Selama 13 tahun, PETRASA terus bergerak menyebarkan semangat Pertanian Selaras Alam (PSA). PSA merupakan sistem pertanian yang banyak memanfaatkan sumber daya alam dari hijauan sisa panen, limbah pertanian, dan limbah peternakan yang ramah lingkungan. Semua sumber daya alam ini mudah didapatkan karena berada di sekitar lingkungan tinggal petani.
Meski begitu, melakukan PSA tidaklah mudah. Dibutuhkan proses dan waktu yang lama untuk menyehatkan struktur tanah yang sudah terlanjur rusak akibat penggunaan kimia berlebih dan bertahun. Meski prosesnya lama tapi manfaatnya sangat besar. Dengan PSA, kondisi tanah bisa kembali menjadi sehat dan subur, sumber daya alam lokal menjadi bermanfaat, perekonomian terdukung, kesehatan meningkat, dan tentu lingkungan menjadi lestari. Untuk itu, pelaku PSA dituntut untuk memiliki ketekunan, kerajinan, dan niat yang tinggi untuk menjalani sistem pertanian ini.
Salah satu bentuk ketekunan dan kerajinan itu adalah dengan mengolah sumber daya alam menjadi kompos yang siap pakai. Salah satunya adalah dengan pembuatan pupuk Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati atau sering disebut ‘Bokashi’. Bokashi adalah metode pengomposan dari sisa panen dan limbah peternakan yang diolah atau difermentasi selama kurang lebih dua minggu. Metode ini pertama kali dipopulerkan di Jepang.
Pada Senin (30/7/18) lalu, PETRASA melakukan Pelatihan Pembuatan Bokashi kepada para petani dari kelompok Dedikasi di Rumah Ijuk, dusun Huta lobu, Kecamatan Laeparira. Cuaca yang cerah menemani gerak petani yang sejak pagi sibuk mengumpulkan bahan pembuatan bokashi seperti rumput, sekam padi, kotoran ternak, air, dll. Staf PETRASA yang diwakili oleh Christina Padang dan Goklasni Manullang ikut membantu sambil mengarahkan para petani cara membuat pupuk organik yang kaya manfaat tersebut.
Ada sekitar 28 orang anggota kelompok yang ikut dalam pelatihan tersebut. Antara lain 25 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Mereka semua bergotong royong mengolah sumber daya alam yang ada untuk menjadi bokashi. Bahan-bahan yang digunakan adalah daun sipaet-paet, daun sirsak, daun jambu, daun kemangi, jerami, arang sekam, batang jagung, batang pisang, dolomit, sisik ikan, serbuk gergaji, gula merah EM4, dan air secukupnya.
Mereka berbagi tugas mulai dari mengantar bahan-bahan, menghaluskan bahan-bahan, dan melarutkan gula merah, EM4 dan air di sebuah wadah. Meski kerja berat, senyum tidak pudar dari wajah mereka. Cara pembuatan bokashi ini antara lain dengan mencincang dan menghaluskan bahan-bahan yang sudah dikumpulkan. Kemudian sebagian petani mengiris gula merah dan melarutkannya dalam air. Setelah itu, mereka mencampurnya dengan EM4 yakni cairan kental yang mengandung mikroorganisme pengurai. Semua bahan tersebut diaduk sampai merata sambil disirami dengan larutan EM4, gula merah, dan air yang dibuat secara terpisah sebelumnya.
N. br Pakpahan, penanggung jawab Green House Natama dari Desa Kentara hadir sebagai narasumber. Bersama-sama dengan staf PETRASA, ia mengarahkan anggota kelompok Dedikasi. Ia sibuk berkeliling memastikan para anggota kelompok melakukannya dengan cara yang benar. PETRASA berharap antusiasme kelompok Dedikasi mengerjakan PSA semakin bertambah dengan pengalaman nyata dari Ibu N. br Pakpahan.
Pelatihan ini adalah salah satu upaya PETRASA untuk mendorong kelompok Dedikasi lebih giat menjalani PSA. Oleh karena itu, petani perlu memahami bahan – bahan PSA, mengetahui cara pembuatan bokashi dan mempraktekkan cara pembuatan bokashi secara langsung. PETRASA juga ingin supaya para petani lebih kreatif dalam memanfaatkan sumber daya alam lokal, mempertimbangkan keselarasan alam dan menjaga kesehatan.
Menariknya, gotong royong kelompok Dedikasi tidak hanya dilakukan oleh anggota kelompok yang kebanyakan adalah perempuan. Para suami anggota kelompok yang bukan anggota kelompok pun ikut serta membantu pelatihan pembuatan bokashi. Mereka kerjasama mencampur dan mengaduk kompos agar bahan-bahan tercampur dengan merata. Atas kerjasama yang baik, pelatihan pembuatan bokashi pun selesai pada jam setengah enam sore.
Staf PETRASA, Goklas Manullang menjelaskan bahwa pupuk organik ini bisa siap pakai dalam dua minggu. PETRASA berharap, dengan pelatihan tersebut para petani dari kelompok Dedikasi mendapat pengetahuan pertanian selaras alam yang benar. Ke depannya, anggota kelompok mampu menyediakan bokashi untuk kebutuhan lahan mereka sendiri, sehingga tidak perlu lagi membeli pupuk dari toko dengan harga yang mahal.Seperti nama kelompoknya, semoga anggotanya berdedikasi untuk melakukan pertanian selaras alam demi kesejahteraan mereka dan kelestarian alam lingkungan.
Febriana R. Tambunan