Beternak Lebah Untuk Ketahanan Iklim


Penggunaan pestisida kimia menjadi alasan mengapa jumlah lebah sangat jauh berkurang. sistem pertanian masa sekarang sudah sangat bergantung ke bahan bahan kimia, belum lagi sistem pertanian dengan hadirnya food estate atau sistem pertanian di masyarakat yang kebanyakan masih menggunakan sistem pertanian monokultur. Sementara kita tahu bahwa peran lebah sangat dominan untuk proses produksi pertanian, tanpa lebah Albert Einstein Sendiri mengkalkulasikan manusia hanya mampu bertahan selama 4 tahun. Sangat mengkhawatirkan bukan? Kita harap semua manusia memperhatikan itu untuk keberlangsungan hidup manusia.

Perubahan iklim menjadi hal yang sangat berpengaruh ke dalam aspek pertanian, kesulitan petani di dalam memprediksi cuaca menjadi tantangan pada masa sekarang untuk menentukan kapan mereka harus melakukan penanaman, penyiangan, pemanenan dan lain -lain, belum lagi petani sekarang banyak mengalami kerugian dikarenakan gagal panen, itu disebabkan iklim yang ekstrem, dari hujan es, curah hujan yang tinggi, jenis hama yang semakin banyak dan kebijakan pemerintah yang cendrung masih belum memihak ke petani petani kecil di desa. Kesadaran petani terhadap pertanian ramah lingkungan atau selaras alam juga belum banyak yang melirik atau bahkan melakukan sangat minim, Sementara kita tahu bersama bahwa Pertanian Selaras Alam Adalah Pertanian Masa Depan indonesia bahkan dunia.

Yayasan PETRASA (Pengembangan Ekonomi Dan Teknologi Rakyat Selaras Alam) sudah banyak melakukan edukasi ke petani dan peternak dampingan bahwa pertanian selaras alam merupakan pertanian yang sangat dibutuhkan dan akan menjadi pertanian masa depan. Hal yang sudah dilakukan adalah Sekolah Lapang Iklim Lebah. Filosofi mengapa kita memilih berlebah sebagai pembelajaran petani adalah karna kita bersama bahwa resiko iklim setempat yang dihadapi petani adalah sehingga kita membuat adaptasi dan mitigasi bersama dengan petani.

Lebah merupakan mesin panen paling canggih di dunia, meski dengan kecanggihan teknologi mesin panen buatan manusia sangat membantu tetapi lebah merupakan mesin panen dengan perkembangbiakan sangat cepat. Selain itu proses penyerbukan (polinasi) tanaman membutuhkan peran lebah untuk terjadinya proses pembuahan dan produksi. Dengan berlebah mengajarkan petani bahwa hasil pertanian tidak hanya mengandalkan dari tanaman utama, melainkan petani harus pahami bahwa income (pendapatan) yang lain seperti budidaya lebah untuk menghasilkan madu sangat berdampak untuk ekonomi keluarga ini adalah satu hal Adaptasi petani untuk sumber mata pencaharian alternatif.

Hal menarik lainnya Sekolah Lapang Iklim ini mengajarkan petani dalam aksi Mitigasi untuk menanam pohon, misalnya kaliandra, alpukat, manggis, sirsak dan lain -lain dan otomatis dengan banyaknya pohon yang ditanami itu sudah membantu mengurangi emisi gas rumah kaca atau menyerap karbondioksida dengan baik, dan dengan sistem pertanian tersebut sudah memberikan pendidikan kepada petani, ini pertanian polikultur, pertanian yang tidak hanya mengandalkan satu jenis tanaman di satu lahan.

Dengan adanya sekolah lapang iklim lebah ini menjadikan petani banyak belajar di lahan mereka masing. Dari mereka menambah vegetasi tanaman, penetuan lokasi budidaya, pembuatan kotak lebah, jenis kayu apa yang lebih disukai lebah untuk bersarang, menentukan musim panen yang tepat di iklim sangat berpengaruh ke produksi madu yang akan di hasilkan. Yang menarik dari berlebah ini juga akan membuat peran dari Istri sangat menentukan keberhasilan dari suami yang bekerja sebagai pemanen, istri berkontribusi untuk melakukan pasca panen atau penyaringan serta penjualan madu lebah yang dipanen.

Dengan adanya kerjasama yang ini percaya atau tidak percaya akan membuat koloni lebah semakin banyak dan tidak akan meninggalkan koloni atau kawasan pertanian petani melainkan betah dan memperbanyak koloni di kawasan tersebut.

Salam Organik…..!!!