Orientasi Petani Integrasi Kopi dan Lebah untuk Ketahanan Iklim ke Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan bolon

Kegiatan orientasi integrasi kopi dengan beternak lebah pada lahan kopi untuk ketahanan iklim bersama dengan petani dampingan PETRASA, berada di Desa Sibaganding kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Peserta dari berbagai kecamatan kabupaten Dairi yang tergabung dalam petani budidaya lebah madu. Petani yang sangat peduli dengan kondisi lingkungan adalah petani yang mampu melestarikan alam sekitar. Hal ini yang mendorong Petrasa untuk membawa petani memperdalam pengetahuannya ke daerah Sibaganding dengan bertemu anggota dan pengurus kelompok HKM Lestari.

Pagi dengan terik sinar matahari pagi, kami langsung berangkat ke lahan Bapak A. Manik yang di pandu oleh Bapak Benson Marbun ke lokasi pemeliharaan madu. Untuk menjangkau lokasi kami harus berganti mobil yang di fasilitasi oleh ketua HKM Lestari. Tiba di lokasi langsung berdiskusi dengan A. Manik dengan memperkenalkan lebah yang mereka budidayakan disana. Sebelum memperpanjang penyampaian informasi dari A. Manik. Setiap peserta melakukan pengamatan dulu terhadap lokasi budidaya lebah madu tersebut. Dari hasil pengamatan di lokasi, Peserta mengamati bahwa di dalam lokasi budidaya lebah ini membudidayakan tanaman kopi, tanaman andaliman, tanaman durian yang di tanam dalam satu lahan.

Dilanjutkan dengan penyampaian materi dari Bapak Benson Marbun dan A. Manik terkait budidaya lebah yang mereka geluti disana. Pak Benson Marbun sebagai ketua kelompok menyampaikan bahwa kelompok yang mereka bangun adalah kelompok binaan dari Dinas Kehutanan Pematang Siantar. Kelompok ini sudah di fasilitasi dengan berbagai pengetahuan tentang budidaya lebah madu. Dalam budidaya madu yang di terapkan adalah dengan memamfaatkan alam sekitar, peternak belum menanam produk yang menjadi makanan lebah. Kelompok HKM beranggapan lebah yang mereka pelihara cukup dengan tanaman pendukung yang ada di hutan tersebut. Dari penjelasan mengenai hasil yang di dapatkan mereka masih minim dimana peserta menanyakan berapa banyak hasil panen pertahun atau hasil madu ketika di lakukan pemanenan. A. Manik sebagai peternak lebahmenjelaskan bahwa madu yang mereka pelihara masih alami dan hasilnya masih minim dimana sekali panen yang didapatkan itu sekitar satu cangkir atau kitaran 250-300 ml per sarang.

Mendengar hasil panen yang mereka dapatkan membuat peserta saling bertatapan, karena menurut peserta, hasil panen mereka sangat minim di bandingkan dengan hasil panen dari setiap peserta. Dari pemahaman yang disampaikan oleh narasumber bahwa lebah di daerah Sidikalang kabupaten Dairi mempunyai stok makanan yang cukup sehingga madu yang dihasilkan lebih banyak dari yang mereka hasilkan. Di lokasi ini juga di lakukan praktek pembuatan stup/glodokan untuk memancing lebah yang masih liar dan setelah berisi akan dipindahkan ke sarang yang baru. Pembelajaran yang didapatkan oleh peserta adalah, stup/glodokan yang di gunakan dari bahan kelapa. Bahan kelapa ini sangat harum bagi si Lebah sehingga memudahkan lebah untuk nyaman dan bersarang disana. Kegiatan ini ditutup dengan satu pertanyaan menggugah dari peserta yang menanyakan pemasaran madu yang meraka hasilkan. Pak. Marbun sebagai ketua HKM Lestari memberikan jawaban terkait pemasaran melalui pasar online dan hingga saat ini stok masih kurang dibandingkan dengan permintaan pelanggan. Untuk menutup orientasi lahan ini dilanjutkan foto bersama di lahan integrasi kopi dan lebah dan berpisah dari A. Manik.

Melanjutkan perjalanan ke daerah lain dengan mengunjungi peternak lainnya, orientasi berlanjut ke lokasi peternakan lebah Flora Nauli berada di Pematang Siantar. Madu yang diproduksi ada 2 jenis madu trigona dan madu lebah lokal disebut Apis cerana. Mareka juga memproduksi bahan baku dalam pembuatan propolis yaitu dari sarang trigona. Jenis Lebah trigona yang di budidayakan oleh Flora Nauli adalah Madu Heterotrigona Itama dengan ratusan sarang yang sudah berisi. Adapun narasumber yang kami temui di lokasi ini adalah Bapak Aam Hasanuddin dijuluki sebagai guru besar budidaya lebah di daerah Sumatera Utara dan Bapak Rohman sebagai staf. Kedua Narasumber ini menyampaikan bahwa Flora Nauli banyak di kunjungi oleh Peneliti dari berbagai universitas ternama di Indonesia. Baru-baru ini ada beberapa peneliti dari Universitas IPB dan Universitas Andalas yang meneliti soal kualitas madu yang dihasilkan di daerah Siantar.

Penjelasan lain yang disampaikan Bapak Aam Hasanuddin adalah Indonesiamempunyai kurang lebih 100 jenis lebah yang di budidayakan dan hasil madu yang dihasilkan juga berbeda-beda. Lebah ada yang menyengat dan ada juga yang tidak menyengat. Lebah yang tidak menyengat dengan jenis trigona. Lebah di budidayakan masyarakat Dairi adalah lebah jenis daldal. Memelihara lebah daldal sangat menguntungkan bagi peternaknya dimana lebah jenis ini lebih banyak menghasilkan madu. Adapun kelemahan dari lebah ini adalah tidak tahan dengan hama pengganggu seperti kecoa, semut, cicak, tawon besar (uiluil). Lebah tidak berkembang apabila lebah tidak membawa bipolen atau pada saat terbang di kakinya ada serbuk sari berwarna kuning yang selalu dibawa oleh lebah.

Pada kesempatan ini juga peserta di bawa oleh Bapak Aam Hasunuddin ke daerah Purba sari Jl. Medan- P. siantar untuk memindahkan lebah madu ke sarangnya. Lebah ini bersarang di dinding rumah sehingga kami harus melakukan pembongkaran terlebih dahulu, selanjutnya kami melakukan praktek pemindahan lebah ke sarang yang disediakan. Peserta di pandu oleh Pak. Rohman untuk melakukannya secara langsung. Sebagian peserta pun memberanikan diri untuk melakukan pemindahan dimana dalam pemindahan ini tanpa pmenggunakan alat pelindung diri (APD). Kegiatan ini berlangsung dalam sehari Pada hari Rabu, tanggal 22 Februari 2023 diikuti oleh 12 petani kopi integrasi dengan lebah. Pada orientasi ini petani mendapatkan pengetahuan baru, bahkan mereka sangat antusias untuk bisa mengaplikasikan hal baru di lahan Petani Dampingan Yayasan Petrasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *