Tantangan dan Praktik Baik dalam Adaptasi Iklim dan Pembangunan Ketahanan

(Diselenggarakan oleh Bread for the World (BfdW) & Christian Commission for Development (CCDB) Workshop Online, Bangladesh, 2-3 Februari 2022)

Kegelisahan global mengenai dampak perubahan iklim sudah mencapai puncaknya. Dampak perubahan iklim sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia, bahkan beberapa negara sudah terdampak secara ekstrim. Naiknya suhu bumi, perubahan pola cuaca, kekeringan, banjir, merebaknya hama dan penyakit, naiknya permukaan laut karena mencairnya es di kutub utara, kebakaran hutan, erosi dan tanah longsor.

Krisis iklim ini juga membahayakan komunitas masyarakat di seluruh Asia. Mempercepat dampak iklim semakin mengekspos masyarakat terhadap risiko iklim, mengancam kehidupan dan mata pencaharian masyarakat lokal seperti petani, nelayan, masyarakat tepi pantai sebagai pihak yang paling rentan. Oleh karena itu, menjadi penting untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dengan mengambil langkah-langkah adaptasi iklim dan pengurangan risiko iklim.

Membangun definisi United Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dan Inter-Governmental Panel on Climate Change (IPCC) maka ketahanan iklim bisa didefenisikan sebagai ‘kemampuan sistem, komunitas, atau masyarakat yang terpapar bahaya untuk melawan, menyerap, mengakomodasi, dan pulih dari efek bahaya secara tepat waktu dan efisien, termasuk melalui pelestarian dan pemulihan struktur dan fungsi dasarnya yang esensial.

Ketahanan masyarakat terkait bahaya resiko iklim ditentukan oleh sejauh mana masyarakat memiliki kebutuhan sumber daya dan mampu mengatur dirinya sendiri baik sebelum dan pada saat dibutuhkan.’ (ACT Alliance 2020, Asuransi Risiko Iklim dan Pembiayaan Risiko dalam Konteks Keadilan Iklim. Panduan untuk Pengembangan dan Praktisi Bantuan Kemanusiaan).

Pengurangan risiko iklim kami definisikan sebagai ‘konsep dan praktik pengurangan risiko bencana melalui upaya sistematika untuk menganalisis dan mengelola faktor penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan paparan bahaya, berkurangnya kerentanan orang dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan, dan peningkatan kesiapsiagaan untuk kejadian buruk (ibid).

Adaptasi iklim definisikan sebagai sebuah tindakan untuk menyesuaikan dan mempersiapkan ekologi, sosial atau ekonomi terhadap dampak perubahan iklim saat ini dan yang diprediksi di masa depan. Ini memerlukan aksi adaptasi di tingkat masyarakat yang berkaitan dengan, antara lain, pertanian, air dan sanitasi, perumahan dan kesehatan.Hal ini yang menjadi latar belakang kenapa BfDW dan CCDB menyelengarankan workshop online ini kepada organisasi yang menjadi partner BfdW untuk negara Asia Selatan dan Tenggara termasuk Indonesia.

Workshop itu juga sekaligus menjadi kesempatan untuk saling bertukar pengalaman dalam upaya adaptasi dan mitgasi yang sudah dilakukan masing-masing organisasi seperti CCDB (Bangladesh), UNM (Nepal), LWF (Myanmar), YMCA Thailand, WOTR (India) dan organisasi lainnya. Pengalaman yang dibagikan juga beragam tergantung dengan komunitas yang didampingi dan sumber daya yang tersedia, misalnya komunitas masyarakat tepi pantai, komunitas petani yang tinggal di daerah pegunungan dan komunitas nelayan. Strategi adaptasi juga berbeda-beda sesuai dengan masalah yang dihadapi komunitas seperti kebutuhan air bersih untuk adaptasi dampak kekeringan, pertanian terintegrasi untuk komunitas petani, program sanitasi untuk komunitas nelayan yang terdampak kenaikan permukaan air laut, adaptasi perumahan yang terdampak angin topan dan program adaptasi lainnya.

Petrasa yang juga bergabung dalam workshop juga memaparkan dampak perubahan iklim yang mulai dirasakan komunitas petani di kabupaten Dairi antara lain : naiknya suhu udara, perubahan pola cuaca, merebaknya hama dan penyakit, hujan es, angin puting beliung, banjir, tanah longsor, erosi dan tanah longsor.

Workshop Internasional itu sangat bermanfaat untuk saling meningkatkan kapasitas adaptasi dan pembangunan ketahanan komunitas di Asia selatan dan Asia Tenggara dan diharapakan workshop ini akan berlanjut dengan topik yang lebih spesifik tergantung kondisi dan kebutuhan masing-masing perserta. Misalnya workshop tentang adaptasi dan mitagasi sektor pertanian, sektor perikanan, perumahan, sanitasi dan air dan sebagainya.

Salam Organik..!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *