APUK BERAUDIENSI DIKANTOR DPRD KAB. DAIRI, “KECEWA KARENA HANYA DIBERIKAN SETENGAH JAM UNTUK MENYUARAKAN ASPIRASI”

Aliansi Petani Untuk Keadilan Dairi atau di kenal juga dengan APUK Dairi merupakan aliansi dari 15 organisasi rakyat (OR) dengan jumlah anggota sekitar 7.000 KK yang terbentuk karena kekhawtiran bersama, dimana hak-hak petani belum terpenuhi oleh pemerintah secara adil dan merata. APUK Dairi ini seyogianya telah terbentuk pada 6 September 2022 yang lalu yang dihadiri oleh beberapa perwakilan organisasi petani yang ada di Kab. Dairi. Pada 1 November 2022 APUK DAIRI juga telah melakukan aksi demonstrasi pertama kali di depan kantor DPRD Dairi dan di depan kantor Bupati.

Kekhawatiran tersebut diawali dengan semakin sulitnya petani untuk mendapatkan haknya, akses terhadap kebutuhan pertanian dan kebutuhan hidupnya, kesulitan pupuk, mahalnya harga bibit tanaman, pelayanan kesehatan yang buruk, buruknya infrastruktur, klaim hutan lindung secara sepihak oleh pemerintah dan bantuan sosial yang tidak merata menjadi ancaman yang menakutkan bagi petani di desa-desa di kabupaten Dairi. Informasi dari pemerintah tentang penguasaan tanah dimana di beberapa kecamatan saat ini ada perusahaan besar hadir yang pastinya membutuhkan tanah yang luas. Petani khawatir dengan kehadiran perusahaan-perusahaan yang membutuhkan ribuan hektar tanah akan menjadi ancaman bagi penguasaan dan pengelolaan tanah pertanian oleh petani di desa. Hal ini juga dipandang petani menjadi ancaman nyata akan terjadinya perampasan tanah pertanian, semakin sempitnya lahan pertanian dimana akan mempertajam konflik baik secara horizontal maupun secara vertical. Keadaan ini yang akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya APUK agar terwujudnya petani Dairi yang berdaulat.

(6/4/2023) Hari ini pengurus APUK diterima beraudiensi di Kantor DPRD Kab. Dairi. Pada surat permohonan audiensi APUK tertanggal 27 Maret 2023, APUK meminta kepada DPRD Kab. Dairi agar bersedia mengundang eksekutif (Pemerintah Kab. Dairi) di audiensi yang akan dilakukan pada tanggal 4 April 2023. Namun DPRD Kab. Dairi meminta agar audiensi dilakukan pada 6 April 2023. Harapannya dalam audiensi tersebut, APUK Dairi dapat langsung menyampaikan pokok persoalan dan aspirasinya dengan tujuan pemerintah kab. Dairi baik eksekutif dan legislatif dapat menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Dairi terkhusus petani hingga menemukan solusi dalam pemecahan masalah tersebut.

Pertemuan kali ini mengecewakan APUK karena tidak satu pun dinas atau pejabat terkait (Pemkab Dairi) hadir pada audiensi tersebut, pun APUK hanya diberikan waktu setengah jam untuk menyampaikan aspirasinya. Hal ini dianggap mencoreng demokorasi di Dairi, karena rakyat datang kerumah sendiri namun harus dibatasi oleh waktu.

Perwakilan pengurus APUK yang hadir sempat menyampaikan pokok-pokok permasalah yang saat ini dihadapi oleh masyarakat terkhusus petani saat ini namun pertemuan harus disudahi karena DPRD Kab. Dairi memiliki urusan lain walau sebelumnya DPRD Kab. Dairi yang menentukan hari audiensinya. DPRD Kab. Dairi berjanji akan mengundang kembali kesembilan Dinas atau pemangku jabatan untuk beraudiensi dengan APUK Dairi pada tanggal 17 April 2023.

Warga Dairi Menggugat KLHK

Dalam ambang ancaman bencana, warga Dairi terus berjuang mempertahankan ruang hidup mereka. Keselamatan diri dan ketersediaan ruang hidup perlu mereka perjuangkan dari ancaman tambang yang sudah di depan mata.

Dengan keluarnya persetujuan lingkungan PT DPM, KLHK abai dengan kehidupan masyarakat yang hidup dan akan terdampak akan pembangunan tambang di Dairi.Mari ikut mendukung dan bersolidaritas dengan warga Dairi mempertahankan ruang hidup mereka dari ancaman tambang.Untuk bantu warga Dairi berjuang mari klik link ini dan tandatangani petisi #tolakdpm#tambangbukansolusi#ladangrakyatbukantambangdpm#dairirawanbencana#cabutpersetujuanlingkungan

Mereka menyebut kami ring 1

Film dokumenter ‘’mereka menyebut kami ring 1’’ yang berdurasi 13 menit, 16 detik mengangkat hasil valuasi ekonomi Desa Bongkaras dengan angka yang fantastis hinga mencapai 13 milyar per tahun dan kekhawatiran mereka atas keterancamanan kehidupan ketika perusahaan hadir dan menamai Desa Bongkaras dan Longkotan Ring 1 tanpa sepengetahuan mereka.

Dalam dokumenter ini juga bercerita tentang Desa Longkotan yang mana aktivitas pertambangan sangat dekat dengan pemukiman dan perladangan mereka, Aktivitas yang dimaksud adalah pembangunan Bendungan limbah yang hanya berjarak 20 m dari rumahnya sehingga mengakibatkan kebisingan, rumah retak-retak, intimidasi dari pihak perusahaan, kepolisian dan pemerintah lokal, jalan menuju ke ladang jadi terganggu tak hanya itu konflik horizontal juga dirasakan karena kehadiran Perusahaan tersebut.

Selain pembangunan tempat bendungan limbah pembangunan gudang bahan peledak dan pembangunan mulut terowongan juga mengancam ruang hidup dan keselamatan warga. Gudang bahan peledak dibangun dekat dengan pemukiman yang hanya berjarak 50,64 m juga dekat dengan perladangan warga.Bagaimana Warga Desa Bongkaras dan Longkotan berjuang untuk mempertahankan ruang hidupnya? nantikan selengkapnya di documenter “Mereka menyebut kami Ring 1” dengan melakukan pendaftaran terlebih dahulu pada link di bawah ini :#TolakDPM#Dairirawanbencana#ladangrakyatbukantambang#tolakperusaklingkungan

Orientasi Petani Integrasi Kopi dan Lebah untuk Ketahanan Iklim ke Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan bolon

Kegiatan orientasi integrasi kopi dengan beternak lebah pada lahan kopi untuk ketahanan iklim bersama dengan petani dampingan PETRASA, berada di Desa Sibaganding kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Peserta dari berbagai kecamatan kabupaten Dairi yang tergabung dalam petani budidaya lebah madu. Petani yang sangat peduli dengan kondisi lingkungan adalah petani yang mampu melestarikan alam sekitar. Hal ini yang mendorong Petrasa untuk membawa petani memperdalam pengetahuannya ke daerah Sibaganding dengan bertemu anggota dan pengurus kelompok HKM Lestari.

Pagi dengan terik sinar matahari pagi, kami langsung berangkat ke lahan Bapak A. Manik yang di pandu oleh Bapak Benson Marbun ke lokasi pemeliharaan madu. Untuk menjangkau lokasi kami harus berganti mobil yang di fasilitasi oleh ketua HKM Lestari. Tiba di lokasi langsung berdiskusi dengan A. Manik dengan memperkenalkan lebah yang mereka budidayakan disana. Sebelum memperpanjang penyampaian informasi dari A. Manik. Setiap peserta melakukan pengamatan dulu terhadap lokasi budidaya lebah madu tersebut. Dari hasil pengamatan di lokasi, Peserta mengamati bahwa di dalam lokasi budidaya lebah ini membudidayakan tanaman kopi, tanaman andaliman, tanaman durian yang di tanam dalam satu lahan.

Dilanjutkan dengan penyampaian materi dari Bapak Benson Marbun dan A. Manik terkait budidaya lebah yang mereka geluti disana. Pak Benson Marbun sebagai ketua kelompok menyampaikan bahwa kelompok yang mereka bangun adalah kelompok binaan dari Dinas Kehutanan Pematang Siantar. Kelompok ini sudah di fasilitasi dengan berbagai pengetahuan tentang budidaya lebah madu. Dalam budidaya madu yang di terapkan adalah dengan memamfaatkan alam sekitar, peternak belum menanam produk yang menjadi makanan lebah. Kelompok HKM beranggapan lebah yang mereka pelihara cukup dengan tanaman pendukung yang ada di hutan tersebut. Dari penjelasan mengenai hasil yang di dapatkan mereka masih minim dimana peserta menanyakan berapa banyak hasil panen pertahun atau hasil madu ketika di lakukan pemanenan. A. Manik sebagai peternak lebahmenjelaskan bahwa madu yang mereka pelihara masih alami dan hasilnya masih minim dimana sekali panen yang didapatkan itu sekitar satu cangkir atau kitaran 250-300 ml per sarang.

Mendengar hasil panen yang mereka dapatkan membuat peserta saling bertatapan, karena menurut peserta, hasil panen mereka sangat minim di bandingkan dengan hasil panen dari setiap peserta. Dari pemahaman yang disampaikan oleh narasumber bahwa lebah di daerah Sidikalang kabupaten Dairi mempunyai stok makanan yang cukup sehingga madu yang dihasilkan lebih banyak dari yang mereka hasilkan. Di lokasi ini juga di lakukan praktek pembuatan stup/glodokan untuk memancing lebah yang masih liar dan setelah berisi akan dipindahkan ke sarang yang baru. Pembelajaran yang didapatkan oleh peserta adalah, stup/glodokan yang di gunakan dari bahan kelapa. Bahan kelapa ini sangat harum bagi si Lebah sehingga memudahkan lebah untuk nyaman dan bersarang disana. Kegiatan ini ditutup dengan satu pertanyaan menggugah dari peserta yang menanyakan pemasaran madu yang meraka hasilkan. Pak. Marbun sebagai ketua HKM Lestari memberikan jawaban terkait pemasaran melalui pasar online dan hingga saat ini stok masih kurang dibandingkan dengan permintaan pelanggan. Untuk menutup orientasi lahan ini dilanjutkan foto bersama di lahan integrasi kopi dan lebah dan berpisah dari A. Manik.

Melanjutkan perjalanan ke daerah lain dengan mengunjungi peternak lainnya, orientasi berlanjut ke lokasi peternakan lebah Flora Nauli berada di Pematang Siantar. Madu yang diproduksi ada 2 jenis madu trigona dan madu lebah lokal disebut Apis cerana. Mareka juga memproduksi bahan baku dalam pembuatan propolis yaitu dari sarang trigona. Jenis Lebah trigona yang di budidayakan oleh Flora Nauli adalah Madu Heterotrigona Itama dengan ratusan sarang yang sudah berisi. Adapun narasumber yang kami temui di lokasi ini adalah Bapak Aam Hasanuddin dijuluki sebagai guru besar budidaya lebah di daerah Sumatera Utara dan Bapak Rohman sebagai staf. Kedua Narasumber ini menyampaikan bahwa Flora Nauli banyak di kunjungi oleh Peneliti dari berbagai universitas ternama di Indonesia. Baru-baru ini ada beberapa peneliti dari Universitas IPB dan Universitas Andalas yang meneliti soal kualitas madu yang dihasilkan di daerah Siantar.

Penjelasan lain yang disampaikan Bapak Aam Hasanuddin adalah Indonesiamempunyai kurang lebih 100 jenis lebah yang di budidayakan dan hasil madu yang dihasilkan juga berbeda-beda. Lebah ada yang menyengat dan ada juga yang tidak menyengat. Lebah yang tidak menyengat dengan jenis trigona. Lebah di budidayakan masyarakat Dairi adalah lebah jenis daldal. Memelihara lebah daldal sangat menguntungkan bagi peternaknya dimana lebah jenis ini lebih banyak menghasilkan madu. Adapun kelemahan dari lebah ini adalah tidak tahan dengan hama pengganggu seperti kecoa, semut, cicak, tawon besar (uiluil). Lebah tidak berkembang apabila lebah tidak membawa bipolen atau pada saat terbang di kakinya ada serbuk sari berwarna kuning yang selalu dibawa oleh lebah.

Pada kesempatan ini juga peserta di bawa oleh Bapak Aam Hasunuddin ke daerah Purba sari Jl. Medan- P. siantar untuk memindahkan lebah madu ke sarangnya. Lebah ini bersarang di dinding rumah sehingga kami harus melakukan pembongkaran terlebih dahulu, selanjutnya kami melakukan praktek pemindahan lebah ke sarang yang disediakan. Peserta di pandu oleh Pak. Rohman untuk melakukannya secara langsung. Sebagian peserta pun memberanikan diri untuk melakukan pemindahan dimana dalam pemindahan ini tanpa pmenggunakan alat pelindung diri (APD). Kegiatan ini berlangsung dalam sehari Pada hari Rabu, tanggal 22 Februari 2023 diikuti oleh 12 petani kopi integrasi dengan lebah. Pada orientasi ini petani mendapatkan pengetahuan baru, bahkan mereka sangat antusias untuk bisa mengaplikasikan hal baru di lahan Petani Dampingan Yayasan Petrasa.

PASAR PRODUK ORGANIK DUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

Petrasa mendukung pemasaran dengan pelatihan dan mengumpulkan produsen dan konsumen. Kegiatan ini bertujuan untuk meyakinkan Konsumen dengan prodak yang di jual oleh kios Pangula sebagai salah satu alat untuk menyampaikan produk tersebut sampai ditangan konsumen. Divisi Pemasaran Petrasa melalui kios pangula membuat rantai pasar itu menjadi sederhana, dimana konsumen langsung mendukung petani dengan harga yang tinggi dan dinikmati langsung oleh petani organik.

Kios pangula juga membuat Group di WhatsApp untuk memudah kan konsumen langsung memilih sayur mayur apa saja yang tersedia di group Kios pangula,maka itu para konsumen baru yang ikut gabung akan di masukan ke group Kios Pangula. Juga, sistem Pemasaran ini sangat unik dimana seluruh media yang dilakukan adalah konsumen akan bercerita kepada masyarakat banyak melalui mulut ke mulut dan model kampanye seoerti ini otomatis akan menambah konsumen. Dengan bertatap muka dan kunjungan lokasi petani akan menambah kepercayaan konsumen dengan produk yang selama ini di beli dan di konsumsi.

Tidak terasa,Pemasaran produk organik Petrasa Kios Pangula sudah berjalan 5 Tahun sejak dimulai 2017. Oleh karna itu petani sebagai produsen memiliki kesadaran untuk menghasilkan pangan yang sehat. Komitmen dalam menjaga kualitas produk merupakan tanggung jawab petani sebagai penghasil pangan. Sebaliknya konsumen juga menyadari dan mengapresiasi upaya produsen dalam mengahasilkan pangan yang sehat untuk keluarga. Hal itu lah yang sampai sekarang menjadi semangat petani organik dampingan petrasa dalam menghasilkan produk organik sehingga kepercayaan yang di berikan konsumen tetap terjaga.

Setiap penjemputan di hari selasa Divisi pemasaran atau staff pemasaran langsung turun ke lahan beberapa produsen yang ada di kentara atau di Pispis untuk melihat produk apa saja yang ter sedia untuk hari rabu dan melihat juga produk apa saja yang tersedia untuk penjualan minggu depan. Produk yang tersedia akan kita timbang sesuai dengan berat 1 produk dan staf pemasaran akan membayar produk itu sesuai dengan harga yang sudah di tentukan.

Dihari rabu pagi, staff pemasaran menshare produk di group whatsApp KIOS PANGULA agar Konsumen memesan produk yang tersedia di group dan ketika konsumen memilih pesanan mereka,staff pemasaran akan memulai mempacking pruduk yang sudah dipesan. Ketika produk sudah di packing maka staff pemasaran langsung mendelivery prodak ke tempat konsumen yang sudah memesan prodak.

Divisi pemasaran mengadakan penjualan setiap “Rabu-Jumat” ke setiap pemesanan konsumen. Produk yang kita jual setiap hari rabu dan jumat salah satu langkah yang baik dari konsumen dan produsen. Konsumen yang membeli produk organic kita berarti mendukung kita untuk semakin mengembangkan pertanian organic yang dimana pertanian organic salah satu langkah dalam mitigasi perubahan iklim.

Konsep pertanian organic yang dilakukan Petrasa berfokus pada pemanfaatan pupuk organic dan limbah yang ada di sekitar kita dan tidak adanya penggunaan pupuk kimia yang mana penggunaan pupuk kimia salah satu factor penyebab perubahan iklim.

Dalam mengembangkan pasar produk organic semua elemen harusnya terlibat dalam hal itu baik itu pemerintah,masyarakat luas dan semua komunitas demi menjaga atau mengatasi perubahan iklim.

Beli Produk Organic Berarti Anda Ikut Serta Dalam Mitigasi Perubahan Iklim…!!!!

KONFERENSI INTERNASIONAL

Mengklimatisasi Pembangunan Berkelanjutan dan Hak Asasi Manusia Krisis Iklim dan Cara Meresponsnya sebagai Masyarakat Sipil di Asia & Tur berpemandu ke area Program Perubahan Iklim CCDB di pesisir Bangladesh, Oktober 2022

Masa depan peradaban manusia bergantung pada pembatasan pemanasan global hingga di bawah 2 derajat dan menciptakan masyarakat yang tahan iklim. Kawasan Asia-Pasifik sangat penting dalam konteks ini, bukan saja karena populasi dan dinamika pertumbuhan ekonominya, tetapi juga karena dampak yang tinggi terhadap risiko iklim, terutama komunitas yang rentan seperti petani, nelayan dan komunitas lainnya. Krisis iklim membahayakan komunitas tempat kita bekerja.

Mereka terkena risiko iklim yang mengancam kehidupan dan mata pencaharian dan yang melampaui kapasitas perlindungan dan kemampuan mereka. Brot für die Welt (BfdW), dalam Strateginya ‘Untuk kehidupan yang bermartabat mendefinisikan keadilan iklim dan transisi ekologi sosial sebagai satu dari lima prioritas strategis, yang bertujuan untuk mendorong pencapaian tujuan iklim global, membatasi dampak perubahan iklim, dan mempromosikan keadilan iklim. BfdW berupaya meningkatkan ketahanan iklim melalui adaptasi iklim dan pengurangan risiko bencana serta mitigasi emisi dengan perluasan energi terbarukan, bekerja sama dengan mitra.

Christian Commission for Development in Bangladesh (CCDB), sebuah CSO iklim terkemuka di Bangladesh yang juga merupakan mitra BfdW mendapat kepercayaan dari BfdW untuk menjadi tuan rumah konferensi Internasional . Konferensi ini merupakan tindak lanjut dari konsultasi mitra Asia-Pasifik tentang perubahan iklim yang diselenggarakan BfdW di Bangladesh pada tahun 2009. Ini adalah bagian dari program pelatihan dan dialog iklim bersama yang baru yang diprakarsai oleh BfdW dan CCDB pada Februari 2022 dengan sisten online. Konferensi ini juga sekaligus peresmian centre iklim CCDB yang diselenggarakan pada 1 Oktober 2022.

Petrasa sebagai salah satu mitra BfdW di Indonesia mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu peserta konferensi Internasional ini bersama 5 mitra Indonesia lainnya antara lain : JAMTANI, MPM, AOI, BIT dan YAK GBKP. Mitra Indonesia menjadi peserta yang mendapatkan quota paling besar dibandingkan peserta dari negara lain seperti Thailand, Philipina, India, Vietnam, Nepal dan negara Asia Pasifik lainnya.

Ridwan Samosir, sekretaris eksekutif Yayasan Petrasa yang menjadi salah satu peserta konferensi menjelaskan bahwa konferensi itu sangat penting sebagai media pertukaran pengalaman untuk membangun ketahanan komunitas melalui strategi adaptasi dan mitigasi di negara-negara Asia Pasifik. Selain itu konferensi itu juga menjadi sebuah kesempatan untuk mendesign advokasi untuk keadilan iklim dengan memobilisasi publik baik ditingkat lokal, nasional dan internasional.

Pembelajaran Penting

Selama mengikuti konferensi internasional study lapangan perubahan iklim di CCDB Bangladesh ada beberapa pembelajaran penting yang didapatkan yaitu :

Climate Centre

Climate Centre yang dimiliki CCDB merupakan pusat pembelajaran iklim yang diperuntukkan untuk komunitas-komunitas yang paling rentan. Selain itu Climate Centre tersebut juga bisa menjadi alat advokasi untuk pengambil kebijakan di Bangladesh. Climate centre yang didukung oleh BfdW digunakan sebagai media untuk meyakinkan pemerintah Bangladesh untuk segera mengambil langkah dan aksi nyata mengingat Bangladesh adalah salah satu negara yang menerima dampak perubahan iklim paling besar di Asia Pasifik.

Parlemen lokal dan nasional serta pejabat pemerintah mulai dari kementrian dan pejabat lokal melihat secara langsung manfaat Climate Centre sebagai alat untuk mengembangkan strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Cilmate Centre berhasil menginspirasi pemerintah untuk mengembangkan program nasional yang respon terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Bangladesh.

Community Climate Resilience Centre (CCRC)

Pembelajaran penting lainnya adalah pengembangan CCRC sebagai upaya adapatasi warga desa terhadap dampak perubahan iklim. Kalau Climate Center dalam lingkup yang lebih luas, maka CCRC dalam lingkup yang lebih kecil seperti desa. CCRC adalah organisasi lokal yang dibentuk oleh masyarakat desa untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim. Dampak-dampak yang sudah dirasakan masyarakat desa seperti banjir, kenaikan air laut, erosi, angin topan dan bencana alam lainnya direspon melalui organisasi desa yang disebut CCRC.

Hadirnya CCRC meningkatkan peran masyarakat dalam mengatasi dampak perubahan iklim tersebut. CCRC juga membangun kerjasama dengan pemerintah desa sehingga strategi adapatasi dan mitigasi bisa dilakukan secara bersama sama. CCRC ini sangat cocok untuk di adaptasikan di kabupaten Dairi sehingga setiap desa memiliki organisasi yang fokus terhadap penanganan dampak perubahan iklim.

Selama ini petani di kabupaten Dairi sudah merasakan dampak perubahan iklim seperti naiknya suhu udara, sulitnya memprediksi musim, munculnya hama dan penyakit pada tanaman, hujan es, angin puting beliung dan berbagai bencana lainnya. Pembentukan organisasi seperti CCRC sangat tepat untuk mengatasi dampak perubahan iklim sehingga komunitas desa mampu meningkatkan ketahanan dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

One World, One Climate, One Future, Together For Climate Justice

 

 

Bersahabat Dengan Lingkungan Melalui Pertanian Berkelanjutan

Profil Petani PSA ( Pertanian Selaras Alam) Dampingan Yayasan PETRASA. Nama : Paniel Limbong

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir : Pinantar 16/12/69

Alamat : Desa parbuluan IV sigalingging Kecamatan Parbuluan, Kabuaten Dairi Sumatera Utara

Ranah HAM (Hak Azasi Manusia) yang saya perjuangkan dalam Dunia Pertanian adalah Hak atas pangan & ruang hidup yang nyaman. Hak atas pangan menurut saya adalah sangat sederhana, dimana ketika lahan pertanian tidak ada yang tergerus akan mafia tanah, kita bisa dengan sangat nyaman dan mengerjakan lahan pertanian tersebut dalam memperoleh ekonomi untuk membutuhi kehidupan sehari-hari.Bicara soal bagaiamana menjaga lingkungan, saya sudah melakukannya melalui kegiatan-Pertanian Selaras Alam ( PSA) yang diberdayakan langsung oleh sebuah lembaga yang konsern dibidang Isu lingkungan Non Goverment Organization (NGO) Yayasan PETRASA (Pengembangan Ekonomi dan Teknologi Rakyat Selaras Alam). Kegiatan pemberdayaan ini saya ikuti sejak tahun 2018 karena ketertarikan saya akan konsept tersebut, dimana saya mendapatkan beberapa pelatihan pemberdayaan untuk pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) Lokal yang tersedia menjadi sumber utama, sebab bahan untuk pengolahan Pupuk Cair dan Padat organik sebagai nutrisi bagi tanaman yang saya budidayakan berasal dari alam sekitar yang ada di Daerah Parbuluan.

Dairi terkenal dengan tanah dan kekayaan Sda yang yang berlimpah, tinggal bagaimana mengolahnya menjadi lebih bernilai guna. Saya sebagai petani dengan ekonomi yang pas-pasan tentu akan memilih konsep lokal untuk menjalankan roda ekonomi keluarga tetap berkelanjutan. Konsep pertanian Selaras alam yang saya aplikasikan dilahan pertanian milik saya yang tidak begitu luas. Tanaman yang saya budidayakan adalah tanaman Hortikultura seperti; Stroberi, Cabai dan sayur-mayur.

Pada awal pengaplikasian tidak jarang saya mengalami gagal panen dan terjadi berulangkali. Dari perlakuan adapatasi tersebut saya sebagai petani biasa bisa menarik kesimpulan versi saya, bahwa lahan pertanian yang saya olah tersebut sedang berproses menyerap nutrisi Organik yang saya aplikasian, sebab sebelum saya mengenal dunia pertanian konsept selaras alam, sebelumnya menggunakan pupuk dan pestisida kimia, tentu sangat banyak pengaruhnya terhadap tanah,terhadap udara, sebab tanah menjadi kekeringan kekurangan biota dalam tanah, serta mahluk hidup lain yang saling membutuhkan tidak adala lagi, seperti Kupu-kupu, belalang dan mahluk hidup lainnya.

Saya banyak belajar dari konsep pertanian selaras alam ini, selain membatu dalam mengurangi biaya produksi, juga secara perlahan sudah membuat tanah lahan pertanian semakin subur dan terpelihara. Saat ini juga kebutuhan akan pupuk /nutrisi yang saya aplikasikan kelahan pertanian secara berangsur semakin berkurang. Tentu jika dikaitkan dengan isu lingkungan saya bisa menyatakan dari pengalaman akan sistem Pertanian Selaras alam yang saya aplikasikan sangat baik untuk dikembangkan, sebab telah menciptakan ruang hidup yang terpelihara, dengan ketahanan pangan yang terpelihara serta berkelajutan. Pertanian Selaras Alam adalah Konsep pertanian terintegrasi.

Kekerasan/Pelanggaran Ham atas ruang hidup secara langsung belum saya alami secara pribadi, namun saya merasa khawatir atas kehadiran PT. Gruti di Dairi Sumatera Utara ( Gunung Raya Utama Timber Industries) Yang telah mendapatkan izin IUPHHK-HA ( Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Kayu Pada Hutan Alam) dari pemerintah. Berdasarkan Izin yang diperoleh dari Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK/362/MENHUT/-II/2005. PT. Gruti memiliki areal produksi seluas Kurang lebih 126.550 Hektar . Konsesi PT.Gruti di kabupaten Dairi berada pada 2 (Dua) Kecamatan Yaitu Sumbul (Desa Perjuangan, Desa Pargambiran, Desa Barisan Nauli, Desa Sileuh-leuh Parsaoran) dan Kecamatan Parbuluan (Desa Parbuluan VI). Kecamatan Parbuluan adalah daerah /Lokasi tempat tinggal saya, disana saya melakukan seluruh kegiatan kehidupan saya dan terlebihnya saya menggantungkan seluruh hidup saya dari PERTANIAN. Tentu saya merasa khawatir jika ini akan beroperasi secara berkelanjutan. Saya sangat khawatir Kedaulatan petani akan terganggu, Lahan tergerus, Hutan Gundul, Sumber air akan rusak, tanah akan longsor dan kemungkinan lainnya. Saya sebagai masyarakat Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Kecamatan Parbuluan, selalu berusaha menyuarakan kepada masyarakat melalui kelompok dan juga pendekatan secara pribadi.

Saya juga salah satu Pengurus dari sebuah organisasi Dampingan Yayasan PETRASA yaitu Organisasi yang tergolong besar di Kabupaten Dairi ; Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA), melalui organisasi tersebut sesekali saya bersosialisasi “Bagaimana kita tetap bisa bertahan ditanah kita, oleh sebab itu kita harus mencintai tanah ruang hidup kita, lahan pertanian kita, sebab tanah adalah identitas kita, terlebih kita harus bisa menjaga tanah kita dengan konsep pemanfataan sumber daya alam untuk pertanian kita untuk mempertahankan kehidupan berkelanjutan.

Saya selaku Warga Masyarakat Kabupaten Dairi, akan terus berjuang mempertahan ruang hidup yang berkelanjutan untuk generasi berikutnya dengan “Menanam Konsep Pertanian Selaras Alam” Menaman adalah Berjuang Untuk Mempertahankan Identitas. Hidup Pertanian, Saya Hidup Dari Pertanian!!!

“Serah Terima Kepengurusan Yayasan Petrasa Periode 2022-2025”

Dedikasi pada masyarakat dan inovasi program merupakan dua hal yang sangat penting dalam menjalankan sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat. Selama periode 2019 hingga 2022, kedua hal ini terus dikerjakan oleh pengurus Yayasan Petrasa. Di dalam kepemimpinan Ridwan Samosir sebagai Sekretaris Eksekutif ataupun Direktur Program bersama dengan Dr. Drs. Samse Pandiangan sebagai Ketua Pengurus, Lestari Sitepu dan Shanti D. Simbolon Bendahara Pengurus, Yayasan Petrasa dan petani dampingan kian berkembang menuju pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

Berbagai perubahan, inovasi dan prestasi telah banyak tercapai selama tiga tahun. Ini semua pun merupakan hasil kerja bersama semua pihak mulai dari pengurus, donatur, staf, petani dampingan, mitra NGO, dan pemerintah daerah.

Setelah satu periode membangun Yayasan Petrasa, kepengurusan ini dengan resmi mengakhiri masa tugasnya. Mandat mengembangkan dan masyarakat dampingan Yayasan Petrasa kemudian dilanjutkan kembali oleh Ridwan Samosir selaku Sekretaris Eksekutif periode 2022-2025. Kepengurusan baru ini dipimpin oleh Ibu Saur Tumiur Situmorang sebagai Ketua Pengurus, Lestari Br. Sitepu sebagai Bendahara Pengurus, bersama dengan Pdt. Favor Bancin dan Pdt. Rosmalia Barus sebagai anggota pengurus.

Serah terima kepengurusan dari pengurus periode 2019-2022 kepada pengurus periode 2022-2025 secara resmi telah dilaksanakan pada Rabu, 28 Mei 2022 lalu. Proses serah terima berlangsung di Kantor Sekretariat Yayasan Petrasa. Ridwan Samosir sebagai Sekretaris Eksekutif dan Dr. Drs. Samse Pandiangan sebagai Ketua Pengurus Yayasan Petrasa menyampaikan laporan program kerja dan dokumen penting lainnya sebagai tanda resmi beralihnya kepengurusan.

Dengan diterimanya laporan dan dokumen tersebut oleh Ibu Saur Tumiur Situomarang, Ridwan Samosir, Ibu Lestari br. Sitepu, Pdt. Favor Bancin dan Pdt. Rosmalia Barus maka terhitung sejak Mei 2022, Ridwan Samosir resmi memulai kembali masa baktinya sebagai Direktur Program Yayasan Petrasa hingga tahun 2025. Berbagai apresiasi dan evaluasi kepengurusan telah dibagikan sesaat sebelum proses serah terima berlangsung. Hal ini menjadi bekal yang baik untuk terus berpacu mewujudkan visi dan misi Yayasan Petrasa mengembangkan petani Dairi yang sejahtera. Pengurus periode sebelumnya dan pengurus periode selanjutnya akan terus membangun komunikasi dan kerja sama untuk mengembankan Yayasan Petrasa dan mendampingi petani Dairi menuju masa depan yang berkelanjutan.

Pengurus Perhimpunan Petani Organik Dairi Berdiskusi Budidaya Ternak Babi Pasca Virus African Swine Fever (ASF)

(Senin, 19/9/2022) Bertempat di Sekretariat PPODA, pengurus Perhimpunan Petani Organik Dairi mengadakan diskusi budidaya ternak babi. Sudah hampir 3 Tahun lebih pasca African Swine Fever (ASF) melanda Dairi dan beberapa kabupaten di Sumatera Utara. African Swine Fever (ASF) adalah penyakit pada babi yang disebabkan oleh virus, sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100% sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
“Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan. Walau tidak menular kemanusia atau zoonosis tapi perlu juga difahami kita juga bisa menjadi pembawa penyakit tersebut ke ternak melalui tangan dan udara yang kita bawa ke dalam lingkungan ternak”, demikian kata Bapak Antoni Sihombing yang menjadi Narasumber / pemantik dalam diskusi tersebut.
Merebaknya virus ASF banyak memukul peternak babi diDairi. Kerugian mancapai ratusan juta rupiah karena ternak yang mati akibat virus tersebut ribuan di Dairi, data Dinas Pertanian Dairi babi mati akibat virus ASF mencapai 12.668 ekor.
Namun seiring waktu beberapa masyarakat sudah mencoba beternak babi kembali dengan konsep peternakan yang lebih hati-hati artinya jumlahnya tidak terlalu banyak, sanitasi kandang yang lebih bersih dan lebih ketat atau tidak sembarang orang bisa datang ke lingkungan perkandangan ternak mereka untuk menghindari penyakit. Walaupun sebenarnya dari Dinas pertanian Dairi belum ada rekomendasi bahwa virus ASF sudah hilang, sehingga beternak babi sebenarnya belum aman.
Diskusi terkait Budidaya Babi untuk Pengurus PPODA ini di dasari oleh kesadaran dimana pengurus PPODA melihat sudah mulai banyak lagi yang beternak dan beberapa pengurus berhasil mengembangkan ternak babi dalam kondisi virus ASF yang belum hilang. Salah satunya adalah Bapak Antoni Sihombing. Tentu beliau punya strategi bagaimana ternak babi beliau tersebut bisa berkembang. Nah ini perlu dibagi bersama kepada pengurus dan juga anggota PPODA lainnya karena bagaimana pun ternak babi biasanya digunakan pada acara-acara adat Budaya Batak ini dan salah satu kegiatan petani yang sulit ditinggalkan karena sudah menjadi kebiasaan dan budaya petani kita seperti filosopi pertanian kita “gabe na niula, sinur na pinahan”. Namun perlu juga difahami bahwa kondisi saat ini belum sebaik beberapa Tahun lalu sehingga perlu kehati-hatian supaya tidak mengalami kerugian yang lebih parah.
Selain faktor makanan dan kebersihan, dalam memilih bibit ternak juga Bapak Sihombing menyarankan memilih yang betul-betul baik dan sehat dan kita tahu dari mana asal bibitnya karena faktor itu sangat menentukan keselamatan dan hidup ternak tersebut pada saat kita peliahara. Kemudian penguasaan/penanganan pada saat ternak sakit atau mengalami kondisi tidak baik juga perlu dipelajari sehingga kita bisa mengambil tindakan cepat untuk menangani kata beliau.

Diskusi ini semakin menarik karena didukung pula oleh staff Petrasa Divisi Peternakan Ganda Sinambela yang banyak memberikan masukan dan pemotivasian kepada pengurus PPODA yang ingin beternak dan diharapkan juga dapat mengimplementasikan hasil diskusi ini kedepan. “Kalau saat ini obat yang paling baik untuk bisa berhasil dalam beternak babi adalah sanitasi yang bersih, diluar itu sebagus apapun pakan yang kalian beri itu akan gagal kalau kebersihan ternak tidak dijaga. Perlu dipahami Petrasa sebenarnya juga belum memberikan rekomendasi kepeda dampingannya untuk beternak babi karena kami tahu virus itu belum hilang. Namun karena semangat Bapak/Ibu yang sudah ingin beternak maka diskusi ini sangat penting sebagai wadah berbagi pengalaman supaya tidak mengalami kerugian yang lebih besar karena virus ASF. ASF belum ada Obatnya jadi hal utama adalah pencegahan”, ungkap Ganda Sinambela.

Diakhir diskusi Sebagai rencana tindak lanjut dari diskusi pengurus PPODA sepakat akan berbagi informasi terkait perkembangan ternak mereka sehingga Bapak Antoni Sihombing bisa memonitoring perkembangan ternak mereka dan juga memberikan trik-trik budidaya ternak babi kepada mereka sebagai upaya pencegahan virus ASF.

Berdiskusi dengan Komisioner KOMAS HAM tentang Pelanggaran HAM di Dairi

Kemarin malam bersama warga disekitar tambang PT DPM dan PT Gruti melakukan pertemuan informal dengan salah satu komisioner komnas HAM Bang Beka Ulung Hapsara Koordinator subkomisi pemajuan HAM atau komisioner pendidikan dan penyuluhan yang sedang bertugas di Kabupaten Dairi.

Informasi yang kami dapatkan bahwa inisiasi Bupati Dairi yang bermimpi akan menjadikan Dairi ramah HAMlah yang melatarbelakangi kedatangan beliau ke Dairi. Kami pun terdiam dengan sedikit wajah bingung.

Bingung antara percaya dan tidak percaya mengingat fakta dilapangan selama ini, dimana warga disekitar tambang selama ini mengalami intimidasi dan kriminilisasi karena menolak kehadiran tambang PT DPM. Camat dan dan beberapa Kades bersama aparatnya melakukan intimidasi. mengatakan bahwa warga tolak tambang PT DPM tidak akan menerima bantuan bansos, pkh, blt dan sejenisnya untuk menakuti nakuti warga atau tidak ikut gerakan perjuangan tolak tambang yang merupakan hak azasi manusia warga.

Tak cukup hanya di lakukan aparat desa sampai Kadus juga dilakukan oleh aparat kepolisian ketika warga akan aksi dengan turun ke lapangan mengatakan tidak perlu ikut aksi.

Tak sampai disitu kades di salah satu desa juga mempersulit warga untuk mengurus identitas kependudukannya (KTP) bahkan pengalaman pahit salah satu warga diminta untuk menandatangani surat agar tidak ikut perjuangan tolak tambang PT DPM yang akan ikut seleksi menjadi aparat desa.

Fakta lain di desa Sileu- leu warga juga kerap di datangi brimob, kepolisian ketika mereka berusaha mempertahankan tanah yang sudah mereka kuasai puluhan tahun melawan PT Gruti sebuah perusahaan yang akan mengambil hasil hutan kayu.

Disisi lain warga sudah pernah menyurati Bupati sampai tiga kali namun tak satupun surat warga di respon baik oleh Bupati Dairi. Warga dipanggil berulang kali karena terus melawan dan menanam kembali tanah mereka yang dibuldozer oleh alat berat PT. Gruti.

Menjadikan Dairi ramah HAM sepertinya hanya target untuk mendapatkan aksesoris penghargaan atau target award. Pemajuan instrumen HAM di Dairi masih jauh api dari panggang melihat sikap Pemkab dan jajarannya sampai ke level desa, dusun bahkan aparat penegak hukum.

Potensi konflik Sumber Daya Alam di Dairi dengan hadirnya PT DPM dan Gruti adalah potret Pemkab yang abai terhadap perlindungan, penghormatan dan pemenuhan hak azasi manusia, dengan bukti warga dilarang berpendapat, dilarang untuk berorganisasi, dilarang untuk mempertahankan ruang hidup mereka bahkan mempertahankan hidupnya dimasa mendatang.

#Mari kita kawal#
#Tolak Pencitraan#