Bangga Beli Pupuk Kimia dan Pestisida Kimia

2 Hari bersama Bapak Ir. John Albertson Sinaga melakukan Pelatihan hama dan penyakit tanaman Padi serta Penanganannya bersama Yayasan Petrasa Sidikalang. Kegiatan ini berlangsung di Kantor Petrasa pada Selasa (23/5) dengan puluhan Petani Organik Padi yang telah di dampingi oleh Divisi Pertanian Dan Peternakan Petrasa.

Pelatihan ini berlangsung dengan penuh Semangat karena diawali dengan cara yang tepat dalam penanganan hama dan penyakit tanaman Padi yang disampaikan oleh Narasumber yang sejak Bapak. Prof. Bungaran Saragih sebagai Menteri Pertanian Republik Indonesia Tahun 2022 memberikan kepercayaan penuh kepadanya sebagai Penyuluh Dari Dinas Propinsi Sumatera Utara untuk mengembangkan Pertanian Organik di Sumut.

Bangga membeli Pupuk kimia Dan Pestisida Kimia bagi Petani adalah kurang tepat karena Hal itu membuat Petani semakin sengsara dalam memenuhi sarana produksi padahal hasil yang di dapatkan tidak akan sebanding dengan harga produk yang di hasilkan oleh Petani tersebut.

Efendi Situmorang salah satu Petani Padi Dampingan Petrasa yang telah sejak Tahun 2017 memilih untuk meninggalkan Pupuk kimia dan Pestisida Kimia. Pada saat itu beralih menjadi Petani Organik dengan memulai penanaman Padi dengan sepetak lahan. Penanaman berikutnya Beliau menanam kembali dengan menambah lahan menjadi 2 petak karena merasakan hasil yang di dapatkan lebih bagus Dari hasil sebelumnya.

Penanganan hama Dan Penyakit dilakukan peserta di lahan Efendi Situmorang di Desa Hutaimbaru, Kecamatan Siempat Nemput pada Rabu (24/5). Kunjungan lahan ini memudahkan peserta untuk mengenal hama pengganggu tanaman Padi. Peserta mendapatkan beberapa metode baru dalam menangani Padi yang mengalami masalah. Kesempatan bagi Petani Padi untuk menanyakan banyak hal terhadap kondisi Padi Organik yang mereka tanam di lahan yang berbeda.

Para peserta sangat senang dengan Ir. John A. Sinaga yang sangat Ramah memberikan solusi yang dialami mereka. Pak Sinaga menambahkan bahwa mencegah itu lebih baik dari mengobati dimana ketika Padi Petani itu sudah terluka maka penyakit akan datang silih berganti, jadi, yang kita butuhkan adalah rutinitas kita melakukan perawatan terhadap mahkluk hidup yang kita pelihara termasuk Padi tersebut.

Penyemprotan eco enzym, PSB ( Bakteri Fotosintesis ), Asam Amino, Zat pengatur tumbuh (ZPT), Pestisida Nabati secara rutin maka penyakit itu akan di tekan dan pertumbuhan tanaman pun akan baik-baik saja. Petani perlu memikirkan untuk meluangkan waktu mengeluarkan tenaga untuk mengumpulkan bahan yang tersedia di alam sekitar agar nutrisi itu bisa dijadikan menjadi Pupuk Dan pestida Nabati yang tidak merusak lingkungan.

Budidaya Padi secara Organik akan menghasilkan produk sehat bagi produsen dan konsumen dan menjadikan Bumi lestari serta berkesinambungan bagi generasi berikutnya.. Mari kita hidup lestari Dan memberikan berkat kepada Orang lain..!!!

Aliansi Petani Untuk Keadilan Dairi Sampaikan Keluhan ke DPRD dan Pemkab

Aliansi Petani Untuk Keadilan (APUK) Kabupaten Dairi melakukan audiensi dengan anggota DPRD Dairi untuk menyampaikan beberapa keluhan yang dihadapi para petani. Audiensi dilaksankan di ruang rapat komisi DPRD Dairi Jalan Sisingamangaraja Sidikalang, Senin (17/4/2023).

Dalam pertemuan itu, rombongan dari APUK diterima oleh anggota DPRD, Halvensius Tondang dari PDIP, Nasib Sihombing dari Partai Nasdem dan Alfriyansah Ujung dari PKB serta OPD terkait Pemkab Dairi.

Beberapa keluhan yang disampikan oleh APUK dalam audiensi itu antara lain :

1. Sulitnya petani untuk mendapatkan akses kebutuhan pertanian dan kebutuhan hidup.

2. Sulitnya petani mendapatkan pupuk.

3. Mahalnya bibit Pertanian.

4. Pelayanan kesehatan yang buruk.

5. Buruknya infrastruktur jalan di beberapa kecamatan menuju kabupaten.

6. Adanya klaim hutan lindung secara sepihak oleh Dinas Kehutanan.

7. Bantuan sosial yang tidak merata menjadi ancaman yang menakutkan bagi petani di desa-desa.

8. Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada petani, kehadiran perusahaan-perusahaan seperti PT. DPM dan PT. Gruti di Dairi menciptakan konflik agraria dan akan merampas tanah pertanian.

9. Semangkin sempitnya lahan pertanian, sehingga akan mempertajam konflik, baik secara horizontal maupun vertikal.

Boy Hutagalung selaku Staf Advokasi pendamping APUK mengatakan, bahwa audensi yang dilakukan bertujuan agar baik eksekutif maupun legislatif dapat menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat terkhusus petani, hingga menemukan solusi pemecahan masalah.

“Dari masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, kami ingin ada pemecahan solusi dari pihak eksekutif dan legislatif,” ujar

Menurutnya lagi saat ini Kabupaten Dairi sedang tidak baik-baik saja. Dimana hak-hak petani tidak tersampaikan oleh pemerintah.

“Identitas petani saat sedang terancam, karena tanah petani yang telah dikelola dan dikuasai selama ratusan tahun di klaim menjadi kawasan hutan,” sebutnya.

Termasuk tanah pertanian mereka terancam dengan datangnya perusahaan besar di Dairi oleh pemerintah.

Untuk itu kami ingin melihat bagaimana sikap pemerintah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat petani, khususnya maslah air yang akan digunakan PT. DPM (Dairi Prima Minimal) yang merupakan sumber air bagi masyarakat di Parongil,” terangnya.

Dirinya sangat mengapresiasi atas hadirnya beberapa instansi dan DPRD yang telah hadir dalam audensi yang dilaksankan.

“Kami masih menunggu janji manis dari Pemkab Dairi dan DPRD, agar semua keluhan masyarakat dapat terwujud dan terealisasi dalam tahun ini,” tandasnya.

Selanjutnya Ketua APUK Dairi, Susandi Panjaitan menyebutkan, dalam audensi tadi sudah menemui titik terang dari sembilan lembaga yang diundang. Mereka juga sudah menjawab dengan baik dari sembilan pertanyaan yang diberikan.

“Kami masih menunggu realisasinya dan tindak lanjut, dan kami berharap jangan hanya janji-jandi saja yang selama ini kami dapat,” ungkapnya.

Sementara itu, menurut salah seorang warga, ibu Tioman Mangunsong menuturkan, terkait infrastruktur Jalan Sidikalang-Parongil yang rusak parah juga menjadi bagian dari perhatian APUK. Masyarakat selama ini merasakan betapa hancurnya jalan tersebut, sehingga mengganggu kegiatan ekonomi.

Namun, dalam audensi dengan pemerintah tadi, bahwa tahun ini perbaikan jalan tersebut telah dianggarkan dari APBD Pemkab Dairi dengan dana sekitar 18 Miliar.

Padahal dari isu yang berkembang selama ini, bahwasannya jalan Sidikalang-Parongil perbaikannya akan di danai oleh PT. DPM. Untung saja di danai Pemkab Dairi.

“Kalau saja perbaikannya di danai pihak PT. DPM, kami khawatir akses masyarakat terhadap jalan tersebut akan terbatas atau bahkan terampas,” ujarnya.

Sebagai masyarakat Parongil, dirinya tidak mau hak-hak masyarakat terampas hanya karena kepentingan PT. DPM yang tidak memberikan manfaat kepada masyarakat. Tapi justru berpotensi merampas ruang hidup dan hak-hak sosial masyarakat.

“Kehadiran PT. DPM berpotensi merampas ruang hidup dan hak-hak sosial kami sebagai masyarakat petani,” ungkap Tioman.

Medanbisnisdaily.com-Dairi.

APUK BERAUDIENSI DIKANTOR DPRD KAB. DAIRI, “KECEWA KARENA HANYA DIBERIKAN SETENGAH JAM UNTUK MENYUARAKAN ASPIRASI”

Aliansi Petani Untuk Keadilan Dairi atau di kenal juga dengan APUK Dairi merupakan aliansi dari 15 organisasi rakyat (OR) dengan jumlah anggota sekitar 7.000 KK yang terbentuk karena kekhawtiran bersama, dimana hak-hak petani belum terpenuhi oleh pemerintah secara adil dan merata. APUK Dairi ini seyogianya telah terbentuk pada 6 September 2022 yang lalu yang dihadiri oleh beberapa perwakilan organisasi petani yang ada di Kab. Dairi. Pada 1 November 2022 APUK DAIRI juga telah melakukan aksi demonstrasi pertama kali di depan kantor DPRD Dairi dan di depan kantor Bupati.

Kekhawatiran tersebut diawali dengan semakin sulitnya petani untuk mendapatkan haknya, akses terhadap kebutuhan pertanian dan kebutuhan hidupnya, kesulitan pupuk, mahalnya harga bibit tanaman, pelayanan kesehatan yang buruk, buruknya infrastruktur, klaim hutan lindung secara sepihak oleh pemerintah dan bantuan sosial yang tidak merata menjadi ancaman yang menakutkan bagi petani di desa-desa di kabupaten Dairi. Informasi dari pemerintah tentang penguasaan tanah dimana di beberapa kecamatan saat ini ada perusahaan besar hadir yang pastinya membutuhkan tanah yang luas. Petani khawatir dengan kehadiran perusahaan-perusahaan yang membutuhkan ribuan hektar tanah akan menjadi ancaman bagi penguasaan dan pengelolaan tanah pertanian oleh petani di desa. Hal ini juga dipandang petani menjadi ancaman nyata akan terjadinya perampasan tanah pertanian, semakin sempitnya lahan pertanian dimana akan mempertajam konflik baik secara horizontal maupun secara vertical. Keadaan ini yang akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya APUK agar terwujudnya petani Dairi yang berdaulat.

(6/4/2023) Hari ini pengurus APUK diterima beraudiensi di Kantor DPRD Kab. Dairi. Pada surat permohonan audiensi APUK tertanggal 27 Maret 2023, APUK meminta kepada DPRD Kab. Dairi agar bersedia mengundang eksekutif (Pemerintah Kab. Dairi) di audiensi yang akan dilakukan pada tanggal 4 April 2023. Namun DPRD Kab. Dairi meminta agar audiensi dilakukan pada 6 April 2023. Harapannya dalam audiensi tersebut, APUK Dairi dapat langsung menyampaikan pokok persoalan dan aspirasinya dengan tujuan pemerintah kab. Dairi baik eksekutif dan legislatif dapat menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Dairi terkhusus petani hingga menemukan solusi dalam pemecahan masalah tersebut.

Pertemuan kali ini mengecewakan APUK karena tidak satu pun dinas atau pejabat terkait (Pemkab Dairi) hadir pada audiensi tersebut, pun APUK hanya diberikan waktu setengah jam untuk menyampaikan aspirasinya. Hal ini dianggap mencoreng demokorasi di Dairi, karena rakyat datang kerumah sendiri namun harus dibatasi oleh waktu.

Perwakilan pengurus APUK yang hadir sempat menyampaikan pokok-pokok permasalah yang saat ini dihadapi oleh masyarakat terkhusus petani saat ini namun pertemuan harus disudahi karena DPRD Kab. Dairi memiliki urusan lain walau sebelumnya DPRD Kab. Dairi yang menentukan hari audiensinya. DPRD Kab. Dairi berjanji akan mengundang kembali kesembilan Dinas atau pemangku jabatan untuk beraudiensi dengan APUK Dairi pada tanggal 17 April 2023.

Warga Dairi Menggugat KLHK

Dalam ambang ancaman bencana, warga Dairi terus berjuang mempertahankan ruang hidup mereka. Keselamatan diri dan ketersediaan ruang hidup perlu mereka perjuangkan dari ancaman tambang yang sudah di depan mata.

Dengan keluarnya persetujuan lingkungan PT DPM, KLHK abai dengan kehidupan masyarakat yang hidup dan akan terdampak akan pembangunan tambang di Dairi.Mari ikut mendukung dan bersolidaritas dengan warga Dairi mempertahankan ruang hidup mereka dari ancaman tambang.Untuk bantu warga Dairi berjuang mari klik link ini dan tandatangani petisi #tolakdpm#tambangbukansolusi#ladangrakyatbukantambangdpm#dairirawanbencana#cabutpersetujuanlingkungan

Mereka menyebut kami ring 1

Film dokumenter ‘’mereka menyebut kami ring 1’’ yang berdurasi 13 menit, 16 detik mengangkat hasil valuasi ekonomi Desa Bongkaras dengan angka yang fantastis hinga mencapai 13 milyar per tahun dan kekhawatiran mereka atas keterancamanan kehidupan ketika perusahaan hadir dan menamai Desa Bongkaras dan Longkotan Ring 1 tanpa sepengetahuan mereka.

Dalam dokumenter ini juga bercerita tentang Desa Longkotan yang mana aktivitas pertambangan sangat dekat dengan pemukiman dan perladangan mereka, Aktivitas yang dimaksud adalah pembangunan Bendungan limbah yang hanya berjarak 20 m dari rumahnya sehingga mengakibatkan kebisingan, rumah retak-retak, intimidasi dari pihak perusahaan, kepolisian dan pemerintah lokal, jalan menuju ke ladang jadi terganggu tak hanya itu konflik horizontal juga dirasakan karena kehadiran Perusahaan tersebut.

Selain pembangunan tempat bendungan limbah pembangunan gudang bahan peledak dan pembangunan mulut terowongan juga mengancam ruang hidup dan keselamatan warga. Gudang bahan peledak dibangun dekat dengan pemukiman yang hanya berjarak 50,64 m juga dekat dengan perladangan warga.Bagaimana Warga Desa Bongkaras dan Longkotan berjuang untuk mempertahankan ruang hidupnya? nantikan selengkapnya di documenter “Mereka menyebut kami Ring 1” dengan melakukan pendaftaran terlebih dahulu pada link di bawah ini :#TolakDPM#Dairirawanbencana#ladangrakyatbukantambang#tolakperusaklingkungan

“Tangiang Gabe Naniula”

Tanah dan pertanian adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari masyararat Desa Sileuh-leuh Parsaoran. Dimana sekitar 86% masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran bekerja pada sektor pertanian. Sebagai sumber pendapat keluarga, biasayanya mereka (petani) membuat kalender panen harian, mingguan, bulanan hingga tahunan, dengan demikian kebutuhan keluarga bisa tercukupi. Rantai ekonomi juga sudah sangat baik dibangun didesa ini, petani bisa langsung menjual hasil pertaniannya ke pengumpul-toke didesa mereka atau langsung kepasar tradisional bahkan ada yang sudah menjual keluar negeri.

Tidak dapat dipungkiri, pertanian sudah membawa Sileuh-leuh Parsaoran kepada hadumaon (kecukupan, kemakmuran). Pencapaian tersebut sepatutnya disyukuri dan menjadi cikal bakal dilaksanakannnya Tangiang Gabe Naniula. Sebenarnya sejak tahuan 1930an hingga tahun 2000an, masyarakat masih konsiten melestarikan budaya ini, namun belakangan ini kearifan lokal tersebut terkikis akibat kehadiran refolusi hijau. Maka melalui inisiasi beberapa penatuah, tangiang gabe naniula dilakukan kembali dan harapannya dapat dilestarikan.

Tangiang gabe naniula adalah salah satu budaya habatahon atau kearifan lokal yang bertujuan untuk mendoakan petani-pertanian agar lebih baik, jauh dari hama, jauh dari penggangu dan merupakan doa syukur atas berkat yang diterima dari hasil pertanian. Tangiang gabe naniula juga menerapkan prinsip bergotong-royong (marsiruppa), dimana semua kegiatan dilakukan bersama. Budaya tangiang gabe naniula, dipercaya membawa berkat bagi petani yaitu Sinur na pinahan, gabe naiula, horas na mangaluhon. Filosofi ini juga erat kaitannya dengan pertanian yang selaras dengan alam. Didesa Sileuh-leuh Parsaoran, pertanian bukan semata pekerjaan namun sebagai identitas yang mempengaruhi peradaban mereka.

Selain mendoakan pertanian, kepercayaan masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran melalui tangiang gabe naniula, masyarakat yang ikut serta pada acara ini saling mendoakan agar kesatuan diantara masyarakat dalam menjaga lingkungan seperti tidak merusak tombak Sitapigagan, tidak merusak air dan menghargai binatang-binatang yang hidup di tombak Sitapigagan tetap terjaga, sebab pertanian mereka akan terganggu apabila Tombak Sitapigagan dirusak.

Manusia tidak akan bisa hidup tanpa alam, tetapi Alam akan baik-baik saja bahkan tanpa manusia.

Orientasi Petani Integrasi Kopi dan Lebah untuk Ketahanan Iklim ke Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan bolon

Kegiatan orientasi integrasi kopi dengan beternak lebah pada lahan kopi untuk ketahanan iklim bersama dengan petani dampingan PETRASA, berada di Desa Sibaganding kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Peserta dari berbagai kecamatan kabupaten Dairi yang tergabung dalam petani budidaya lebah madu. Petani yang sangat peduli dengan kondisi lingkungan adalah petani yang mampu melestarikan alam sekitar. Hal ini yang mendorong Petrasa untuk membawa petani memperdalam pengetahuannya ke daerah Sibaganding dengan bertemu anggota dan pengurus kelompok HKM Lestari.

Pagi dengan terik sinar matahari pagi, kami langsung berangkat ke lahan Bapak A. Manik yang di pandu oleh Bapak Benson Marbun ke lokasi pemeliharaan madu. Untuk menjangkau lokasi kami harus berganti mobil yang di fasilitasi oleh ketua HKM Lestari. Tiba di lokasi langsung berdiskusi dengan A. Manik dengan memperkenalkan lebah yang mereka budidayakan disana. Sebelum memperpanjang penyampaian informasi dari A. Manik. Setiap peserta melakukan pengamatan dulu terhadap lokasi budidaya lebah madu tersebut. Dari hasil pengamatan di lokasi, Peserta mengamati bahwa di dalam lokasi budidaya lebah ini membudidayakan tanaman kopi, tanaman andaliman, tanaman durian yang di tanam dalam satu lahan.

Dilanjutkan dengan penyampaian materi dari Bapak Benson Marbun dan A. Manik terkait budidaya lebah yang mereka geluti disana. Pak Benson Marbun sebagai ketua kelompok menyampaikan bahwa kelompok yang mereka bangun adalah kelompok binaan dari Dinas Kehutanan Pematang Siantar. Kelompok ini sudah di fasilitasi dengan berbagai pengetahuan tentang budidaya lebah madu. Dalam budidaya madu yang di terapkan adalah dengan memamfaatkan alam sekitar, peternak belum menanam produk yang menjadi makanan lebah. Kelompok HKM beranggapan lebah yang mereka pelihara cukup dengan tanaman pendukung yang ada di hutan tersebut. Dari penjelasan mengenai hasil yang di dapatkan mereka masih minim dimana peserta menanyakan berapa banyak hasil panen pertahun atau hasil madu ketika di lakukan pemanenan. A. Manik sebagai peternak lebahmenjelaskan bahwa madu yang mereka pelihara masih alami dan hasilnya masih minim dimana sekali panen yang didapatkan itu sekitar satu cangkir atau kitaran 250-300 ml per sarang.

Mendengar hasil panen yang mereka dapatkan membuat peserta saling bertatapan, karena menurut peserta, hasil panen mereka sangat minim di bandingkan dengan hasil panen dari setiap peserta. Dari pemahaman yang disampaikan oleh narasumber bahwa lebah di daerah Sidikalang kabupaten Dairi mempunyai stok makanan yang cukup sehingga madu yang dihasilkan lebih banyak dari yang mereka hasilkan. Di lokasi ini juga di lakukan praktek pembuatan stup/glodokan untuk memancing lebah yang masih liar dan setelah berisi akan dipindahkan ke sarang yang baru. Pembelajaran yang didapatkan oleh peserta adalah, stup/glodokan yang di gunakan dari bahan kelapa. Bahan kelapa ini sangat harum bagi si Lebah sehingga memudahkan lebah untuk nyaman dan bersarang disana. Kegiatan ini ditutup dengan satu pertanyaan menggugah dari peserta yang menanyakan pemasaran madu yang meraka hasilkan. Pak. Marbun sebagai ketua HKM Lestari memberikan jawaban terkait pemasaran melalui pasar online dan hingga saat ini stok masih kurang dibandingkan dengan permintaan pelanggan. Untuk menutup orientasi lahan ini dilanjutkan foto bersama di lahan integrasi kopi dan lebah dan berpisah dari A. Manik.

Melanjutkan perjalanan ke daerah lain dengan mengunjungi peternak lainnya, orientasi berlanjut ke lokasi peternakan lebah Flora Nauli berada di Pematang Siantar. Madu yang diproduksi ada 2 jenis madu trigona dan madu lebah lokal disebut Apis cerana. Mareka juga memproduksi bahan baku dalam pembuatan propolis yaitu dari sarang trigona. Jenis Lebah trigona yang di budidayakan oleh Flora Nauli adalah Madu Heterotrigona Itama dengan ratusan sarang yang sudah berisi. Adapun narasumber yang kami temui di lokasi ini adalah Bapak Aam Hasanuddin dijuluki sebagai guru besar budidaya lebah di daerah Sumatera Utara dan Bapak Rohman sebagai staf. Kedua Narasumber ini menyampaikan bahwa Flora Nauli banyak di kunjungi oleh Peneliti dari berbagai universitas ternama di Indonesia. Baru-baru ini ada beberapa peneliti dari Universitas IPB dan Universitas Andalas yang meneliti soal kualitas madu yang dihasilkan di daerah Siantar.

Penjelasan lain yang disampaikan Bapak Aam Hasanuddin adalah Indonesiamempunyai kurang lebih 100 jenis lebah yang di budidayakan dan hasil madu yang dihasilkan juga berbeda-beda. Lebah ada yang menyengat dan ada juga yang tidak menyengat. Lebah yang tidak menyengat dengan jenis trigona. Lebah di budidayakan masyarakat Dairi adalah lebah jenis daldal. Memelihara lebah daldal sangat menguntungkan bagi peternaknya dimana lebah jenis ini lebih banyak menghasilkan madu. Adapun kelemahan dari lebah ini adalah tidak tahan dengan hama pengganggu seperti kecoa, semut, cicak, tawon besar (uiluil). Lebah tidak berkembang apabila lebah tidak membawa bipolen atau pada saat terbang di kakinya ada serbuk sari berwarna kuning yang selalu dibawa oleh lebah.

Pada kesempatan ini juga peserta di bawa oleh Bapak Aam Hasunuddin ke daerah Purba sari Jl. Medan- P. siantar untuk memindahkan lebah madu ke sarangnya. Lebah ini bersarang di dinding rumah sehingga kami harus melakukan pembongkaran terlebih dahulu, selanjutnya kami melakukan praktek pemindahan lebah ke sarang yang disediakan. Peserta di pandu oleh Pak. Rohman untuk melakukannya secara langsung. Sebagian peserta pun memberanikan diri untuk melakukan pemindahan dimana dalam pemindahan ini tanpa pmenggunakan alat pelindung diri (APD). Kegiatan ini berlangsung dalam sehari Pada hari Rabu, tanggal 22 Februari 2023 diikuti oleh 12 petani kopi integrasi dengan lebah. Pada orientasi ini petani mendapatkan pengetahuan baru, bahkan mereka sangat antusias untuk bisa mengaplikasikan hal baru di lahan Petani Dampingan Yayasan Petrasa.

PASAR PRODUK ORGANIK DUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

Petrasa mendukung pemasaran dengan pelatihan dan mengumpulkan produsen dan konsumen. Kegiatan ini bertujuan untuk meyakinkan Konsumen dengan prodak yang di jual oleh kios Pangula sebagai salah satu alat untuk menyampaikan produk tersebut sampai ditangan konsumen. Divisi Pemasaran Petrasa melalui kios pangula membuat rantai pasar itu menjadi sederhana, dimana konsumen langsung mendukung petani dengan harga yang tinggi dan dinikmati langsung oleh petani organik.

Kios pangula juga membuat Group di WhatsApp untuk memudah kan konsumen langsung memilih sayur mayur apa saja yang tersedia di group Kios pangula,maka itu para konsumen baru yang ikut gabung akan di masukan ke group Kios Pangula. Juga, sistem Pemasaran ini sangat unik dimana seluruh media yang dilakukan adalah konsumen akan bercerita kepada masyarakat banyak melalui mulut ke mulut dan model kampanye seoerti ini otomatis akan menambah konsumen. Dengan bertatap muka dan kunjungan lokasi petani akan menambah kepercayaan konsumen dengan produk yang selama ini di beli dan di konsumsi.

Tidak terasa,Pemasaran produk organik Petrasa Kios Pangula sudah berjalan 5 Tahun sejak dimulai 2017. Oleh karna itu petani sebagai produsen memiliki kesadaran untuk menghasilkan pangan yang sehat. Komitmen dalam menjaga kualitas produk merupakan tanggung jawab petani sebagai penghasil pangan. Sebaliknya konsumen juga menyadari dan mengapresiasi upaya produsen dalam mengahasilkan pangan yang sehat untuk keluarga. Hal itu lah yang sampai sekarang menjadi semangat petani organik dampingan petrasa dalam menghasilkan produk organik sehingga kepercayaan yang di berikan konsumen tetap terjaga.

Setiap penjemputan di hari selasa Divisi pemasaran atau staff pemasaran langsung turun ke lahan beberapa produsen yang ada di kentara atau di Pispis untuk melihat produk apa saja yang ter sedia untuk hari rabu dan melihat juga produk apa saja yang tersedia untuk penjualan minggu depan. Produk yang tersedia akan kita timbang sesuai dengan berat 1 produk dan staf pemasaran akan membayar produk itu sesuai dengan harga yang sudah di tentukan.

Dihari rabu pagi, staff pemasaran menshare produk di group whatsApp KIOS PANGULA agar Konsumen memesan produk yang tersedia di group dan ketika konsumen memilih pesanan mereka,staff pemasaran akan memulai mempacking pruduk yang sudah dipesan. Ketika produk sudah di packing maka staff pemasaran langsung mendelivery prodak ke tempat konsumen yang sudah memesan prodak.

Divisi pemasaran mengadakan penjualan setiap “Rabu-Jumat” ke setiap pemesanan konsumen. Produk yang kita jual setiap hari rabu dan jumat salah satu langkah yang baik dari konsumen dan produsen. Konsumen yang membeli produk organic kita berarti mendukung kita untuk semakin mengembangkan pertanian organic yang dimana pertanian organic salah satu langkah dalam mitigasi perubahan iklim.

Konsep pertanian organic yang dilakukan Petrasa berfokus pada pemanfaatan pupuk organic dan limbah yang ada di sekitar kita dan tidak adanya penggunaan pupuk kimia yang mana penggunaan pupuk kimia salah satu factor penyebab perubahan iklim.

Dalam mengembangkan pasar produk organic semua elemen harusnya terlibat dalam hal itu baik itu pemerintah,masyarakat luas dan semua komunitas demi menjaga atau mengatasi perubahan iklim.

Beli Produk Organic Berarti Anda Ikut Serta Dalam Mitigasi Perubahan Iklim…!!!!

MASYARAKAT MENDESAK PEMERINTAH MENCABUT IZIN PERUSAHAAN PERUSAK LINGKUNGAN DI KAWASAN DANAU TOBA

Balige, 25 Februari 2023. Sebuah spanduk bertuliskan “Selamat Datang di Danau Toba, Danau Indah Penuh Masalah Kerusakan Lingkungan” terbang ditas Danau Toba. Spanduk tersebut diterbangkan oleh sejumlah aktivis Sumatera Utara. Lewat aksi tersebut, mereka menyampaikan pesan kepada peserta F1H20 di Balige, dibalik perhelatan F1 tersebut, banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat di kawasan Danau Toba, akibat kehadiran beberapa industri seperti PT Dairi Prima Mineral (DPM), PT Toba Pulp Lestari (TPL) dan PT Gruti, yang melakukan perampasan ruang hidup masyarakat dan melakukan kerusakan lingkungan di kawasan Danau Toba.

Saat yang bersamaan, puluhan perempuan pedesaan korban PT DPM, PT TPL, dan PT Gruti, juga melakukan aksi bentang hand banner di pusat kota Balige bertuliskan, “Tutup TPL, Cabut Ijin Lingkungan PT DPM, Usir PT Gruti” dan beberapa tuntutan lainya. Lewat aksi tersebut para perempuan korban Tambang di Dairi, korban PT TPL di Toba, dan PT Gruti, berharap supaya Pemerintah segera mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang telah merapas ruang hidup masyarakat.

Kehadiran tiga perusahaan besar seperti PT TPL, PT DPM, PT Gruti, di Kawasan Danau Toba, telah merenggut hak hak masyarakat di kawasa Danau Toba. Penebangan Hutan secara massif yang dilakukan oleh Perusahaan tersebut, telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang berdampak pada masyarakat megalami kesulitan ketika bertani. Para petani seringkali mengalami gagal panen akibat cuaca yang buruk.

Seperti yang dialami oleh masyrakat Dairi, kehadiran PT DPM, tidak pernah melibatkan partisipasi masyarakat sejak awal. Padahal wilayah tersebut merupakan kawasan penting untuk pertanian, areal pangan, sumber air, bagi masyarakat. Dampak lain akibat kehadiran PT DPM ialah, terdapat sumber air di 7 (tujuh) desa dan 1 (satu) kelurahan juga berpotensi akan hilang ke depan sesuai hasil kajian pasokan air dan Investigasi Lae Puccu. Lae Puccu adalah sumber utama PDAM di kecamatan Silima Pungga-pungga, Kab. Dairi yang menghidupi 7000 jiwa pelanggan di tujuh desa dan satu kelurahan tersebut.

PT. Dairi Prima Mineral (DPM) merupakan perusahaan eksplorasi biji seng dan timah hitam di wilayah pegunungan Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam dengan metode penambangan bawah tanah. Setelah mengalami beberapa kali perubahan dan penyesuain teknis-administrasi, pada 2018, Kementerian EDSM RI mengeluarkan Keputusan No.KK.272.KK/30/DJB/2018 yang memperpanjang izin operasi produksi PT DPM di wilayah seluas 24.636 dan berlaku 2018 hingga 2047. Pusat proyek ini berada di dusun Sopo Komil, Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara.

Saat ini PT DPM, sudah selesai membangun fasilitas Gudang handak tanpa persetujuan izin lingkungan dan hanya berjarak 50,64 meter dari areal pangan dan pemukiman warga di dusun sipat, desa Longkotan. Langkah PT DPM tersebut tentu bisa berdampak pada kerusakan lingkungan serius. Hal ini diperkuat oleh kajian yang dilakukan oleh ahli Ombusman -Bank Dunia dunia melalui mekanisme pengaduan ke CAO (Compliance advisor Ombusman) yang sudah mengeluarkan laporan pada bulan Juli tahun 2022 lalu, yang menyatakan bahwa aktivitas PT DPM di Dairi Beresiko Ekstrim.

Sebagaimana yang dialami oleh masyarakat Dairi, masyarakat di Kawasan Danau Toba sudah duluan merasakan dampak akibat kehadiran PT TPL. Perusahaan milik Sukanto Tanoto ini, awalnya mendapatkan izin konsesi dari Negara seluas 269.060 berdasarkan SK No.493 KPTS-II/Tahun 1992. Setelah mengalami delapan kali revisi, yang terkahir SK 307/Menlhk/Setjen/HPL.0/7/2020 menjadi 167.912 hektar. Pada umumnya, di wilayah konsesi tersebut bersinggungan dengan wilayah masyarakat adat. Klaim negara di wilayah adat dan pemberian izin konsesi kepada PT TPL menjadi akar konflik agraria yang berkepanjangan dan tidak terselesaikan hingga saat ini.

Akibat perampasan wilayah adat yang dilakukan oleh PT TPL telah menimbulkan banyak dampak terhadap masyarakat baik dampak ekonomi, sosial, budaya, dan ekologi. Sebelum kehadiran PT TPL, masyarakat di kawasan Danau Toba hidup dari hasil hutan, berladang, beternak dan bersawah. Namun saat ini, sumber mata pencaharian masyarakat adat di wilayah konsesi terus mengalami penurunan.

Keberadaan konsesi PT TPL di hulu Danau Toba, juga berdampak pada banyak nya Daerah Aliran Sungai (DAS) ke Danau Toba tidak berfungsi seperti dulu lagi. Seperti diketahui salah satu sumber air Danau Toba yakni Aek Mare yang berasal dari Nagasaribu, Natinggir, dan Natumingka saat ini telah mengalami kerusakan yang parah. Banyak nya anak sungai yang tertimbun akibat pembukaan lahan untuk penanaman eucalyptus menyabkan debit Aek Mare berkurang ke Danau Toba.

Perhelatan F1 Boat Race atau F1H20 di Danau Toba, 24-25 Februari 2023 ini, termotivasi dari kesuksesan penyelenggaraan MotoGP Mandalika tahun 2022 lalu. Alasan ekonomi yang dihadirkan acara MotoGP 2022 itu memacu pemerintah untuk mengadakan F1 Boat Race atau F1H20 di Danau Toba. Namun dibalik promosi Pemerintah terhadap Danau Toba untuk menjadi salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas, terdapat masalah yang sangat serius dialami oleh masyaraat di Kawasan Danau Toba, akibat kehadiran industri seperti PT TPL, PT DPM dan PT Gruti.

Beternak Lebah Untuk Ketahanan Iklim

Penggunaan pestisida kimia menjadi alasan mengapa jumlah lebah sangat jauh berkurang. sistem pertanian masa sekarang sudah sangat bergantung ke bahan bahan kimia, belum lagi sistem pertanian dengan hadirnya food estate atau sistem pertanian di masyarakat yang kebanyakan masih menggunakan sistem pertanian monokultur. Sementara kita tahu bahwa peran lebah sangat dominan untuk proses produksi pertanian, tanpa lebah Albert Einstein Sendiri mengkalkulasikan manusia hanya mampu bertahan selama 4 tahun. Sangat mengkhawatirkan bukan? Kita harap semua manusia memperhatikan itu untuk keberlangsungan hidup manusia.

Perubahan iklim menjadi hal yang sangat berpengaruh ke dalam aspek pertanian, kesulitan petani di dalam memprediksi cuaca menjadi tantangan pada masa sekarang untuk menentukan kapan mereka harus melakukan penanaman, penyiangan, pemanenan dan lain -lain, belum lagi petani sekarang banyak mengalami kerugian dikarenakan gagal panen, itu disebabkan iklim yang ekstrem, dari hujan es, curah hujan yang tinggi, jenis hama yang semakin banyak dan kebijakan pemerintah yang cendrung masih belum memihak ke petani petani kecil di desa. Kesadaran petani terhadap pertanian ramah lingkungan atau selaras alam juga belum banyak yang melirik atau bahkan melakukan sangat minim, Sementara kita tahu bersama bahwa Pertanian Selaras Alam Adalah Pertanian Masa Depan indonesia bahkan dunia.

Yayasan PETRASA (Pengembangan Ekonomi Dan Teknologi Rakyat Selaras Alam) sudah banyak melakukan edukasi ke petani dan peternak dampingan bahwa pertanian selaras alam merupakan pertanian yang sangat dibutuhkan dan akan menjadi pertanian masa depan. Hal yang sudah dilakukan adalah Sekolah Lapang Iklim Lebah. Filosofi mengapa kita memilih berlebah sebagai pembelajaran petani adalah karna kita bersama bahwa resiko iklim setempat yang dihadapi petani adalah sehingga kita membuat adaptasi dan mitigasi bersama dengan petani.

Lebah merupakan mesin panen paling canggih di dunia, meski dengan kecanggihan teknologi mesin panen buatan manusia sangat membantu tetapi lebah merupakan mesin panen dengan perkembangbiakan sangat cepat. Selain itu proses penyerbukan (polinasi) tanaman membutuhkan peran lebah untuk terjadinya proses pembuahan dan produksi. Dengan berlebah mengajarkan petani bahwa hasil pertanian tidak hanya mengandalkan dari tanaman utama, melainkan petani harus pahami bahwa income (pendapatan) yang lain seperti budidaya lebah untuk menghasilkan madu sangat berdampak untuk ekonomi keluarga ini adalah satu hal Adaptasi petani untuk sumber mata pencaharian alternatif.

Hal menarik lainnya Sekolah Lapang Iklim ini mengajarkan petani dalam aksi Mitigasi untuk menanam pohon, misalnya kaliandra, alpukat, manggis, sirsak dan lain -lain dan otomatis dengan banyaknya pohon yang ditanami itu sudah membantu mengurangi emisi gas rumah kaca atau menyerap karbondioksida dengan baik, dan dengan sistem pertanian tersebut sudah memberikan pendidikan kepada petani, ini pertanian polikultur, pertanian yang tidak hanya mengandalkan satu jenis tanaman di satu lahan.

Dengan adanya sekolah lapang iklim lebah ini menjadikan petani banyak belajar di lahan mereka masing. Dari mereka menambah vegetasi tanaman, penetuan lokasi budidaya, pembuatan kotak lebah, jenis kayu apa yang lebih disukai lebah untuk bersarang, menentukan musim panen yang tepat di iklim sangat berpengaruh ke produksi madu yang akan di hasilkan. Yang menarik dari berlebah ini juga akan membuat peran dari Istri sangat menentukan keberhasilan dari suami yang bekerja sebagai pemanen, istri berkontribusi untuk melakukan pasca panen atau penyaringan serta penjualan madu lebah yang dipanen.

Dengan adanya kerjasama yang ini percaya atau tidak percaya akan membuat koloni lebah semakin banyak dan tidak akan meninggalkan koloni atau kawasan pertanian petani melainkan betah dan memperbanyak koloni di kawasan tersebut.

Salam Organik…..!!!