Pentingnya Sosialisasi Peraturan Daerah No 3 Tahun 2018 tentang Badan Permusyawaratan Desa di Dairi

Peraturan Daerah No 3 Tahun 2018 tentang Badan Permusyawaratan Desa sudah ditetapkan di Sidikalang pada 4 Desember 2018. Perda ini berisikan 11 (Sebelas) Bab dan 68 (enam puluh delapan) pasal. Sebelumnya perda yang digunakan didairi tentang pedoman pembentukan badan permusyawarahan desa adalah Perda No 14 tahun 2006 namun ditimbang sudah tidak sesuai lagi dengan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa.

Pengaturan BPD dalam peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum terhadap BPD sebagai lembaga di Desa yang melaksanakan fungsi pemerintahan Desa.

Pengaturan BPD bertujuan untuk :

  1. Mempertegas peran BPD dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
  2. Mendorong BPD agar mampu menampung menyalurkan aspirasi masyarakat Desa ; dan
  3. Mendorong BPD dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di Desa.

Namun hampir dua tahun implementasi Perda ini, sangat disayangkan sosialisasi penerapannya masih dianggap belum maksimal.  Beberapa desa di Kabupaten Dairi  yang sudah melakukan pemilihan BPD menerapkan teknis dan system yang berbeda-beda. Bahkan dinilai, ada yang melanggar isi dari Perda No 3 tadi.  Kabid Pengelolaan Keuangan Desa Edison Silalahi dan Bagian Administrasi Umum  br Bancin menyampaikan beberapa aduan juga sudah diterima oleh DISPEMDES tentang pemilihan BPD yang dinilai tidak sesuai dengan Perda No 3 thn 2018. Mereka mengakui kurangnya sosialisasi Perda ini karena kurangnya anggaran. Sungguh disayangkan apabila BPD yang terpilih tidak bekerja sesuai harapan masyarakat, dimana BPD tidak lagi menyerap dan menampung aspirasi Masyarakat, melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa serta melakukan 11 tugas lainnya sesuai dengan Pasal 31 Perda No 3 tahun 2018.

Pada 28/2/2020, Divisi Advokasi Yayasan Petrasa (Duat Sihombing – Boy Hutagalung) dan Wakil Ketua PPODA (Parlindungan Tambunan) melakukan diskusi dengan Dispemdes terkait Perda yang mengatur BPD tersebut. Duat Sihombing selaku Kepala Divisi Advokasi Petrasa menyampaikan, ada beberapa penafsiran yang berbeda tentang perda ini, baik dari pihak Kecamatan maupun dari Panitia pemilihan BPD. “Kita bisa bersinergi untuk mensosialisasikan perda no 3, jadi setidaknya tidak ada penafsiran yang melenceng soal peraturan daerah ini”, Pungkasnya. Parlindungan Tambunan juga menambahkan, bahwa teknis pemilihan BPD yang terjadi didesanya sedikit membingungkan. Ada beberapa pasal yang dilanggar dalam pemilihan BPD didesa mereka, namun pemilihan tetap dilanjutkan dan menghasilkan 5 orang BPD terpilih. “Hingga saat ini masyarakat didesa saya belum tau secara pasti teknis dari pemilihan BPD” , tuturnya.

Diskusi hari ini membuahkan hasil, Dispemdes bersedia memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkusus dampingan Petrasa yang terdapat pada 78 desa yang tersebar pada 12 kecamatan dikabupaten Dairi. Rencana kegiatan akan dilakukan pada Maret 2020. Harapan Petrasa sebagai lembaga NGO pendamping masyarakat, agar peraturan yang dibuat oleh pemerintah betul-betul dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat.

 

 

 

Petrasa – Pemotivasian Produsen Produk Organik

Setiap rabu (rabu organic), Petrasa membantu petani dalam memasarkan produk organiknya. Produk yang dihasilkan petani tadi seperti sayuran, tanaman umbian, kopi, beras, telur dan buah-buahan. Terkhusus tanaman sayuran, petani yang didampingi konsisten memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk dijadikan Home Garden. Pemanfaatan pekarangan rumah tangga sebagai kebun keluarga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Kita dapat menanam sayuran, cabai, tanaman bumbu masakan dan tanaman pangan lainnya. Pemanfaatan pekarangan ini juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan rumah tangga.

“When an organic farmer successed, we all thrive”, Hari ini (17/2/2020), petrasa kembali memotivasi petani kecamatan lae parira untuk ikut dalam bertani organic hingga bisa menjadi produsen. Selain mengajak dan mendorong petani untuk bertani PSA, Petrasa juga membantu petani untuk menghubungkan langsung petani dengan konsumen. Ini demi membuka lebih luas pasar organic di kabupaten Dairi. Jadi sekarang pasar sudah terbuka untuk hasil-hasil pertanian selaras alam. Sebanyak 13 orang petani ikut dalam kegiatan ini. Mereka adalah para produsen baru produk organic yang akan ikut memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat.

LOWONGAN KERJA

Yayasan Petrasa adalah lembaga non-pemerintah yang bergerak dalam pengembangan ekonomi dan pertanian organik di Kabupaten Dairi. Petrasa mendampingi lebih dari 5.000 petani di 12 kecamatan di Dairi.

Saat ini, Yayasan Petrasa membuka lowongan kerja untuk posisi Staf Pertanian. Informasi selengkapnya tertera pada poster berikut.

Kirim berkas lamaranmu paling lambat Jumat, 20 Desember 2019.

Informasi lebih lengkap silakan hubungi kami melalui pesan di Facebook Page Yayasan Petrasa atau telepon di 0627-21882.

Salam organik!

KEPENGURUSAN BARU YAYASAN PETRASA 2019-2022

Dedikasi pada masyarakat dan inovasi program merupakan dua hal yang sangat penting dalam menjalankan sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat. Selama dua periode, sejak 2013 hingga 2019 ini, kedua hal ini terus dikerjakan oleh pengurus Yayasan Petrasa. Di dalam kepemimpinan Lidia Naibaho sebagai Sekretaris Eksekutif ataupun Direktur Program bersama dengan Pendeta Sumurung Samosir sebagai Ketua Pengurus dan Dr. Drs. Samse Pandiangan selaku Bendahara Pengurus, Yayasan Petrasa dan petani dampingan kian berkembang menuju pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

Periode pertama berlangsung pada tahun 2013 hingga 2016 dan periode kedua berlanjut dari tahun 2016 sampai dengan 2019. Berbagai perubahan, inovasi, dan prestasi telah banyak tercapai selama enam tahun. Ini semua pun merupakan hasil kerja bersama semua pihak mulai dari pengurus, donatur, staf, petani dampingan, mitra NGO, dan pemerintah daerah.

Setelah dua periode berturut-turut membangun Yayasan Petrasa, kepengurusan ini dengan resmi mengakhiri masa tugasnya. Mandat mengembangkan dan masyarakat dampingan Yayasan Petrasa kemudian dilanjutkan oleh Ridwan Samosir selaku Sekretaris Eksekutif periode 2019-2022. Kepengurusan baru ini dipimpin oleh Bapak Dr. Drs. Samse Pandiangan sebagai Ketua Pengurus, Ibu Lestari Br. Sitepu sebagai Bendahara Pengurus, bersama dengan Ibu Shanti D. Simbolon, SP, MSI dan Pendeta Agustinus Pangarepan Purba sebagai anggota pengurus.

Serah terima kepengurusan dari pengurus periode 2016-2019 kepada pengurus periode 2019-2022 secara resmi telah dilaksanakan pada Selasa, 11 Juni 2019 lalu. Proses serah terima berlangsung di Kantor Sekretariat Yayasan Petrasa. Lidia Naibaho sebagai Sekretaris Eksekutif dan Pendeta Sumurung Samosir sebagai Ketua Pengurus Yayasan Petrasa menyampaikan laporan program kerja dan dokumen penting lainnya sebagai tanda resmi beralihnya kepengurusan. Dengan diterimanya laporan dan dokumen tersebut oleh Ridwan Samosir, Ibu Lestari br. Sitepu, dan Pdt. Agustinus Pangarepan Purba, maka terhitung sejak Juni 2019, Ridwan Samosir resmi memulai masa baktinya sebagai Direktur Program Yayasan Petrasa hingga tahun 2022.

Berbagai apresiasi dan evaluasi kepengurusan telah dibagikan sesaat sebelum proses serah terima berlangsung. Hal ini menjadi bekal yang baik untuk terus berpacu mewujudkan visi dan misi Yayasan Petrasa mengembangkan petani Dairi yang sejahtera. Pengurus periode sebelumnya dan pengurus periode selanjutnya akan terus membangun komunikasi dan kerja sama untuk mengembankan Yayasan Petrasa dan mendampingi petani Dairi menuju masa depan yang berkelanjutan.

“Suara Perempuan Menentukan Masa Depan”

Kami memulai hari pertama di bulan April 2019 dengan semangat pemberdayaan perempuan.
Sejak pukul 9 pagi, ratusan petani perempuan dari berbagai kelompok CU dampingan Petrasa di Kabupaten Dairi memenuhi aula Balai Budaya Sidikalang. Mereka berkumpul untuk bertemu dan berdiskusi langsung dengan para calon legislatif perempuan Kabupaten Dairi yang akan maju dalam pemilu April ini.

Dengan tema “Menakar Peluang Caleg Perempuan di Pileg 2019″, sebanyak 9 caleg perempuan mewakili 4 partai politik hadir untuk berbagi visi mereka dalam memajukan perempuan. Sebelumnya, Petrasa mengundang semua caleg perempuan di Kabupaten Dairi yang ikut dalam pemilu April ini melalui masing-masing partai. Petrasa mengimbau partai untuk menunjuk satu calon legislatif perempuan untuk berbicara dalam diskusi yang telah dipersiapkan. 

Kegiatan literasi politik pada perempuan ini diawali dengan pemaparan informasi mengenai pemilu dari Ibu Jenny Solin dari KPU Dairi. Sebagai salah satu perempuan yang aktif dalam gerakan pemberdayaan perempuan, ia mendorong perempuan untuk menggunakan suaranya mendukung caleg perempuan. “Ini demi terwujudnya kebijakan dan program-program yang dekat dengan perempuan, dengan kepentingan kita perempuan,” terangnya dengan semangat.

Setelah berdiksusi dengan KPU, petani kemudian diajak untuk kenal lebih dekat dengan calon legislatif perempuan di Kabupaten Dairi. Meski tidak semua caleg perempuan hadir dalam acara tersebut, Petrasa menampilkan seluruh profil caleg perempuan di Kabupaten Dairi pada dua layar proyektor agar petani perempuan yang hadir dapat mengenal caleg perempuan yang ada.

Sayang memang, dari hampir seratus calon legislatif perempuan yang terdaftar, hanya sembilan caleg perempuan yang hadir pada acara tersebut. Para caleg perempuan yang hadir antara lain Ibu Marini Stannie dari PSI, Ibu Delphi Masdiana Ujung dan Ibu Berta Rita Manurung dari Partai Golkar, Ibu Evi Sri Lumbang Gaol dan Ibu Mida Sianturi dari Hanura, Ibu Merika Sihombing, Ibu Dunen Nainggolan, Ibu Pastina Panggabean dan Ibu Rotua Sitanggang dari PDI-P. Meski ada sembilan caleg yang datang, atas keterbatasan waktu, hanya ada 4 caleg yang beropini dalam diksusi.

Lidia Naibaho, Direktur Program Yayasan Petrasa yang menjadi moderator diskusi pun mengarahkan diskusi dan tanya jawab antara petani perempuan dan para caleg perempuan yang begitu antusias. Ada dua pertanyaan utama yang menjadi inti diskusi kegiatan itu.

Pertanyaan pertama adalah mengenai bagaimana dan sebesar apa peran perempuan di legislatif  dalam rangka mendorong pembangunan di Dairi terkait pendidikan, kesehatan reproduksi perempuan.Keempat caleg perempuan yang duduk di panggung kemudian memberikan pendapatnya. Bagi Ibu Marini Stannie yang juga merupakan seorang dosen di STTOI, ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas perempuan untuk mendukung anak-anak yang lebih cerdas dan peduli dengan pendidikan. Ia juga berencana mendorong berdirinya kampus baru di Dairi yakni Institur Pertanian Dairi untuk menampung dan memfasilitasi anak muda di Kabupaten Dairi mendapat pendidikan yang lebih bagus lagi.

Tidak jauh berbeda, Merika Sihombing menyampaikan pentingnya pendidikan karakter bagi anak-anak sejak usia dini. Ia berencana ingin membuat PAUD yang berkualitas dan fokus dalam pengembangan karakter anak-anak.

Diskusi kemudian berlanjut pada pertanyaan kedua. Lidia Naibaho menyampaikan pertanyaan mengenai langkah konkret yang akan dilakukan caleg perempuan dalam upaya menurunkan kekerasan pada perempuan dan anak-anak. Pertanyaan ini berkenaan dengan maraknya berita kekerasan pada perempuan dan anak-anak di Kabupaten Dairi.

Evi Sri Lumban Gaol yang mewakili Hanura menjawab hal ini dengan menekankan pentingnya pendekatan edukatif kepada laki-laki. Menurutnya laki-laki perlu diberi edukasi untuk mengubah pola pikir mengenai buruknya kejahatan baik kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan seksual.

Sementara itu, Delphi Ujung menanggapi hal ini dengan mendorong advokasi hukum yang berkelanjutan untuk mendapatkan keadilan bagi korban. Tidak hanya itu, ia menekankan pentingnya advokasi ini untuk memberi efek jera pada pelaku.

Pertanyaan-demi pertanyaan juga disampaikan oleh petani perempuan. Salah satunya adalah petani perempuan dari For A Girl dari CU Bersatu mengenai salah satu kampus di Kabupaten Dairi yang ditutup ijinnya. Menurutnya Kabupaten Dairi memerlukan satu kampus untuk anak-anak daerah yang ingin mendapat pendidikan lebih dari SMA.

Meski disampaikan dengan cara yang berbeda, keempat caleg menanggapi pertanyaan ini dengan keseriusan untuk menertibkan administrasi lembaga pendidikan agar kedepannya kampus yang sudah beroperasi tidak lagi ditutup. Mereka juga sama-sama mendorong akan dibuatnya kembali kampus yang lebih baik untuk meningkatkan pendidikan di Kabupaten Dairi.

Literasi politik bagi perempuan sangatlah penting. Melalui kegiatan seperti ini diharapkan perempuan dapat menggunakan hak suaranya dengan lebih bijak untuk mendukung kebijakan yang ramah perempuan di masa depan. Duat Sihombing, Kepala Divisi Advokasi yang mengetuai kegiatan ini, berharap, “Kegiatan ini adalah upaya kita untuk meningkatkan perempuan sadar politik, menguatkan semangat kesetaraan gender, dan tentu saja meningkatkan partisipasi mereka di masa depan dalam menentukan anggota legislatif perempuan yang saat ini masih sangat sedikit.”

 

FRT

 

Empowering Youth: Suatu Hari Nanti Kami Pasti Bisa

Kampanye lingkungan hidup terus dilakukan Petrasa ke berbagai usia, termasuk generasi muda. Setelah sebelumnya memfasilitasi penyuluhan bahaya narkoba dan HIV/AIDS kepada tiga puluh siswa dari 11 SMA dan SMK di Sidikalang, Petrasa kali ini memberikan motivasi dan kampanye peduli lingkungan kepada siswa di UPT PSA Sidikalang.

UPT PSA Sidikalang adalah satu-satunya panti asuhan di Sidikalang yang menampung sekitar 95 anak dari siswa SD, SMP, hingga SMA dan SMK. Umumnya mereka datang dari desa-desa di berbagai kecamatan di Kabupaten Dairi.

Pada Kamis, 4 April 2019 lalu, Petrasa disambut dengan senyuman hangat dari anak-anak panti asuhan yang sudah menunggu di ruang berkumpul mereka. Wajah mereka menunjukkan tanda tanya melihat kedatangan staf Petrasa. Keadaan berangsur-angsur mencair setelah Petrasa mulai berkenalan. Dengan tema “Berani Bermimpi, Wujudkan Mimpimu”, Petrasa berbagi motivasi belajar dari Direktur Program Yayasan Petrasa, Lidia Naibaho.

Ia yang telah mengikuti banyak kegiatan internasional berbagi cerita perjuangan dan pengalamannya bisa mencapai mimpi-mimpinya sampai ke Jepang dan Amerika. Pada kesempatan itu, perempuan yang pernah tinggal di Jepang selama 7 bulan ini memberikan tips belajar dan motivasi kepada anak-anak panti asuhan.

“Orang tua saya juga tidak punya uang, tapi saya bermimpi dan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan impian saya,” terangnya pada 70 anak panti asuhan yang berkumpul sore itu.

Setelah mendapatkan motivasi belajar, anak-anak panti asuhan kemudian belajar aksi peduli lingkungan. Dengan tema “Peduli Lingkungan” Kepala Divisi Advokasi Yayasan Petrasa menjelaskan pentingnya menjaga lingkungan di mulai dari diri sendiri. Ia sangat menekankan pentingnya kesadaran membuang dan mengolah sampah di sekitar kita. “Sampah itu masalah seluruh dunia, masalah kita semua. Untuk itu, kita harus melakukan sesuatu dari diri kita sendiri dulu untuk mengurangi sampah,” ujarnya mengajak anak-anak panti asuhan untuk lebih peduli lingkungan.

Sebagai wujud menebarkan semangat anak muda berprestasi dan peduli lingkungan, Petrasa memberikan botol minuman kepada semua anak yang hadir.

“Kami janji akan menggunakan botol minum ini sampai tidak bisa dipakai lagi,” ujar mereka setelah botol minum di bagikan.

Seperti salah satu tulisan semangat mereka, “Suatu Hari Nanti Kami Pasti Berhasil”, semoga anak-anak UPT PSA Sidikalang semakin bersemangat mewujudkan mimpi dan berdampak positif bagi lingkungan di kemudian hari.

 

FRT

 

Perhatikan Remaja SMA, Petrasa Adakan Penyuluhan Bahaya Narkoba dan HIV/AIDS

 “We can’t end AIDS until we don’t end DRUG wars.”

Slogan ini menjadi pegangan Petrasa saat mengadakan acara Penyuluhan Bahaya Narkoba dan HIV/AIDS kepada 32 remaja SMA di Sidikalang. Pada Jumat 22 Maret lalu, para pelajar SMA yang datang mewakili 11 SMA di Kota Sidikalang hadir untuk mengikuti penyuluhan bahaya narkoba dan HIV/AIDS di Kantor Yayasan Petrasa.

Dengan antusias mereka mengikuti dua sesi penyuluhan. Sesi pertama adalah penyuluhan tentang bahaya narkoba yang dijelaskan oleh Torang P. Sirait/Ipda  dari Kepala Unit Satuan Narkoba Polres Dairi. Dalam sesi tersebut, ia menjelaskan jenis-jenis narkoba, efek negatif yang ditimbulkan narkoba, hingga undang-undang yang mengatur hukuman pada pengguna dan pengedar narkoba di Indonesia. Usai pemaparan, para siswa semangat bertanya seputar bahaya narkoba kepada narasumber tersebut.

Salah satu peserta dari SMK Arina, Rianti Sinaga pada kesempatan tanya jawab bertanya, “Apakah hukuman yang berlaku sesuai undang-undang juga sama pada anak-anak?”

Bapak Ipda Torang Sirait yang menjadi narasumber inti pada sesi ini menjelaskan adanya dua kemungkinan bila yang menjadi pengguna adalah anak-anak. Pertama, bila anak-anak tersebut tertangkap tangan oleh polisi, maka anak tersebut akan dihukum dengan penyesuaian peradilan anak. Sedangkan bila anak atau keluarga anak tersebut menyerahkan anak yang menggunakan narkoba, maka si anak akan dibawa untuk rehabilitasi ke panti rehabilitasi narkoba.

Sebelum masuk ke sesi penyuluhan HIV/AIDS, para siswa diajak berbagi opini atas kekhawatiran mereka tentang narkoba dan HIV/AIDS serta apa yang menjadi harapan mereka. Dalam dua lembar kertas warna-warni mereka bergantian membacakan opini mereka. Salah satunya adalah  Netti Situmorang dari SMK N 1 Sitinjo yang menuliskan,”Saya khawatir anak muda sulit diberitahu tentang bahaya narkoba dan HIV/AIDS. Mereka lebih mudah percaya pada apa yang dikatakan pergaulan mereka yang kurang baik daripada bahaya yang sebenarnya.”

Meski begitu, mereka juga optimis, setelah mengikuti pelatihan ini mereka menjadi paham bahaya narkoba dan mau berbagi ilmu ini kepada teman mereka. Sabas Naibaho, siswa dari SMA St. Petrus mengungkapkan harapannya, “Semoga semakin banyak anak muda yang sadar akan dampak negatif narkoba dan bergabung dalam kegiatan-kegiatan kepemudaan yang sifatnya positif.”

Pada sesi pemaparan bahaya HIV/AIDS, dr. Edison Damanik yang merupakan Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi menjelaskan bagaimana HIV menyebar kepada manusia dan berubah menjadi penyakit AIDS. Ia menjelaskan, selama seseorang terjangkit virus HIV tapi menjaga kesehatan dan ketahanan tubuhnya, orang tersebut bisa hidup normal. Mereka yang mengidap penyakit AIDS adalah orang-orang yang tidak bisa bertahan dari serangan virus HIV.

Para siswa mengaku informasi ini sangat baru bagi mereka. Mereka selama ini berpikir bahwa mereka yang mengidap penyakit HIV otomatis akan mengidap AIDS. Diskusi antara narasumber dan para siswa juga berlangsung dengan cair. Para siswa banyak bertanya untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang penyakit ini.

Kedua narasumber, Torang Sirait dan dr. Edison Damanik mengapresiasi kegiatan ini. Mereka berharap lebih banyak kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan yang penting untuk remaja ketahui. Memerangi narkoba dan HIV/AIDS adalah tanggung jawab kita semua. Petrasa meyakini, memberi pemahaman yang mendalam tentang bahaya dua hal ini bagi remaja adalah salah satu cara untuk memeranginya sekaligus menjaga kualitas generasi muda kita. Sebelum menutup acara, Lidia Naibaho, Sekretaris Eksekutif Petrasa mengajak para siswa untuk menjauhi narkoba,menjadi siswa yang berprestasi, dan aktif dalam aksi peduli lingkungan.

Duat Sihombing, Kepala Divisi Advokasi yang membidangi penyuluhan ini, bersama dengan staf Divisi Advokasi Petrasa membagikan botol minuman kepada semua siswa yang telah mengikuti penyuluhan. “Kita harus sama-sama melestarikan lingkungan. Botol minum ini harus kalian pakai untuk mengurangi botol plastik minuman sehari-hari,” ajaknya sebelum kegiatan penyuluhan resmi ditutup dengan foto bersama sambil mengacungkan botol minuman baru.  Ke depannya, Petrasa berharap para remaja ini bisa menjadi generasi yang positif dan peduli dengan kesehatan dan lingkungan.

Semangat Kompetisi Mengolah Hasil Ladang jadi Pangan Lokal

“From Field to Plate” adalah tema keseruan di Kantor Petrasa pada hari terakhir bulan Februari lalu. Kamis, 28 Februari 2019, sebanyak 24 orang petani yang semuanya adalah kaum ibu berkompetisi membuat dan menyajikan makanan tradisional hasil olahan produk pertanian organik mereka. Mereka terdiri dari 8 tim dari 8 kelompok CU dampingan Petrasa yaitu Hasadaon, Miduk, Sahata, Mulia, Membangun, Rismaduma, Maju Jaya, dan Bagas Pangula.

Dengan celemek warna-warni, para ibu ini bekerja sama membuat kreasi makanan dari bahan-bahan pertanian organik seperti labu kuning, singkong, ubi ungu, kentang, dan sayuran organik. Semua bahan-bahan tersebut mereka bawa dari ladang mereka sendiri. Kompetisi berlangsung selama 1,5 jam dan selama itu pula ketiga juri berkeliling untuk menilai proses masak mereka.

Ketiga juri tersebut antara lain Chef Yudi seorang ahli dalam pattiserie sekaligus pemilik Dilly’s Pattiserie, Yuyun Ginting yang merupakan konsumen tetap produk pertanian organik Petrasa, dan Lidia Naibaho yang adalah Direktur Yayasan Petrasa. Mereka bertiga berkeliling untuk berinteraksi langsung dengan para petani yang sedang memasak. Mereka menilai beberapa kategori seperti kebersihan, kerjasama tim, rasa makanan, penyajian makanan, dan teknik memasak. Suasana begitu ceria dan cair seolah tidak tampak sebuah kompetisi.

Dalam waktu satu setengah jam, para petani membuat berbagai variasi makanan seperti bola ubi coklat, onde-onde dari ubi ungu, bolu lapis dari singkong, lappet dari labu kuning, risoles dari campuran kentang dan ubi, urap dari sayur organik, dan berbagai makanan tradisional lainnya. Tidak hanya memerhatikan rasa, para petani ini juga sangat memperhatikan tampilannya.

“Kegiatan ini sangat seru. Kami sangat semangat untuk menang, tapi kami juga mau menikmati masak-masaknya dan menampilkan yang makanan yang terbaik,” ungkap Ibu br. Purba dari Kelompok Membangun yang berkreasi membuat Perkedel Ubi Kentang dan Onde-onde Singkong.

Lain lagi dengan Ibu R. Samosir dari Kelompok Hasadaon yang membuat sayur urap dan bolu lapis singkong. “Kami optimis menang. Tapi yang paling penting kita senang,” ujarnya.

Para juri kemudian mencicipi setiap makanan yang disajikan masing-masing tim. Mereka sangat mengapresiasi semangat dan kreatifitas para ibu yang memanfaatkan bahan pangan dari ladang mereka sampai bisa menciptakan makanan seperti itu.

Tidak hanya lomba memasak, para petani yang ikut berkompetisi pun mengikuti demonstrasi cara memasak Kue Lumpur yang dipandu oleh Chef Yudi langsung. Menurut penjelasan Chef Yudi, kue lumpur yang terbuat dari kentang ini sebenarnya bisa divariasikan dengan jenis bahan lain seperti ubi ungu atau labu. Tidak hanya berbagi ilmu kepada petani, Chef Yudi juga mengajak para petani bergantian mencoba menuang adonan kue lumpur ke loyang. Ia mengajak para petani untuk tidak takut berkreasi dan mau mencoba.

Chef Yudi dari Dilly’s Pattiserie memuji semangat para petani. Ia mengaku senang bisa menjadi bagian dari kegiatan ini dan berinteraksi dengan petani langsung. “Saya senang sekali melihat semangat mereka. Sebenarnya, ada banyak yang bisa mereka buat dari bahan-bahan di ladang mereka. Kalau ke depannya ibu-ibu ini mau terus berkreasi, ini bisa dijual dan bisa jadi pendapatan untuk keluarga,” ungkapnya dengan ramah.

Sementara itu Yuyun Ginting yang merupakan salah satu konsumen tetap produk organik Petrasa dengan semangat mengajak para ibu untuk menerapkan ilmu memasak ini dimulai dari keluarga. “Sebagai ibu rumah tangga kita mesti bisa mengolah bahan-bahan ini jadi makanan yang enak dan sehat yang paling sederhana untuk konsumsi keluarga kita,” katanya dengan semangat.

Direktur Yayasan Petrasa Lidia Naibaho menutup lomba masak-memasak ini dengan ajakan supaya para petani tetap semangat dan mau mengolah bahan pangan dari ladang mereka. Ia mendorong petani untuk bisa mengolah pangan dari ladang sampai ke meja makan.

Kompetisi memasak dengan bahan organik ini merupakan kegiatan menuju Petrasa Fair 2019. Petrasa Fair akan kembali dengan berbagai kegiatan untuk menebarkan semangat pertanian organik kepada masyarakat Dairi tahun ini.

*FRT

PPODA Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang di Silima Pungga-pungga

“Bertolong-tolonganlah kamu menanggung bebanmu..” kalimat ini menjadi slogan yang dipegang oleh PPODA dan Yayasan Petrasa dalam menjaga solidaritas dengan petani dampingan di Kabupaten Dairi.

 

Pada, Senin, 25 Februari 2019, Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA) memberikan bantuan kepada 97 anggota kelompok yang menjadi korban banjir bandang Desember 2018 lalu. Bantuan ini merupakan wujud solidaritas terhadap anggota PPODA.

Terhitung sejak Januari hingga Minggu Ke-3 Februari, PPODA bersama dengan Yayasan Petrasa mengorganisir 105 kelompok anggota PPODA untuk mengumpulkan sumbangan solidaritas dalam bentuk kolekte. Dana yang terkumpul dari 105 kelompok tersebut sebesar Rp 27.275.000,- . Dana tersebut kemudian disalurkan menjadi sumbangan dalam bentuk kebutuhan pokok yakni beras, gula dan minyak goreng.

Pengurus PPODA bersama dengan Yayasan Petrasa mendatangi langsung tiga titik desa yang terkena dampak banjir bandang. Ketiga titik tersebut antara lain Desa Sopo Komil, Desa Bonian, dan Desa Pandiangan.

Sebelum menyalurkan bantuan, pengurus PPODA, staf Yayasan Petrasa, dan anggota kelompok yang menjadi korban beribadah bersama di rumah anggota kelompok dampingan. Kebaktian singkat ini dibuat agar anggota kelompok yang menjadi korban bersama dengan PPODA dan staf Yayasan Petrasa bisa saling menguatkan dan mendoakan. Melalui kegiatan solidaritas ini juga, pengurus PPODA secara langsung memberi edukasi kepada korban bencana agar tetap menjaga semangat bertani, dan menjaga kelestarian lingkungan.

“Walaupun kami tinggal di kecamatan yang berbeda, kami ikut bersedih setelah mendengar kabar bencana alam Desember lalu yang menimpa kalian. Setelah melihat langsung kondisi lahan pertanian kalian, kami sungguh-sungguh berharap kalian kembali semangat mengolah ladang kalian dan kedepannya menjaga hutan supaya bencana ini tidak terulang lagi,” ungkap Peniel Limbong salah satu pengurus PPODA yang hadir di Desa Sopo Komil.

Anggota kelompok yang menjadi korban mengaku senang dan terharu dengan kehadiran pengurus PPODA dan staf Yayasan Petrasa di desa mereka. Dengan sumringah mereka berfoto bersama setelah menerima bantuan bahan pokok yang diserahkan setelah kebaktian bersama selesai.

Salah satu penerima bantuan dari Desa Pandiangan, Jamot Siregar mengungkapkan terima kasihnya. “Terima kasih sudah peduli dan datang jauh-jauh mengunjungi kami. Kami menjadi lebih semangat untuk memperbaiki lahan kami yang rusak.”

Koordinator Kegiatan Peduli Sopo Komil sekaligus staf Yayasan Petrasa, Muntilan Nababan menjelaskan betapa pentingnya menunjukkan perhatian langsung kepada petani dampingan yang menjadi korban. “Kami peduli dan kami ingin menjaga solidaritas ini dengan sungguh-sungguh. Semoga para korban kembali semangat mengolah lahan pertaniannya.”

Banjir bandang yang menerpa Kecamatan Silima Pungga-Pungga pada Desember 2018 lalu, masih meninggalkan duka bagi masyarakat setempat yang menjadi korban. Bencana alam ini merenggut 6 orang korban jiwa dan merusak lahan pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat di sana. Sebab batu, kayu, dan material alam lainnya yang terseret banjir bandang menutupi lahan pertanian mereka. Selain itu, banjir bandang menghancurkan bendungan, saluran irigasi sawah, dan akses jalan antar desa. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mengembalikan kesuburan lahan mereka agar dapat berproduksi kembali.

 

Pelatihan Pakan Fermentasi untuk Ternak Ayam Kampung CU Marsiurupan

Pertanian dan  peternakan dengan konsep selaras alam harus dilakukan secara terpadu. Untuk itu Petrasa aktif mendorong kegiatan pelatihan dalam bidang peternakan, khususnya ternak ayam dan babi yang banyak dilakukan masyarakat dampingan Petrasa.

Pada Senin, 21 Januari 2019 lalu, Divisi Pertanian bidang Peternakan Petrasa mengadakan pelatihan pembuatan pakan ternak ayam kampung di CU Marsiurupan di Desa Pakkirisan. Pelatihan pembuatan pakan ternak ayam kampung ini datang dari inisiatif 20 anggota kelompok CU Marsiurupan yang mayoritas beternak ayam kampung.

Menurut mereka, selama ini beternak ayam kampung belum dilakukan dengan serius. Artinya cukup untuk konsumsi keluarga saja. Mereka berpikir untuk sampai menjual ayam kampung membutuhkan modal yang besar. Hal ini membuat mereka penasaran, bagaimana caranya beternak ayam kampung dengan modal yang tidak terlalu besar dan bisa dilakukan dengan lahan mereka di kampung.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Jetun Tampubolon dan Ganda Sinambela memberikan materi dasar dan berbagi pengalaman kepada petani yang hadir. Kepala Divisi Pertanian, Jetun Tampubolon membuka pelatihan dengan memberikan latar belakang beternak ayam kampung. Ia menekankan, sejatinya ayam kampung adalah ternak yang mandiri sehingga tidak sulit untuk mengurusnya. Ia juga mengajak peserta pelatihan yang hadir untuk membulatkan niat membuat pakan ternak ayam dan mengurus ternak ayam mereka dengan mandiri dan serius setelah pelatihan selesai.

Staf Divisi Pertanian bidang Peternakan, Ganda Sinambela pun menjelaskan materi budidaya ternak ayam kampung kepada peserta. Dalam kesempatan ini, para peserta belajar cara memilih ayam kampung yang sehat untuk dijadikan induk dan anak ayam yang ingin dibeli dari pabrik. Ganda juga menjelaskan bahan-bahan dan cara membuat jamu khusus untuk ayam yang baru menetas dan pakan fermentasi ternak ayam yang sudah dewasa.

Sejatinya, bahan-bahan membuat pakan fermentasi ternak ayam dan jamu khusus untuk ayam ini berasal dari sumber daya alam yang ada di sekitar para petani. Jamu khusus ayam yang diberikan pada ayam berumur 0-3 bulan baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak ayam.

Adapun bahan-bahan untuk membuat jamu khusus ayam ini antara lain, 1 ons kunyit, 1 ons jahe, 4 siung bawang merah, gula merah  dan 2 gelas air. Cara membuatnya mudah dan tidak memakan waktu yang lama. Semua bahan-bahan dihaluskan dan dicampurkan dengan air. Jamu khusus ayam siap diberikan sekali setiap 3 hari kepada anak ayam.

Tidak hanya jamu khusus ayam, Ganda Sinambela juga menjelaskan bahan-bahan dan cara membuat pakan fermentasi ayam. Semua bahan-bahan tersebut juga dapat diperoleh dari alam sekitar. Seperti dedak, jagung, sisik ikan, BR 1, aun lamtoro, daun pepaya dan EM4. Semua bahan  dihaluskan dan dicampur dengan EM4. Ketika sudah tercampur, pakan ternak tersebut dimasukkan dalam drum dan ditutup rapat dengan plastik agar terfermentasi  dengan baik.

Teori dan diskusi pun langsung diterapkan dengan gotong royong membuat jamu khusus ayam dan pakan fermentasi. Bahan-bahan yang dibutuhkan sudah siap dan terkumpul sebelum sesi teori dimulai. Para petani berbagi tugas untuk menggiling daun lamtoro, daun pepaya, batang pisang, dan bahan-bahan lain yang harus dihaluskan. Keduapuluh petani juga bekerja sama untuk mencampur bahan-bahan agar nantinya terfermentasi dengan baik.

Pelatihan berlangsung dengan antusias yang tinggi dari petani. Menurut mereka, membuat pakan ternak ayam ini bukan sesuatu yang sulit dan membutuhkan modal yang besar. Mereka berencana untuk mulai memperbaiki kandang ayam mereka lebih dulu sesuai dengan arahan staf Petrasa. Mereka juga akan mengaplikasikan pakan fermentasi dan jamu khusus ayam setelah terfermentasi dalam seminggu. Ganda Sinambela, staf Petrasa berharap para petani berkomitmen untuk membudidayakan ayam kampung dimulai dari langkah-langkah sederhana.

FRT