larang dan kami hanya 5 orang itu semua hanya untuk menjaga kekondusipan. Kita tidak usah menutup-nutupi bahwa Dairi memang sedang tidak baik-baik saja dan terlihat sepertinya sedang tidak terjadi konflik dimasyarakat”, tegas Julius.

“Kami sangat sedih, Jokowi membagi-bagi sertifikat tanah kepada masyarakat Dairi. Sertifikat itu merupakan tanah yang justru tidak berkonflik. Sementara konflik tanah (agraria) masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran dengan PT. Gruti tak kunjung padam dan keputusan PANSUS DPRD Dairi tidak berpihak kepada rakyat”, sesal Op. Yogi Sihotang penasehat KTB.

Kelompok Tani Bersatu menuturkan, mereka sudah pernah menyampaikan surat Audiensi kepada Bupati Dairi tepatnya pada tangal 6 Oktober 2021 terkait konflik mereka dengan PT. Gruti namun hingga berita ini disiarkan, Bupati Dairi belum memberikan respon kepada KTB untuk beraudiensi.

Euforia kedatangan Jokowi ke Kabupaten Dairi akhirnya membatasi demokrasi. Dairi sedang tidak baik-baik saja, penyerahan sertifikat tanah tersebut menimbulkan luka baru kepada masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran.

Kelompok Tani Bersatu menyampaikan banyak terimakasih kepada masyarakat Dairi yang ikut bersolidaritas mendukung dan berusaha membentangkan spanduk di didepan Bapak Presiden RI walau dihadang oleh pihak TNI, Kepolisian dan SATGAS Panwil RI 1. Semoga pesan Kelompok Tani Bersatu ini sampai kepada Bapak @Presiden Joko Widodo.

#Tolak_Gruti

#selamatkan_raso

#selamatkan_ruang_hidup

#tanah_untuk_tani

Tantangan dan Praktik Baik dalam Adaptasi Iklim dan Pembangunan Ketahanan

(Diselenggarakan oleh Bread for the World (BfdW) & Christian Commission for Development (CCDB) Workshop Online, Bangladesh, 2-3 Februari 2022)

Kegelisahan global mengenai dampak perubahan iklim sudah mencapai puncaknya. Dampak perubahan iklim sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia, bahkan beberapa negara sudah terdampak secara ekstrim. Naiknya suhu bumi, perubahan pola cuaca, kekeringan, banjir, merebaknya hama dan penyakit, naiknya permukaan laut karena mencairnya es di kutub utara, kebakaran hutan, erosi dan tanah longsor.

Krisis iklim ini juga membahayakan komunitas masyarakat di seluruh Asia. Mempercepat dampak iklim semakin mengekspos masyarakat terhadap risiko iklim, mengancam kehidupan dan mata pencaharian masyarakat lokal seperti petani, nelayan, masyarakat tepi pantai sebagai pihak yang paling rentan. Oleh karena itu, menjadi penting untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dengan mengambil langkah-langkah adaptasi iklim dan pengurangan risiko iklim.

Membangun definisi United Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dan Inter-Governmental Panel on Climate Change (IPCC) maka ketahanan iklim bisa didefenisikan sebagai ‘kemampuan sistem, komunitas, atau masyarakat yang terpapar bahaya untuk melawan, menyerap, mengakomodasi, dan pulih dari efek bahaya secara tepat waktu dan efisien, termasuk melalui pelestarian dan pemulihan struktur dan fungsi dasarnya yang esensial.

Ketahanan masyarakat terkait bahaya resiko iklim ditentukan oleh sejauh mana masyarakat memiliki kebutuhan sumber daya dan mampu mengatur dirinya sendiri baik sebelum dan pada saat dibutuhkan.’ (ACT Alliance 2020, Asuransi Risiko Iklim dan Pembiayaan Risiko dalam Konteks Keadilan Iklim. Panduan untuk Pengembangan dan Praktisi Bantuan Kemanusiaan).

Pengurangan risiko iklim kami definisikan sebagai ‘konsep dan praktik pengurangan risiko bencana melalui upaya sistematika untuk menganalisis dan mengelola faktor penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan paparan bahaya, berkurangnya kerentanan orang dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan, dan peningkatan kesiapsiagaan untuk kejadian buruk (ibid).

Adaptasi iklim definisikan sebagai sebuah tindakan untuk menyesuaikan dan mempersiapkan ekologi, sosial atau ekonomi terhadap dampak perubahan iklim saat ini dan yang diprediksi di masa depan. Ini memerlukan aksi adaptasi di tingkat masyarakat yang berkaitan dengan, antara lain, pertanian, air dan sanitasi, perumahan dan kesehatan.Hal ini yang menjadi latar belakang kenapa BfDW dan CCDB menyelengarankan workshop online ini kepada organisasi yang menjadi partner BfdW untuk negara Asia Selatan dan Tenggara termasuk Indonesia.

Workshop itu juga sekaligus menjadi kesempatan untuk saling bertukar pengalaman dalam upaya adaptasi dan mitgasi yang sudah dilakukan masing-masing organisasi seperti CCDB (Bangladesh), UNM (Nepal), LWF (Myanmar), YMCA Thailand, WOTR (India) dan organisasi lainnya. Pengalaman yang dibagikan juga beragam tergantung dengan komunitas yang didampingi dan sumber daya yang tersedia, misalnya komunitas masyarakat tepi pantai, komunitas petani yang tinggal di daerah pegunungan dan komunitas nelayan. Strategi adaptasi juga berbeda-beda sesuai dengan masalah yang dihadapi komunitas seperti kebutuhan air bersih untuk adaptasi dampak kekeringan, pertanian terintegrasi untuk komunitas petani, program sanitasi untuk komunitas nelayan yang terdampak kenaikan permukaan air laut, adaptasi perumahan yang terdampak angin topan dan program adaptasi lainnya.

Petrasa yang juga bergabung dalam workshop juga memaparkan dampak perubahan iklim yang mulai dirasakan komunitas petani di kabupaten Dairi antara lain : naiknya suhu udara, perubahan pola cuaca, merebaknya hama dan penyakit, hujan es, angin puting beliung, banjir, tanah longsor, erosi dan tanah longsor.

Workshop Internasional itu sangat bermanfaat untuk saling meningkatkan kapasitas adaptasi dan pembangunan ketahanan komunitas di Asia selatan dan Asia Tenggara dan diharapakan workshop ini akan berlanjut dengan topik yang lebih spesifik tergantung kondisi dan kebutuhan masing-masing perserta. Misalnya workshop tentang adaptasi dan mitagasi sektor pertanian, sektor perikanan, perumahan, sanitasi dan air dan sebagainya.

Salam Organik..!!!

Integrasi Pertanian Kopi & Lebah madu

Dalam budidaya lebah, vegetasi menjadi hal yang utama didalam pengembangan lebah di Kawasan lahan pertanian.selain madu hutan yang dominan diisi lebah dorsata atau harinuan didalam Bahasa batak. Lebah yang sering di lahan pertanian juga sering dominan di Kawasan perladangan petani, dan beberapa petani juga sudah membuat kotak untuk pengembangan lebah ini ,lebah cerana yang menjadi lebah yang paling banyak di Kawasan perladangan yang sering di budidayakan petani.selain dari madunya, fungsi lebah bagi hasil pertanian juga sangat berpengaruh untuk peningkatan produksi pertanian, terutama pada penyerbukan bunga tanaman kopi.

Hampir semua tanaman bergantung pada penyerbukan untuk proses pembuahan, begitu pula dengan tanaman kopi. Secangkir kopi yang nikmat hari ini, juga melalui proses penyerbukan pada bunga kopi yang kelak akan menjadi buah kopi. Mungkin penyerbukan kopi tidak hanya tugas dari serangga lebah madu, serangga lain pun bisa mengambil peran ketika masa penyerbukan tiba. Namun penelitian yang dilakukan peneliti dari Universitas Vermont mengatakan bahwa penyerbukan kopi yang dilakukan oleh lebah dapat memaksimalkan pertumbuhan buah kopi. Nantinya dapat meningkatkan kualitas dari biji kopi dan membuat ukuran biji kopi lebih seragam. Jadi sudah saatnya kita menerapkan sistem pertanian yang terintegrasi salah satunya dengan budidaya lebah madu di ereal tanaman Kopi .

Untuk menambah jumlah produksi madu, petani harus menanam tanaman pohon yang paling disukai lebah untuk mencari makanan lebah yaitu ;

1. Kaliandra

Selain mudah tumbuh, pohon ini juga memiliki keunikan dengan berbunga sepanjang tahun dan bunganya paling disukai lebah, selain itu kaliandra juga memiliki fungsi untuk pakan ternak, menahan erosi.

2. Pohon produksi, misalnya alpukat, manggis, dll

Didalam budidaya pertanian, penanaman pohon produksi sangat lah penting untuk mengoptimalisasi lahan pertanian, tidak hanya tanaman muda yang dihasilkan, tetapi tanaman yang musiman juga menjadi pendapatan tambahan untuk income petani

3. Akasia

Selain kaliandra, akasia juga sangat bagus untuk ditanami di seketiran ladang, selain mencegah erosi, akasia juga menjadi pohon naungan dan bunga dari pohon ini juga sangat disukai lebah untuk sumber makanan

4. Bunga air mata pengantin

Untuk produksi madu yang banyak perlu untuk menanam bunga air mata pengantin, selain untuk menata lahan pertanian yang baik, penananaman AMP juga perlu untuk vegetasi lebah.

#LebahuntukTanamanKopi

#LebahUntukPenyerbukanAlami