BERKREASI DENGAN KOPI, DARI MOCCACINO HINGGA BOLU KOPI

Kopi identik dengan minuman hitam yang perlu gula supaya enak diminum. Kebanyakan orang juga berpikir bahwa kopi, sekalipun membeli di kafe, hanya untuk diminum saja. Tapi apa jadinya kalau kopi diolah menjadi es krim atau juga kue bolu?

Pada Kamis dan Jumat lalu (29-30/11), PETRASA mengadakan kelas pengolahan makanan atau Food Processing Class dengan tema Kreasi Kopi. Kelas Kreasi Kopi ini dihadiri oleh 14 orang peserta dari berbagai latar belakang seperti pengusaha café, pemuda yang ingin membuka bisnis café, dan ibu rumah tangga yang ingin berkreasi. Dengan menggunakan d’Pinagar Sidikalang Arabika Coffee sebagai bahan dasarnya, kelas selama dua hari ini berhasil membuat berbagai jenis makanan dan minuman.

Pelatihan ini dipandu langsung oleh dua narasumber Zuma Buluh Coffee, Ibu Amelia Perangin-angin dan Ros Sembiring. Sebelum mulai membuat kreasi makanan dan minuman kopi, mereka menjelaskan manfaat kopi dan berbagai keuntungan yang bisa didapatkan dari pengolahan kopi menjadi makanan dan minuman yang bervariasi. Menurutnya, kopi saat ini adalah peluang pasar yang besar bila semua mau komitmen belajar mengolah kopi.

Pada hari pertama, peserta belajar dengan praktik langsung cara membuat moccachino, frapucino avocado, dan cookies kopi. Peserta ikut aktif dalam mengolah agar lebih paham cara membuatnya. Pada hari kedua, kelas membuat bolu kopi, es krim kopi, dan cookies kacang dengan campuran kopi. Semua variasi makanan dan minuman ini menggunakan kopi d’Pinagar sebagai bahan dasarnya.

Food Procesiing Class ini mendapat antusias yang tinggi dari peserta. Pemilik Kedai Naro, Magdalena Nahampun, yang baru membuka kedai kopinya sangat senang dengan pelatihan ini karena benar-benar memberikan masukan yang besar untuk mengembangkan kafenya. “Pelatihan seperti ini bagus sekali, apalagi bagi kami yang benar-benar ingin membesarkan kembali nama kopi Sidikalang kita dengan kafe kami,” ungkapnya dengan antusias.

Semua peserta senang karena puas dengan sesi pelatihan dan variasi makanan dan minuman yang mereka buat sendiri. Asef Hutasoit, Kader Pemuda Petrasa yang juga mengikuti pelatihan ini merasa bangga bisa berhasil membuat frapucino dengan kreasinya sendiri.

Petrasa berharap bisa memberikan pelatihan mengolah makanan untuk lebih banyak komunitas di Dairi. Khususnya pelatihan yang memanfaatkan potensi dari Dairi. Ester Pasaribu yang menjadi pelaksana pelatihan ini juga berharap variasi makanan yang sudah dipelajari bisa diterapkan untuk pengembangan bisnis kopi lebih banyak orang. Ridwan Samosir selaku Ketua Divisi Pengembangan Kelompok Masyarakat dan Pemasaran berharap para peserta yang telah ikut bisa mulai berkarya dan berbisnis di tempatnya masing-masing.

CRAIIP: Upaya Pertanian Beradaptasi dengan Perubahan Iklim

Perubahan iklim telah menjadi sorotan seluruh dunia dalam dekade ini. Para akademisi dan aktivis lingkungan percaya bahwa perubahan iklim membawa dampak dalam banyak sektor kehidupan, termasuk sektor pertanian. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada areal pertanian akibat perubahan iklim diperlukan suatu teknologi yang mudah diadopsi oleh petani. IPPHTI—Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran, Pusbinlat Gereja Toraja, Universitas Hassanudin dan Humboldt Univesity telah melakukan kegiatan CRAIIP—Climate Resilience Investigation and Innovation Project bersama dengan Petani di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat dan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dan Toraja, Sulawesi Selatan. Hasil dari kegiatan ini disampaikan dalam Seminar Nasional.

Seminar nasional ini dilakukan di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, difasilitasi oleh IPPHTI dan bekerja sama dengan Pusbinlat Gereja Toraja, Universitas Padjadjaran, Universitas Hassanudin dan Humboldt Universitaet Zu Berlin. Tema seminar ini adalah “Membangun Sinergisme Antara Petani dan Universitas melalui Upaya Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pada Sektor Pertanian”. Kegiatan ini dibuat sebagai sarana untuk memperkenalkan teknologi-teknologi pertanian yang dapat meminimalisasi permasalahan yang terjadi akibat perubahan iklim kepada pegiat pertanian organik.

Sebagai lembaga yang aktif bergerak dalam pertanian organik, PETRASA mendapat kesempatan untuk hadir mengikuti seminar yang dilaksanakan selama dua hari dari Selasa hingga Rabu, 23-24 Oktober 2018. Sekretaris Eksekutif PETRASA, Lidia Naibaho bersama dengan Staf Divisi Pertanian PETRASA, Lina Silaban menjadi perwakilan PETRASA yang juga mitra Brot fur de Welt (BfDW) dalam seminar nasional tersebut.

Dalam pertemuan itu, narasumber dari IPPHTI, Gereja Toraja dan akademisi perwakilan universitas mempersentasikan hasil penelitian mereka tentang hubungan pertanian organik dengan perubahan iklim. Dari hasil persentasi ada beberapa capaian yang dijelaskan. Diantaranya adalah hasil penelitian IPPHTI tentang penggunaan pupuk hayati pada tanaman padi yang bersumber dari Azolla Pinnata dan Sesbania rostrata dan Tithonia diversifolia yang digunakan untuk kesuburan tanah.  Pusbinlat Gereja Toraja pun memaparkan hasil penelitian pengembangan benih lokal padi dan cabai yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.

Mengambil tempat yang berbeda, hasil penelitian Humboldt Univeristy menyatakan bahwa minat petani di Toraja semakin meningkat dalam pengembangan dan penggunaan pupuk dan pestisida alami. Universitas dari Jerman ini juga memaparkan hasil penelitian tentang pengembangan benih unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Pemaparan ilmiah tersebut sangat berguna untuk PETRASA sebagai lembaga yang aktif dalam pertanian organik. PETRASA ingin lebih giat dalam mengembangkanpupuk dan pestisida nabati dari sumber daya alam sekitar yang dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah. Petrasa juga berniat mengembangkan bibit lokal tanamanpadi, sayuran dan kopi sebagai tanaman potensial di Sidikalang. Penggunaan benih dan bibit lokal akan lebih adaptif terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Tidak hanya memaparkan hasil penelitian, para peserta seminar juga mengunjungi Cisarua untuk melihat persemaian sayur organik, pembibitan kentang dan strawberry PSA. Hal yang menarik dari kunjungan lapangan ini adalah pestisida nabati yang dipakai bukan lagi sekedar difermentasi menggunakan effective microorganism,tetapi sudah dengan metode suling. Pestisida nabati yang dihasilkan dengan metode penyulingan akan memperpanjang umur simpan dan penggunaannya juga lebih efektif.

Selain itu dalam persemaian bibit kentang dan strawberry organik, media yang dijadikan untuk penyemaian dan penanaman adalah limbah kelapa (cocopeat) dan kotoran ternak tanpa ada tambahan tanah. Sekretaris Eksekutif PETRASA, Lidia Naibaho mengatakan, “Banyak ilmu dan info baru yang menjadi referensi bagi PETRASA untuk melakukan persemaian organik sehingga dapat menghasilkan bibit dan benih yang sehat untuk menghasilkan produk-produk organik di Sidikalang.”

Tidak hanya seminar, ada juga pameran produk-produk pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida nabati. PETRASA turut ambil bagian dalam pameran ini dengan memperkenalkan kopi arabika Sidikalang, “d’Pinagar Sidikalang Arabica Coffee” sebagai produk olahan kopi organik dari petani dampingan di Desa Lae Pinagar. Para pengunjung menunjukkan ketertarikan yang tinggi karena kopi organik ini juga diolah langsung oleh petani lokal.

 

Penulis: Lina Silaban

Editor: FRT

Pelatihan Pembuatan Bokashi: PETRASA Bagi Ilmu kepada Petani Desa Belang Malum

Pada Jumat lalu, 26 Oktober 2018 bertempat di Kantor Kepala Desa Belang Malum, Petrasa mengadakan pelatihan pembuatan bokashi atau pupuk organik kepada petani di Desa Belang Malum. Pelatihan ini merupakan wujud dari sinergi antara Lembaga Swadaya masyarakat dengan pemerintah desa. Pelatihan teknologi tepat guna ini diikuti oleh 7 kelompok tani binaan Dinas Pertanian Kab. Dairi yang berada di desa tersebut, tokoh masyarakat, PPL Dinas Pertanian Kab. Dairi, kepala desa dan perangkat desa.

Pelatihan dibuka oleh Kepala Desa Belang Malum, Sehat Hutauruk. Beliau berharap agar terselengaranya kegiatan ini bukan formalitas semata dan menghambur-hamburkan dana desa. Melalui pelatihan ini masyarakat belang malum dapat memanfaatkan bahan-bahan dari alam sekitar demi meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian di desa tersebut.

Meningkatnya pendapatan masyarakat dari hasil pertanian juga akan mendorong masyarakat dalam memberikan kewajiban contohnya kewajiban membayar pajak bumi bangunan dan lainnya. Petrasa sebagai lembaga yang konsisten dalam pengembangan pertanian organik diundang menjadi narasumber dalam kegiatan ini. Debora Nababan, Boy Hutagalung dan Jetun Tampubolon menjadi perwakilan narasumber dari Yayasan Petrasa. Dalam pemaparannya, narasumber menjelaskan tentang pertanian organik dan pupuk organik yang digunakan. Setelah selesai pemaparan teori dari staf pertanian dan peternakan Petrasa, dengan bergotong royong semua peserta praktek pembuatan bokashi. Sejumlah 39 orang peserta pelatihan antusias dalam sesi praktek ini.

Dalam kegiatan ini masyarakat Desa Belang Malum berharap Petrasa bisa membantu mereka dalam meningkatkan pertanian di desa mereka. Mereka  mengundang Petrasa dalam pertemuan kelompok tani untuk diskusi pertanian lebih lanjut. Tidak berhenti dipelatihan ini saja, peserta pelatihan membuat rencana tindak lanjut. Adapun rencana tindak lanjutnya adalah setiap kelompok tani akan bergiliran dalam mengaduk bokashi yang sudah dibuat selama 2 minggu. Mereka sepakat agar setiap kelompok tani mengaplikasikan pertanian organik pada kelompok masing-masing. Mereka juga berencana membuat home garden atau kebun sayur organik di pekarangan rumah mereka seperti yang dilakukan oleh petani organik dampingan Petrasa.

Berdasarkan UU Desa No. 6 tahun 2014, dana desa yang dikucurkan seharusnya juga diimplementasikan dalam pemberdayaan, pelatihan, pendidikan masyarakat. Semua itu berguna untuk meningkatkan perekonomian di desa, mengurangi kemiskinan dan mewujudkan desa yang sejahtera. Petrasa berharap semakin banyak desa yang mampu memanfaatkan potensi desa, khususnya untuk sektor pertanian. Semua ini merupakan kerja bersama dalam mewujudkan cita-cita Nawacita, “Membangun Indonesia dari Pinggiran”.

Oleh: B0H

Bentuk UPPD, Petani Organik Dairi Siap Wujudkan PAMOR

Bulan Juli lalu, petani dampingan PETRASA dengan Aliansi Organis Indonesia (AOI) berdiskusi untuk membahas Penjamin Mutu Organik (PAMOR). Untuk menindaklanjuti pertemuan itu, pada Jumat lalu (31/8/2018), PETRASA, para petani dampingan yang telah menghasilkan produk pertanian organik, dan konsumen tetap sayuran organik kembali berkumpul untuk membahas rencana pembuatan Unit Pangula Pamor Dairi (UPPD).

            Pada pertemuan sebelumnya, organisasi ini telah memutuskan untuk membentuk UPPD meski belum memilih orang-orang yang akan menjalankan unit PAMOR pertama di Dairi ini. Pertemuan pada akhir Agustus lalu menjadi kesempatan penting yang membahas beberapa agenda penting yang salah satunya adalah pembentukan struktur organisasi UPPD.

            Setelah memaparkan ulang konsep PAMOR secara singkat, staf PETRASA dan para petani pun berdiskusi untuk menentukan sistem standar internal. Standar ini perlu untuk mengatur dan memastikan bahwa semua proses mulai dari budidaya hingga pascapanen benar-benar mendapat perlakuan organik. Standar ini juga dibangun atas kearifan lokal dari pengalaman para petani dan staf PETRASA selama ini. Mereka secara terpisah membuat standar internal untuk sayuran organik dan kopi organik d’Pinagar Sidikalang Arabica Coffee.

Standar yang telah disepakati bersama akan dikirim ke AOI untuk ditinjau ulang. Setelah menetapkan standar, staf dan petani pun masuk ke agenda utama yakni pembentukan struktur UPPD. Semua orang yang hadir pada pertamuan itu dipastikan terlibat dalam struktur UPPD sesuai dengan kapasitas masing-masing.

            Pada diskusi itu, Jupri Siregar terpilih sebagai Manajer UPPD. Dia akan bertanggung jawab dalam segala proses kerja UPPD dan hubungannya langsung dengan AOI. Ridwan Samosir, Jetun Tampubolon, dan Kalmen Sinaga terpilih menjadi menjadi Komite Persetujuan.

            Sementara itu, Christina Padang dan Goklasni Manullang dipercaya memegang administrasi dan database UPPD bila program sudah berjalan. Pada Unit Inspeksi, mereka sepakat mempercayakan tugas inspeksi pada Lina Silaban, Hariono Manik, dan D. Manik.

Pada Unit Pendampingan, Ganda Sinambela, Debora Nababan, dan Koster Tarihoran akan menjadi tim yang mendampingi para petani dalam melakukan pertanian organik sesuai standar yang sudah ditetapkan. Sementara pada Unit Fasilitas Pasar dipegang oleh Ester Pasaribu, Edo Nainggolan, Jhonson Girsang, dan Jhonson Sihombing. Unit terakhir dalam struktur, yakni Unit Humas dan Promosi ditanggungjawabi oleh Duat Sihombing, Muntilan Nababan dan Yuyun Ginting.

Struktur ini merupakan kolaborasi antara staf PETRASA, petani, dan konsumen. Ketiga unsur ini sesuai dengan prinsip PAMOR yakni sistem penjaminan mutu yang sifatnya partisipatif. Artinya melibatkan pihak-pihak penting yang bisa menjamin bahwa proses budidaya dan pengolahan pasca panen benar-benar organik.

            Setelah menetapkan struktur pengurus UPPD, seluruh peserta pertemuan menyatukan komitmen dengan segera menjadwalkan proses pelatihan inspeksi pada bulan September 2018 bersama dengan AOI. Semua pihak sepakat untuk segera bekerja demi mewujudkan PAMOR bagi para petani organik di Dairi.

 

FRT

Petani Sidikalang Arabica Coffee  “Curi Ilmu”  ke SAABAS

Para petani yang membentuk home industry Sidikalang Arabica Coffee, terus berupaya mengembangkan diri demi meningkatkan kualitas kopi olahan mereka. Bersama dengan PETRASA, enam orang petani berangkat ke rumah produksi kopi SAABAS di Sidamanik pada Kamis lalu (9/8/18).

SAABAS merupakan produk kopi yang diolah oleh kelompok tani Namanis dari Sidamanik. Produk kopi ini telah mendapat sertifikat Indikasi Geografis yang menjadikan kopi Simalungun memiliki keautentikan sendiri.

Enam petani bersama dengan Divisi Marketing PETRASA tiba di rumah produksi SAABAS pukul 10.30 pagi dan disambut dengan hangat oleh Ketua Koperasi Produsen SAABAS, Ludiantoni Manik. Suasana langsung cair melalui obrolan hangat, walaupun perkenalan dengan resmi belum dibuka.

Setelah saling menyapa dan memperkenalkan diri, Ludianto Manik yang akrab dipanggil Tony pun berbagi pengalamannya memperkenalkan kopi SAABAS ke berbagai pihak sampai ke mancanegara. Ia juga berbagi berbagai tips teknik mengolah kopi untuk menghasilkan rasa kopi yang lebih nikmat. Para petani pun antusias bertanya dan berkonsultasi mengenai teknik pengolahan kopi.

Sebagai sesama petani yang memproduksi kopi, tidak lengkap rasanya kalau tidak saling mencicipi rasa kopi satu sama lain. PETRASA dan petani Sidikalang Arabica Coffee pun mencicipi kopi SAABAS. Sebaliknya, para petani SAABAS pun mencicipi kopi Sidikalang Arabica Coffee.

Tony Manik mengibaratkan kopi ibarat gadis yang menjadi kembang daerah. Kopi Sidikalang ibarat gadis daerah Sidikalang yang  sudah lama dikenal orang karena kenikmatan rasanya. Ia juga memuji kualitas warna dan kopi Sidikalang Arabica Coffee yang enak dan khas. Meski begitu, ia memberi beberapa masukan penting agar proses roasting Sidikalang Arabica Coffee lebih baik lagi.

“Secara kualitas, proses kopi ini 60% ada dibudidaya, 30% ada di proses roasting, dan 10% ada di pengemasan. Proses roasting harus dimaksimalkan lagi supaya rasa dan aromanya lebih keluar lagi,” ujar Tony dengan semangat.

Setelah saling mencicipi kopi dan makan siang bersama, rombongan Sidikalang Arabica Coffee dan PETRASA pun dibagi ke dalam tiga kelompok untuk lebih dalam lagi berdiskusi dan melihat langsung proses budidaya di kebun kopi, proses roasting dan penggilingan di rumah produksi, dan proses pembuatan berbagai varian minuman kopi di kediaman Tony Manik.

Tim produksi SAABAS berbagi tugas untuk menjelaskan dan mencontohkan proses produksi yang mereka lakukan. Salah satu tim produksi SAABAS yang bertanggung jawab mengurusi pembudidayaan kopi mengatakan, “Kita ini kan satu tim. Jadi setiap orang sudah punya bagian dan tugas masing-masing dan sebisa mungkin menguasai bidangnya.”

Setelah hampir dua jam, rombongan kembali berkumpul di kediaman Tony Manik. Antusiasme yang tinggi membuat para petani dan tim produksi SAABAS terus bertukar pikiran mengenai masa depan home industry kopi ini. Apalagi para petani Sidikalang Arabica Coffee memiliki cita-cita untuk mengharumkan kembali nama kopi Sidikalang ke lebih banyak orang.

“Kami ingin nama kopi Sidikalang kembali harum, jadi kami memang semangat sekali memperbaiki kekurangan kami supaya ke depannya kopi kami lebih baik lagi,” ungkap Koster Tarihoran sebagai Ketua Kelompok home industry Sidikalang Arabica Coffee.

Lidia Naibaho selaku Sekretaris Eksekutif PETRASA pun menyampaikan terima kasih kepada SAABAS yang telah bersedia berbagi pengalaman dan ilmu untuk mengembangkan produk kopi olahan petani. Ia menekankan pentingnya kerendahan hati dan semangat dari semua pihak untuk sama-sama memajukan kopi yang dibudidayakan dan diproses oleh petani.

 

FRT

Aksi Solidaritas Aliansi NGO Dairi untuk Perbaikan RSUD Sidikalang

Pada Senin lalu (13/8/18), aliansi Non Government Organization (NGO) di Kabupaten Dairi turun ke jalan menyampaikan aspirasi mereka mengenai kinerja Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidikalang yang buruk. Gerakan ini merupakan aksi solidaritas yang diinisisasikan oleh tiga lembaga yakni Yayasan PETRASA, Yayasan Diakonia Pelangi  Kasih (YDPK) dan Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA). Dengan tujuan dan semangat yang sama, Wajah Masyarakat Dairi (Wamada) dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) juga ikut bergabung menyatukan asa dan turun ke jalan.

Sejak pukul 10.00 pagi, sebanyak 310 orang massa berkumpul di halaman Gereja HKBP 1 Sidikalang. Dengan spanduk dan kertas karton bertuliskan aspirasi dan tuntutan, massa berkoordinasi membuat barisan untuk jalan bersama atau long march. Massa berjalan dari halaman HKBP 1 Sidikalang mengelilingi jalan utama kota Sidikalang. Massa kemudian berhenti di depan Kantor DPRD Kabupaten Dairi untuk meminta anggota DPRD mendengarkan keluhan mereka atas buruknya kinerja RSUD Sidikalang.

Salah satu orator aksi solidaritas, Duat Sihombing menyampaikan aspirasi masyarakat Dairi mengenai berbagai masalah RSUD Sidikalang. Massa menyoroti berbagai kasus yang terjadi di rumah sakit daerah yang saat ini belum memiliki akreditasi. Salah satunya adalah kasus ibu melahirkan yang meninggal dunia karena penanganan yang lambat di rumah sakit daerah ini.

Bersama dengan Koordinator Aksi, Muntilan Nababan, massa meminta DPRD Kabupaten Dairi untuk mengambil sikap tegas kepada pihak RSUD Sidikalang. DPRD Kabupaten Dairi kembali menjanjikan akan melakukan Rapat Dengar Pendapat (RPD) untuk membahas lebih dalam permasalahan ini. Namun, bila kita kilas balik, pada tanggal 4 Mei 2017 lalu, aksi solidaritas ini sudah pernah dilakukan. Kala itu, DPRD Kabupaten Dairi pun telah berjanji untuk melakukan RPD. Namun, belum ada realisasi lagi setelahnya.

Karena itu, massa pun bereaksi, “Kita tak cukup janji, kita butuh buktinya!” Massa yang kompak menggunakan baju hitam sebagai lambang duka pun mendesak DPRD Kab. Dairi melakukan tindakan lebih aktif untuk membenahi RSUD ini.

Massa pun dengan tegas meminta anggota DPRD untuk bersama-sama menyuarakan aspirasinya kepada Bupati Dairi. Permintaan tersebut diaminkan oleh anggota DPRD yang hadir dan berjalan bersama dengan peserta aksi menuju kantor Bupati Dairi.

Setelah berorasi di depan Kantor DPRD Kab. Dairi, massa kembali berbaris melanjutkan jalan bersama menuju Kantor Bupati Dairi. Massa meminta Bupati dan Wakil Bupati hadir dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka secara langsung. Sayangnya, Bupati maupun Wakil Bupati tidak berada di kantor saat itu.

Menggantikan Bupati dan Wakil Bupati, Ramlan Sitohang selaku Asisten di Bidang Pemerintahan hadir mendengarkan aspirasi masyarakat. Selanjutnya,  aliansi pun menyerahkan petisi kepada DPRD Kabupaten Dairi dan perwakilan pemerintah Kabupaten Dairi, Ramlan Sitohang, sebagai jaminan bahwa pelayanan RSUD Sidikalang harus segera diperbaiki.

Berikut isi petisi tersebut,

Oleh karena itu, kami mewakili masyarakat Dairi dan Aliansi NGO di Dairi, menyatakan keprihatinan kami atas kondisi ini dan menuntut agar:

  1. Meminta pertanggungjawaban DPRD Kabupaten Dairi mengenai kinerja pengawasan pelayanan RSUD Sidikalang sesuai dengankesepakatan RDP pada aksi yang dilakukan oleh Masyarakat Dairi Anti Pembodohan pada tanggal 4 Mei 2017.
  2. DPRD Kabupaten Dairi segera mengambil tindakan tegas atas kinerjaDinas Kesehatan dan RSUD Sidikalang (Audit dan evaluasi kinerja).
  3. RSUD Sidikalangdiwajibkan untuk memiliki dokter kandungan siap melayani 24 jam, bukan dokter jaga yang tidak bisa melakukan tindakan darurat, sehingga dalam keadaan darurat tindakan pertolongan dapat dilakukan dengan segera.
  4. BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan melakukan PENGAWASAN mengenai SOP (Standard Operating Procedure) di RSUD Sidikalang. Saat ini masih banyak oknum rumah sakit mengambil keuntungan dengan tidak memberikan obat-obatan, transfusi darah, screeningdan lab rutin, dan  biaya dibebankan kepada pasien.
  5. Memastikan pengelolaan e-catalogdan SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) dalam manajemen obat di RSUD digunakan dengan baik. Banyak kasus ditemukan, pasien BPJS harus membeli obat dari luar dengan alasan persediaan obat habis yang mengakibatkan pasien harus membeli ke apotik dengan harga yang mahal.
  6. Memastikan bidan-bidan bekerja dengan baik, tinggal di desa dan membangun komunikasi yang baik dengan pasien. Mengingat sulitnya transportasi dari desa-desa. Dinas Kesehatan“HARUS” memastikan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) berfungsi dengan baik dan dipantau secara terus menerus, sehingga tidak ada pasien yang dirujuk ke RSUD Sidikalang dalam keadaan ‘gawat darurat’. Hal ini berkaitan juga denganPermenkes Nomor 97 Tahun 2014 Pasal 14 ayat 1 yaitu mendorong masyarakat untuk bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas kesehatan.

 

Sesuai dengan informasi dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), RSUD Sidikalang belum terakreditasi dan belum mengajukan proses akreditasi. Sejatinya, sebuah rumah sakit harus memiliki akreditasi dengan masa berlaku 3 tahun. Rumah sakit juga harus mengajukan permohonan akreditasi dan melalui serangkaian ujian untuk bisa mendapatkan akreditasi.

Melalui aksi solidaritas ini, aliansi NGO di Kabupaten Dairi berharap akan ada pertanggungjawaban dan tindakan tegas atas evaluasi kerja RSU Sidikalang.  Semuanya ini dilakukan adalah demi menjamin masyarakat Dairi mendapatkan hak pelayanan sehat dari rumah sakit pemerintah ini.

 

 

FRT

Pelatihan Pendidikan Politik untuk Perempuan Lebih Berdaya

            “Tak akan ada pemberdayaan lebih kekal berkelanjutan, tanpa melibatkan perempuan,” ungkap Najwa Shihab dalam acara kenamaannya Mata Najwa edisi “Mereka yang Perkasa”.

 

Pernyataan ini seolah mewakili perhatian PETRASA akan perempuan. Dalam membangun kehidupan yang berkelanjutan, PETRASA ingin memberdayakan perempuan-perempuan di Kabupaten Dairi melalui berbagai pelatihan. Salah satunya adalah Pelatihan Pendidikan Politik bagi kelompok Perempuan Potensial Dampingan PETRASA.

            Pukul sepuluh pagi, empat staf Divisi Advokasi PETRASA dan 23 orang perempuan potensial berangkat dari halaman kantor PETRASA menuju Silalahi. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari yakni Jumat sampai dengan Sabtu (27-28/7/18) tepatnya di Sidebang Hotel.

Sejatinya, pelatihan kali ini adalah kelanjutan dari pelatihan perempuan potensial yang dilaksanakan tahun lalu di Samosir. PETRASA memang ingin pelatihan perempuan ini menjadi agenda berkelanjutan. Sebab PETRASA yakin proses pemberdayaan tidak bisa dilakukan dalam satu malam tapi harus berkelanjutan.

            Perempuan-perempuan potensial ini dipilih karena keaktifan mereka dalam kelompok masing-masing. Mereka aktif mengambil peran sebagai pengurus di kelompok Credit Union (CU) seperti menjadi ketua, sekretaris, ataupun bendahara, sebagian dari mereka juga aktif dalam berbagai aktivitas kelompok lainnya di desa. Oleh karena itu, keduapuluh tiga perempuan ini diharapkan dapat menularkan semangat kepemimpinan pada perempuan di kelompok mereka dan mau untuk terlibat dalam organisasi yang lebih besar.

            Topik pelatihan tahun ini adalah tentang perempuan dan politik. Sarma Hutajulu, S.H anggota DPRD Sumatera Utara dari Komisi A hadir menjadi narasumber utama. Ia membagikan pengalamannya menjadi perempuan yang bergerak di bidang politik. Ia menularkan semangatnya kepada 23 perempuan potensial supaya tidak takut mengambil peran. Ia juga menekankan bahwa perempuan justru harus mengambil peran dalam organisasi yang lebih besar. Sebab perempuan memiliki keunikan tersendiri dalam berpolitik.

            Sebelum mulai berdiskusi, staf PETRASA, Muntilan Nababan terlebih dulu memimpin sessi pemetaan masalah dan harapan para perempuan potensial. Peserta diminta menulis dalam kertas apa saja yang menjadi kekhawatiran mereka dan harapan mereka dengan mengikuti pelatihan ini.

            Para perempuan potensial ini dengan jujur menuliskan bahwa mereka khawatir dengan ijin dari keluarga. Peran mereka sebagai istri dan ibu serta tugas mereka di rumah dan di ladang telah banyak menyita waktu. Keluarga sulit memberi ruang pada mereka untuk terjun pada politik karena besarnya tanggung jawab mereka dalam rumah tangga.

            Sarma Hutajulu, SH pun menjawab kekhawatiran tersebut dengan menjelaskan pentingnya memberi pengertian secara perlahan kepada keluarga. Artinya dibutuhkan pendekatan yang khusus dengan cara membangun komunikasi yang efektif dengan suami, orang tua, mertua, dan anak. Ibu Sarma yakin komunikasi yang sifatnya dua arah akan melahirkan pengertian yang baik.

Meski banyak kekhawatiran, dua puluh tiga perempuan potensial ini optimis bahwa dengan pelatihan ini mereka lebih memahami kepemimpinan perempuan, lebih aktif berpartisipasi untuk masyarakat, dan semakin berani mengutarakan suara mereka. Mereka juga berharap, kehadiran Sarma Hutajulu sebagai narasumber menginspirasi mereka untuk kelak maju menjadi dewan perwakilan rakyat di Kabupaten Dairi.

            Pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari ini memang padat dengan materi. Meski begitu para perempuan potensial ini tetap semangat karena Ibu Sarma Hutajulu sebagai narasumber berbagi ilmu dengan cara yang interaktif. Tanpa kesan menggurui, beliau menempatkan diri sebagai kawan yang juga sedang berjuang untuk memajukan kehidupan para perempuan.

            Sebelum acara usai, Ibu Sarma Hutajulu menyarankan pelatihan seperti ini bisa terus berlanjut dari tahun ke tahun. Ia bahkan usul untuk dibuatkan topik tentang teknik berkomunikasi yang efektif dan efisien kepada perempuan potensial supaya mereka mampu menyuarakan hak-hak mereka. Tidak lupa ia mengingatkan PETRASA untuk tidak berhenti mendampingi para perempuan potensial sekalipun pelatihan telah berakhir.

Gloria br. Sinaga, anggota Divisi Advokasi PETRASA menambahkan, “Pelatihan pendidikan politik bagi perempuan potensial ini harus bisa jadi bekal untuk para perempuan dampingan kita di Kabupaten Dairi berani tampil dan berjuang di ruang-ruang publik.”

            Acara pun ditutup dengan pemberian cinderamata berupa kopi Sidikalang Arabica Coffee dan foto bersama. Rombongan kembali ke Sidikalang dengan perasaan senang karena mendapat bekal yang masih segar  dan semangat besar untuk berkontribusi bagi sekitar mereka.

 

 

Febriana Tambunan

Petani Dusun Hutalobu Gotong Royong Membuat Bokashi

Petani PETRASA

Selama 13 tahun, PETRASA terus bergerak menyebarkan semangat Pertanian Selaras Alam (PSA). PSA merupakan sistem pertanian yang banyak memanfaatkan sumber daya alam dari hijauan sisa panen, limbah pertanian, dan limbah peternakan yang ramah lingkungan. Semua sumber daya alam ini mudah didapatkan karena berada di sekitar lingkungan tinggal petani.

 Meski begitu, melakukan PSA tidaklah mudah. Dibutuhkan proses dan waktu yang lama untuk menyehatkan struktur tanah yang sudah terlanjur rusak akibat penggunaan kimia berlebih dan bertahun. Meski prosesnya lama tapi manfaatnya sangat besar. Dengan PSA, kondisi tanah bisa kembali menjadi sehat dan subur, sumber daya alam lokal menjadi bermanfaat, perekonomian terdukung, kesehatan meningkat, dan tentu lingkungan menjadi lestari. Untuk itu, pelaku PSA dituntut untuk memiliki ketekunan, kerajinan, dan niat yang tinggi untuk menjalani sistem pertanian ini.

Salah satu bentuk ketekunan dan kerajinan itu adalah dengan mengolah sumber daya alam menjadi kompos yang siap pakai. Salah satunya adalah dengan pembuatan pupuk Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati atau sering disebut ‘Bokashi’. Bokashi adalah metode pengomposan dari sisa panen dan limbah peternakan yang diolah atau difermentasi selama kurang lebih dua minggu. Metode ini pertama kali dipopulerkan di Jepang.

Pada Senin (30/7/18) lalu, PETRASA melakukan Pelatihan Pembuatan Bokashi kepada para petani dari kelompok Dedikasi di Rumah Ijuk, dusun Huta lobu, Kecamatan Laeparira. Cuaca yang cerah menemani gerak petani yang sejak pagi sibuk mengumpulkan bahan pembuatan bokashi seperti rumput, sekam padi, kotoran ternak, air, dll. Staf  PETRASA yang diwakili oleh Christina Padang dan Goklasni Manullang ikut membantu sambil mengarahkan para petani cara membuat pupuk organik yang kaya manfaat tersebut.

Ada sekitar 28 orang anggota kelompok yang ikut dalam pelatihan tersebut. Antara lain 25 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Mereka semua bergotong royong mengolah sumber daya alam yang ada untuk menjadi bokashi. Bahan-bahan yang digunakan adalah daun sipaet-paet, daun sirsak, daun jambu, daun kemangi, jerami, arang sekam, batang jagung, batang pisang, dolomit, sisik ikan, serbuk gergaji, gula merah EM4, dan air secukupnya.

Mereka berbagi tugas mulai dari mengantar bahan-bahan, menghaluskan bahan-bahan, dan melarutkan gula merah, EM4 dan air di sebuah wadah. Meski kerja berat, senyum tidak pudar dari wajah mereka. Cara pembuatan bokashi ini antara lain dengan mencincang dan menghaluskan bahan-bahan yang sudah dikumpulkan. Kemudian sebagian petani mengiris gula merah dan melarutkannya dalam air. Setelah itu, mereka mencampurnya dengan EM4 yakni cairan kental yang mengandung mikroorganisme pengurai. Semua bahan tersebut diaduk sampai merata sambil disirami dengan larutan EM4, gula merah, dan air yang dibuat secara terpisah sebelumnya.

N. br Pakpahan, penanggung jawab Green House Natama dari Desa Kentara hadir sebagai narasumber. Bersama-sama dengan staf PETRASA, ia mengarahkan anggota kelompok Dedikasi. Ia sibuk berkeliling memastikan para anggota kelompok melakukannya dengan cara yang benar. PETRASA berharap antusiasme kelompok Dedikasi mengerjakan PSA semakin bertambah dengan pengalaman nyata dari Ibu N. br Pakpahan.

Pelatihan ini adalah salah satu upaya PETRASA untuk mendorong kelompok Dedikasi lebih giat menjalani PSA. Oleh karena itu, petani perlu memahami bahan – bahan PSA, mengetahui cara pembuatan bokashi dan mempraktekkan cara pembuatan bokashi secara langsung. PETRASA  juga ingin supaya para petani lebih kreatif dalam memanfaatkan sumber daya alam lokal, mempertimbangkan keselarasan alam dan menjaga kesehatan.

Menariknya, gotong royong kelompok Dedikasi tidak hanya dilakukan oleh anggota kelompok yang kebanyakan adalah perempuan. Para suami anggota kelompok yang bukan anggota kelompok pun ikut serta membantu pelatihan pembuatan bokashi. Mereka kerjasama mencampur dan mengaduk kompos agar bahan-bahan tercampur dengan merata. Atas kerjasama yang baik, pelatihan pembuatan bokashi pun selesai pada jam setengah enam sore.

Staf  PETRASA, Goklas Manullang menjelaskan bahwa pupuk organik ini bisa siap pakai dalam dua minggu. PETRASA berharap, dengan pelatihan tersebut para petani dari kelompok Dedikasi mendapat pengetahuan pertanian selaras alam yang benar. Ke depannya, anggota kelompok mampu menyediakan bokashi untuk kebutuhan lahan mereka sendiri, sehingga tidak perlu lagi membeli pupuk dari toko dengan harga yang mahal.Seperti nama kelompoknya, semoga anggotanya berdedikasi untuk melakukan pertanian selaras alam demi kesejahteraan mereka dan kelestarian alam lingkungan.

 

 

Febriana R. Tambunan

Diskusi PPODA Bersama Dr. Kapten Anthon Sihombing,MM 

Pada Sabtu, 14 Juli lalu, PETRASA kedatangan tamu dari Jakarta. Dr. Kapten Anthon Sihombing,MM yang merupakan anggota DPR RI Komisi V berkunjung ke Sidikalang dan bertemu sapa dengan PETRASA dan PPODA. PPODA adalah organisasi petani yang didampingi dan diinisiasi oleh petani Dairi dan lembaga PETRASA.
Udara pagi Sidikalang cukup cerah pada saat Dr. Kapten Anthon Sihombing,MM tiba ditemani istrinya, Nyonya N. Simbolon. Pertemuan ini dihadiri 30 orang termasuk 21 pengurus PPODA dan 9 orang staff PETRASA. Pertemuan dengan Dr. Kapten Anthon Sihombing,MM ini bukanlah yang pertama kali bagi PPODA, karena beliau telah beberapa kali datang dan hadir dalam perayaan HUT Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA).

Pada kesempatan itu, Dr. Kapten Anthon Sihombing, MM dan pengurus PPODA bertukar pikiran tentang program yang sedang dikerjakan olehnya di Sumatera Utara sebagai bagian dari Komisi V yang mengurus pembangunan infrastruktur. Ia saat ini sedang terlibat dalam pembangunan jalan di sekitar Danau Toba dan pembangunan dermaga di Tongging.

Sementara untuk wilayah Sidikalang, Bapak Anthon ikut mengurus dan mendorong program bedah rumah yang hingga saat ini sudah terealisasi dengan jumlah kurang lebih 900 rumah. Dalam pertemuan tersebut, pengurus PPODA juga menyampaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani. Salah satunya adalah masih kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam menanggapi berbagai masalah pertanian di Kabupaten Dairi, termasuk di dalamnya masalah harga produk pertanian.
Perbincangan berlangsung dalam suasana santai, akrab dan penuh canda tawa. Diskusi juga berlangsung dengan akrab karena adanya persamaan ketertarikan terhadap penanganan masalah pertanian antara anggota komisi V DPR RI ini dan pengurus PPODA.
Agenda utama pada kesempatan itu adalah penyampaian proposal program oleh PPODA, yaitu proposal bantuan hibah ternak dari Kementerian Pertanian yang ditawarkan oleh Bapak Sugiono yang merupakan Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak. Proposal program ini merupakan tindak lanjut dari pidato Bapak Sugiono pada perayaan HUT PPODA ke-13 di Gedung Nasional, 15 Maret 2018 lalu.
Proposal bantuan hibah ternak dari Kementerian Pertanian merupakan usulan program PPODA yang bertujuan untuk mengembangkan pertanian dan peternakan organik di Kabupaten Dairi. Dukungan ternak diyakini akan membantu petani dalam meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan pengembangan pertanian selaras alam.
Acara berlangsung kurang lebih 2 jam. Acara berakhir dengan pemberian proposal dan cinderamata dan foto bersama.
PPODA berharap dalam tahun ini bisa mendapat hibah bantuan ternak babi, kerbau, dan sapi untuk tahun anggaran 2018/2019 demi memajukan pertanian dan peternakan organik di Kabupaten Dairi. Adanya dukungan ini tentu saja akan sangat membantu para petani dalam meningkatkan usaha tani mereka dan kesejahteraan mereka.

Yayasan Petrasa

PETRASA adalah sebuah organisasi nonpemerintah yang didirikan oleh beberapa orang akademisi, teolog dan aktifis yang prihatin terhadap kondisi petani. Berdiri pada tanggal 21 Juli 2001 dan melakukan pelayanan di Dataran Tinggi Sumatera bagian Utara. Sebagaimana diketahui, petani merupakan salah satu penopang utama dari sosial ekonomi dan budaya masyarakat Indonesia. Sementara pembangunan saat ini lebih fokus pada pengembangan sektor industri dan teknologi.

Industri teknologi telah membawa harapan-harapan baru, tetapi dipihak lain juga melahirkan keprihatinan seperti ketidakpastian dalam pelaksanaan hukum, berkurangnya akses rakyat terhadap asset produksi, makin besar jurang antara si kaya dan si miskin, pendidikan yang tidak merata, pengangguran, dan ketergantungan terhadap teknologi yang tidak mendukung kepada keutuhan ciptaan.

Lompatan modernisasi juga telah membawa perubahan nilai yang mendasar dalam kehidupan masyarakat agraris.

Dalam bidang pertanian sendiri, sistem pengelolaan pertanian tidak lagi menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam. Eksploitasi hutan yang tidak terkendali juga ikut merusak kondisi alam dan pertanian. Melihat hal tersebut, sudah saatnya pertanian kembali pada sistem pertanian yang selaras dengan alam. Sistem ini merupakan teknologi pertanian lokal yang terabaikan dan saat ini sangat layak untuk digali dan di kembangkan.

Kesadaran petani dan konsumen akan pentingnya menjaga ciptaan, penggalian kearifan, dan nilai-nilai lokal, serta teknologi lokal merupakan prakarsa yang akan ditumbuh kembangkan dalam mengelola pertanian selaras alam.