Wabah Penyakit Ternak Babi Merebak di Dairi, Peternak Merugi

Sejak awal September 2019 lalu, ternak babi di Dairi terserang virus penyakit yang mematikan. Berdasarkan berita yang kami lansir dari Tagar.id, dari 15 kecamatan yang ada di Dairi, virus ini telah menjangkit ternak babi di 11 kecamatan. Jumlah ternak babi yang mati di Dairi saat ini pun sudah mencapai 700 ekor.

Untuk menyikapi kejadian ini, Yayasan Petrasa sejak awal September pun meningkatkan intensitas program vaksinasi ternak babi ke berbagai desa dampingan. Hal ini dilakukan sesuai dengan laporan dan keluhan peternak dampingan Petrasa. Mereka resah karena ternak babi mereka banyak yang terjangkit dan mati mendadak.

Program vaksinasi gencar dilakukan di Kecamatan Lae Parira, Kecamatan Siempat Nempu, Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kecamatan Sumbul, dan Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Staf Peternakan Petrasa tidak bekerja sendiri. Dengan bantuan tenaga dari para kader peternakan dampingan Petrasa, program vaksinasi ini dapat dilakukan.

Selain vaksinasi, Petrasa menganjurkan peternak untuk melakukan pencegahan alami (biosecurity) dengan cara menjaga kebersihan kandang dan membuat pengasapan di sekitar kandang.

Setidaknya ada 300 ekor ternak babi milik peternak dampingan Petrasa yang mati akibat penyakit ini. Para peternak merugi besar. Salah seorang peternak di Kecamatan Lae Parira mengaku telah kehilangan 12 ekor ternak babi akibat penyakit ini dalam waktu dua minggu.

Gejala yang terlihat pada babi yang terjangkit adalah lumpuh, nafsu makan berkurang, badan panas, memerah, dan keluar darah dari hidung. Beberapa waktu yang lalu, Dinas Pertanian melalui Bidang Peternakan memberikan keterangan bahwa jenis penyakit yang menyerang ternak babi tersebut adalah virus African Swife Fever (ASF). Virusnya kini semakin mewabah ke daerah-daerah lain di Sumatera Utara.

Menanggulangi hal ini, Dinas Pertanian Bidang Peternakan Kabupaten Dairi telah membuat unit bantuan yang mengumpulkan dan menguburkan bangkai ternak babi milik warga. Inisiatif ini lahir dari banyaknya ternak babi yang dibuang ke sungai dan ke jurang pinggir jalan oleh warga. Masyarakat terus dihimbau untuk tidak membuang bangkai babi sembarangan.

Sampai saat ini pun Petrasa terus membangun koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Dairi dan dokter hewan. Dibutuhkan kerjasama dari semua pihak untuk mengatasi masalah ini agar tidak semakin berkepanjangan. Kita semua berharap segera ada cara efektif untuk menghentikan wabah penyakit ini.

PESNAB MELINDUNGI TANAMAN DARI SERANGAN HAMA

Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA) merupakan induk dari 105 kelompok dampingan Petrasa. Sebagai organisasi induk, PPODA memiliki tanggung jawab untuk pemenuhan hak-hak anggota-anggotanya. PPODA sudah banyak melakukan kerja-kerja advokasi non litigasi untuk mendapatkan hak petani di Kabupaten Dairi yang merupakan kewajiban dari pemerintah. Sebagai sejata dalam mempersiapkan diri dalam melakukan kerja-kerja tersebut, pengurus PPODA juga dibekali dengan pelatihan-pelatihan pengembangan kapasitas.

Pelatihan Hukum dan HAM, Pengorganisasian, UU Desa No 6 Tahun 2014, Paralegal, dan masih banyak lagi. Melalui Lobby, Audiensi, pengajuan Proposal PPODA berhasil mengakses bantuan dari pemerintah. Ternak Babi dari Kementrian Pertanian dan Vaksin dan obat-obatan ternak dari Dinas Pertanian Dairi.

Selain itu, PPODA fokus dalam pertanian organik atau sering disebut pertanian selaras alam. Setiap minggunya mereka akan menghasilkan produk organik berupa sayuran, buahan, beras dan telur ayam organik. Beberapa petani organik menyampaikan kalau hasil pertanian mereka sudah dinikmati oleh masyarakat disekitar mereka. Konsumen akan memesan kebutuhan mereka atau langsung kelahan petani. 

Minggu lalu, tepat pada tanggal 19 September 2019 Pengurus PPODA membuat PESNAB (Pestisida Nabati). Pesnab terbuat dari bahan-bahan yang memiliki aroma atau rasa pedas, panas, pahit, getir. Pesnab merupakan ramuan obat alami untuk melindungi tanaman dari serangan hama. Bukan untuk menjamin matinya hama, tetapi pesnab bertujuan untuk mengusir hama.

Pesnab terbilang ramah terhadap lingkungan. Maka Sudah pasti mahluk-mahluk lain yang dibutuhkan oleh tanaman tidak ikut mati. Sebanyak 16 orang pengurus PPODA terlibat dalam pelatihan ini, membawa bahan mereka dari tempat tinggal masing-masing. Hal ini dianggap dapat meningkatkan semangat gotong royong maupun meningkatkan solidaritas pengurus. Narasumber pada kegiatan ini inang Rosmani Purba (Kelompok Membangun) petani organik dampingan Petrasa. Pesnab yang dihasilkan akan digunakan untuk konsumsi tanaman mereka. 

Melalui kegiatan ini, PPODA berharap masyarakat bisa ikut menjaga keberlangsungan lingkungan dan alam melalui pertanian organik. Baik pertanian Home Garden maupun pertanian dengan skala luas.

Salam organik…

(b0h)

AUDIENSI PPODA KE DINAS PERTANIAN KABUPATEN DAIRI

Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA) yang menjadi payung para petani organiK dampingan Petrasa pada Rabu, 7 Agustus 2019 kemarin audiensi ke Dinas Pertanian Kabupaten Dairi. Sebelas orang pengurus PPODA bersama dengan Divisi Advokasi Petrasa diterima langsung oleh Kepala Dinas Pertanian Kab. Dairi, Herlinda Tobing. Audiensi ini juga dihadiri oleh Kepala Bidang Peternakan, Kepala Bidang Distribusi Pupuk, Kepala Bidang Penyuluhan, dan Kepala Bidang Perkebunan.

Pertemuan kemarin merupakan audiensi pertama antara PPODA dengan Dinas Kabupaten Dairi. Audiensi ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi kerja sama dalam upaya meningkatkan pertanian di Kabupaten Dairi khususnya dengan anggota PPODA. Dalam hal ini Pitter Simamora selaku Ketua PPODA pun menyampaikan harapan untuk memiliki kerja sama yang baik dalam akses informasi program pertanian maupun bantuan pertanian kepada petani dari Dinas Pertanian Dairi.

Sejurus dengan tujuan itu, PPODA pun menyampaikan beberapa pertanyaan untuk memperdalam informasi program Kartu Tani yang baru saja diumumkan oleh pemerintah Dairi. Tambunan yang merupakan Wakil Ketua PPODA meminta informasi terkini mengenai tujuan dan pelaksanaan teknis kartu tani. Pertanyaan ini berangkat dari kondisi terkini para petani dalam PPODA yang belum mendapat akses informasi lengkap terkait program ini yang sedang hangat dibicarakan.

Berdasarkan audiensi tersebut, Kartu Tani merupakan sebuah kartu yang dimiliki oleh petani terdaftar untuk memudahkan proses mendapatkan pupuk bersubsidi. Kepala Dinas Kabupaten Dairi menyampaikan bahwa pada tahun ini, Dinas Pertanian mengadakan uji coba di 9 desa di Kecamatan Sidikalang. Saat ini semuanya sedang dalam proses pendaftaran dan akan mulai beroperasi pada tahun 2020 mendatang.

Kepala Bidang Distribusi Pupuk juga menuturkan, “Kartu tani ini isinya kuota pupuk bersubsidi. Selama ini ada banyak kesimpangsiuran bahwa kartu tani ini berisi uang dari pemerintah. Sebetulnya tidak, kartu ini berisi kuota dan informasi pupuk bersubsidi yang bisa dibeli oleh petani nantinya.”

Kartu tani ini juga berupa rekening tabungan yang memungkinkan petani menabung uangnya di sana.

Petani bisa mendapatkan Kartu Tani bila bergabung dalam Kelompok Tani di desa masing-masing. Adapun setiap desa maksimal memiliki 16 kelompok tani dengan hamparan lahan yang berdekatan. Tidak ada batasan jumlah anggota dalam sebuah kelompok tani. Setelah bergabung, petani yang ingin mendapatkan Kartu Tani akan dibantu oleh Petugas Pendamping Lapangan (PPL) untuk mengisi formulir pengajuan dan mengurus kartu tersebut ke BNI Sidikalang. Dinas Pertanian Dairi memohon bantuan kepada PPODA untuk menyebarkan informasi Kartu Tani ini kepada para petani PPODA di berbagai desa.

Sebelum menutup diskusi tersebut, PPODA juga menerima obat-obatan ternak, vaksin, vitamin ternak, dan berbagai kebutuhan ternak lainnya dari Dinas Pertanian Dairi. Obat-obatan ini akan digunakan untuk ternak peternak dampingan Petrasa yang juga merupakan bagian dari PPODA.

Diskusi selama empat jam tersebut ditutup dengan foto bersama. Baik PPODA dan Dinas Pertanian berharap, audiensi ini bisa konsisten dilakukan untuk menjaga sinergitas program pertanian antara pembuat program dan petani yang bekerja langsung untuk pertanian Dairi yang berkelanjutan.

 

*FRT

MENGURANGI PERUBAHAN IKLIM DENGAN BUDIDAYA KOPI SELARAS ALAM

Kopi merupakan komoditas kedua yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia di dunia. Kopi hanya berada satu peringkat di bawah minyak bumi. Berbanding lurus dengan tingkat konsumsinya, kopi juga memiliki permintaan pasar yang tinggi di dunia. Oleh karena itu, negara-negara penghasil kopi di dunia terus mengupayakan produksi kopi.

Seluruh pihak yang berada dalam rantai pasar kopi di seluruh dunia saat ini mulai waspada dengan dampak perubahan iklim. Menurut World Coffee Research, perubahan iklim yang semakin cepat akan berdampak pada kepunahan kopi di dunia pada tahun 2080. Pada tahun 2050, kopi mulai menjadi langka dan harganya akan semakin tinggi. Diprediksi, minum kopi akan menjadi barang mewah yang tidak bisa lagi dinikmati semua kalangan masyarakat.

Berangkat dari situasi ini, Yayasan Petrasa yang bekerja sama dengan International Islamic Trade Finance Corporation (ITFC) mengadakan diskusi kopi dan perubahan iklim pada Selasa, 25 Juni 2019. Bertempat di Aula Hotel Dairi, Sidikalang, diskusi ini dihadiri oleh 98 petani kopi dari berbagai desa di Kabupaten Dairi. Diskusi yang merupakan bagian dari Coffee Farmers Field Training Program (CFFTP) ini merupakan agenda penting untuk menggaungkan masalah perubahan iklim kepada para petani kopi Dairi.

Perubahan iklim merupakan masalah global. Untuk itu, Yayasan Petrasa berinisiatif mengundang Wakil Bupati Kabupaten Dairi, Jimmy Sihombing,  untuk memberikan sambutan dan pengantar diskusi ini. Dalam sambutannya, ia mengimbau para petani yang hadir untuk bergiat dalam budidaya kopi sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan. Ia meyakini perubahan iklim ini akan semakin terasa di Dairi pada masa selanjutnya. Dampaknya akan terasa pada komoditas pertanian termasuk kopi yang menjadi mata pencaharian sekaligus kebanggaan masyarakat Dairi. Dalam kesempatan yang singkat itu, Bapak Jimmy SIhombing juga mengapresiasi Petrasa dan ITFC yang telah memfasilitasi diksusi ini kepada petani.

Dipandu oleh Ridwan Samosir sebagai moderator, diskusi berlangsung dengan semarak selama dua setengah jam. Diskusi ini semakin kaya dengan pemaparan pandangan tiga narasumber yakni Lidia Naibaho dari Yayasan Petrasa, Ibu br. Tobing sebagai Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, dan Ibu br. Sinaga mewakili Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dairi. Mereka mempresentasikan dampak perubahan iklim kepada kopi dari sisi sosial-ekonomi, lingkungan, hingga pertanian. Ketiga narasumber ini menekankan, budidaya kopi dengan pertanian selaras alam adalah solusi konkret yang dapat dilakukan oleh petani untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Pertanian selaras alam yang dimaksud adalah menanam kopi dengan sistem agroforestry dan organik.  Agroforestri atau wanatani adalah sistem penggunaan lahan (usahatani) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Sementara organik maksudnya adalah tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia dalam budidayanya.

Kedua hal ini dapat benar-benar dilakukan oleh petani sejak dini. Sebagai daerah potensial kopi, baik robusta maupun arabika, petani dianggap mampu menerapkan ini sebagai langkah konkret mengurangi dampak perubahan iklim. Sistem agroforestri tidak hanya mengoptimalisasi produksi pertanian, tapi juga turut melestarikan alam. Sejalan dengan pertanian organik, tidak menggunakan bahan-bahan pertanian kimia dan beralih menggunakan bahan-bahan alam juga dalam upaya melestarikan lingkungan.

Beragam pertanyaan dari petani pada ketiga narasumber menunjukkan antusiasme yang tinggi. Isu perubahan iklim dan dampaknya terhadap pertanian mereka merupakan hal yang baru bagi sebagian besar petani. Pertanyaan mereka sebagian besar mempersoalkan teknik budidaya yang mereka lakukan selama ini. Sebagian besar para petani mengaku belum maksimal untuk meningkatkan produksi kopi sekaligus melestarikan alam.

Diskusi kopi dan perubahan iklim yang didukung oleh ITFC merupakan sebuah langkah awal agar petani mulai sadar akan dampak perubahan iklim pada kopi yang menjadi mata pencaharian mereka sehari-hari. Dengan meningkatkan kesadaran petani, Petrasa dan ITFC mampu mendorong para petani untuk sungguh-sungguh memperbaiki lahan kopi mereka dengan sistem selaras alam melalui program CFFTP.

 

FRT

 

KEPENGURUSAN BARU YAYASAN PETRASA 2019-2022

Dedikasi pada masyarakat dan inovasi program merupakan dua hal yang sangat penting dalam menjalankan sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat. Selama dua periode, sejak 2013 hingga 2019 ini, kedua hal ini terus dikerjakan oleh pengurus Yayasan Petrasa. Di dalam kepemimpinan Lidia Naibaho sebagai Sekretaris Eksekutif ataupun Direktur Program bersama dengan Pendeta Sumurung Samosir sebagai Ketua Pengurus dan Dr. Drs. Samse Pandiangan selaku Bendahara Pengurus, Yayasan Petrasa dan petani dampingan kian berkembang menuju pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

Periode pertama berlangsung pada tahun 2013 hingga 2016 dan periode kedua berlanjut dari tahun 2016 sampai dengan 2019. Berbagai perubahan, inovasi, dan prestasi telah banyak tercapai selama enam tahun. Ini semua pun merupakan hasil kerja bersama semua pihak mulai dari pengurus, donatur, staf, petani dampingan, mitra NGO, dan pemerintah daerah.

Setelah dua periode berturut-turut membangun Yayasan Petrasa, kepengurusan ini dengan resmi mengakhiri masa tugasnya. Mandat mengembangkan dan masyarakat dampingan Yayasan Petrasa kemudian dilanjutkan oleh Ridwan Samosir selaku Sekretaris Eksekutif periode 2019-2022. Kepengurusan baru ini dipimpin oleh Bapak Dr. Drs. Samse Pandiangan sebagai Ketua Pengurus, Ibu Lestari Br. Sitepu sebagai Bendahara Pengurus, bersama dengan Ibu Shanti D. Simbolon, SP, MSI dan Pendeta Agustinus Pangarepan Purba sebagai anggota pengurus.

Serah terima kepengurusan dari pengurus periode 2016-2019 kepada pengurus periode 2019-2022 secara resmi telah dilaksanakan pada Selasa, 11 Juni 2019 lalu. Proses serah terima berlangsung di Kantor Sekretariat Yayasan Petrasa. Lidia Naibaho sebagai Sekretaris Eksekutif dan Pendeta Sumurung Samosir sebagai Ketua Pengurus Yayasan Petrasa menyampaikan laporan program kerja dan dokumen penting lainnya sebagai tanda resmi beralihnya kepengurusan. Dengan diterimanya laporan dan dokumen tersebut oleh Ridwan Samosir, Ibu Lestari br. Sitepu, dan Pdt. Agustinus Pangarepan Purba, maka terhitung sejak Juni 2019, Ridwan Samosir resmi memulai masa baktinya sebagai Direktur Program Yayasan Petrasa hingga tahun 2022.

Berbagai apresiasi dan evaluasi kepengurusan telah dibagikan sesaat sebelum proses serah terima berlangsung. Hal ini menjadi bekal yang baik untuk terus berpacu mewujudkan visi dan misi Yayasan Petrasa mengembangkan petani Dairi yang sejahtera. Pengurus periode sebelumnya dan pengurus periode selanjutnya akan terus membangun komunikasi dan kerja sama untuk mengembankan Yayasan Petrasa dan mendampingi petani Dairi menuju masa depan yang berkelanjutan.

PETRASA FAIR 2019: Mendekatkan Pertanian Organik dengan Masyarakat Dairi

Sejak tahun lalu menyelenggarakan Petrasa Fair untuk pertama kalinya, Yayasan Petrasa terus memastikan pertanian organik kian akrab dengan masyarakat Dairi.

Tahun ini, Petrasa Fair telah digelar pada Rabu, 24 April 2019 di Gedung Nasional Djauli Manik Sidikalang. Gelaran ini bertujuan untuk promosi, kampanye, dan edukasi tentang pertanian organik kepada masyarakat Kabupaten Dairi.

Mengangkat tema “Peluang Pasar Organik”, Petrasa Fair 2019 berupaya mendekatkan isu-isu pertanian organik kepada pemerintah daerah dan masyarakat Dairi melalui berbagai jenis kegiatan. Semua rangkaian kegiatan dikemas dengan menyenangkan agar pengunjung yang datang dapat lebih mengenal pertanian organik mulai dari isu terkini, produk-produk yang tersedia, hingga petani-petani organik yang mengerjakannya.

Bicara Serius Dibungkus Acara Kreatif

Petrasa Fair sudah dirintis sejak 2018. Memasuki perhelatan kedua tahun ini, Yayasan Petrasa dengan serius ingin mengajak banyak masyarakat di Kabupaten Dairi untuk lebih kenal, lebih dekat, dan peduli dengan pertanian organik.

Muntilan Nababan, Ketua Panitia Petrasa Fair 2019 mengungkapkan dalam sambutannya, “Acara ini merupakan cara kita untuk mendekatkan isu pertanian organik kepada masyarakat. Tidak hanya itu, kita juga berharap diskusi hari ini dapat membangun sinergi dengan pemerintah daerah untuk memajukan pertanian organik. Apalagi kita punya program 1000 Desa Organik dari Kementan yang belum terlaksana di Dairi.”

Gelaran dimulai sejak pagi hari. Kegiatan pertama rangkaian acara Petrasa Fair 2019 diawali dengan Lomba Mewarnai tingkat TK dengan tema Mengenal Alam, Menjaga Lingkungan. Sekitar 110 siswa TK dari 11 TK di Sidikalang menjadi partisipan dalam lomba ini. Ratusan anak TK ini datang didampingi guru pembimbing dan orang tua.

Dalam satu jam mereka diberi waktu berkreasi mewarnai kertas gambar yang sudah disediakan oleh Faber Castle, sponsor lomba ini. Lomba mewarnai ini menjadi cara Petrasa untuk memperkenalkan lingkungan sekaligus memberi contoh cara menjaga kebersihan lingkungan.

Tidak hanya anak TK, Yayasan Petrasa juga menyasar pelajar untuk edukasi lingkungan melalui Lomba Menulis Artikel Tingkat SMA/SMK/Sederajat. Mengangkat tema “Aksi Nyata Generasi Muda Merawat Alam,  Merawat Kehidupan”, dua orang siswa perwakilan setiap SMA/SMK di Sidikalang harus menulis satu artikel yang memuat analisis masalah lingkungan disertai solusi nyata yang dapat mereka lakukan.

Sejumlah 18 orang siswa berkompetisi mengeluarkan ide dan solusi terbaiknya mewakili 9 sekolah menengah atas di Sidikalang. Mereka mengangkat berbagai persoalan lingkungan, mulai dari masalah energi, sampah di pasar, hingga ekosistem Danau Toba yang mulai tercemar. Yayasan Petrasa mendorong para siswa untuk kreatif dan aktif melakukan aksi peduli lingkungan.

Pada jam yang bersamaan, Yayasan Petrasa mengupas topik Peluang Pasar Produk Organik dalam seminar yang menjadi acara utama Petrasa Fair 2019. Bersama Maya Stolastika yang merupakan Presiden Aliansi Organis Indonesia, R. Munthe Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Lidia Naibaho Direktur Program Yayasan Petrasa. Ridwan Samosir, Sekretaris Eksekutif Yayasan Petrasa yang baru saja terpilih menjadi moderator seminar ini.

Maya Stolastika dalam pemaparannya mengatakan, “Tren pasar peluang organik akan terus meningkat bila disertai dengan perencanaan pasar yang matang.” Hal tersebut disambut oleh Bapak R. Munthe yang berjanji akan mengupayakan program dan kerjasama yang sinergis untuk membuat satu pasar produk organik yang rutin di Sidikalang.

Di stan lain, Petrasa Fair 2019 menyediakan dan menjual beragam produk pertanian organik yang diolah oleh petani organik. Beragam buah-buahan, sayuran, beras, hingga jajanan berbahan dasar organik sejak pagi hingga sore ramai dikunjungi para pengunjung. Selain belanja, staf Petrasa bersama dengan volunteer menjelaskan beragam informasi produk organik yang tersedia kepada konsumen yang datang. Tidak hanya produk segar, dengan konsep coffee truck, Petrasa Fair 2019 juga membuka coffee truck yang khusus menjual kopi organik d’Pinagar.

Meski sempat hujan, Petrasa Fair tetap meriah dengan demo masak mengolah produk organik yang dipandu oleh Chef Yudhie Nugroho dari Dilly’s Pattiserie and Bakery. Dengan menggunakan buah-buahan organik, Chef Yudhie dan tim membuat bolu organik dan kue lumpur yang dibagikan gratis kepada pengunjung.

Rangkaian kegiatan acara Petrasa Fair 2019 ditutup dengan pengumuman pemenang berbagai lomba. Mulai dari lomba mewarnai, lomba menulis, lomba pengolahan pangan lokal, dan petani yang mendapat undian berhadiah.

Sinergi Pertanian Organik dengan Pemerintah Daerah

Sebagai acara yang pertama kali mengusung pasar produk organik di Kabupaten Dairi, Petrasa Fair 2019 menjadi ruang diskusi terbuka untuk melibatkan lebih banyak pihak bergerak bersama memajukan pertanian organik.

Petrasa Fair 2019 tahun ini dihadiri oleh Bapak Eddy Kelleng Ate Berutu, Bupati Kabupaten Dairi Periode 2019-2023. Bapak Eddy Berutu hadir membuka acara secara resmi dan memberikan sambutan kepada petani dan pengunjung yang hadir.

Dalam sambutannya ia mengimbau SKPD dan dinas terkait untuk berkoordinasi membuat program pertanian organik dan membina petani bersama Petrasa. Ditemani istri, Ibu Romi Simarmata, beliau mengunjungi stan-stan Petrasa Fair 2019 mulai dari Pasar Produk Organik hingga Coffee Truck d’Pinagar. Ia berjanji akan memberikan dukungan penuh untuk produk-produk yang dibuat oleh petani. Tidak lupa, Bapak Eddy Berutu juga berniat untuk langganan produk organik dari petani organik dampingan Petrasa.

Direktur Program Yayasan Petrasa, Lidia Naibaho berharap acara ini menjadi perhelatan yang bisa terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pertanian organik. “Petrasa Fair 2019 bukan sekedar acara jualan produk organik. Lebih dari itu kita ingin pertanian organik semakin dikenal oleh masyarakat sebagai satu upaya menyejahterakan petani lokal dan menyelamatkan lingkungan.”

Petrasa Fair 2019 yang berlangsung satu hari ini dihadiri sekitar 400 orang yang terdiri dari petani, pelajar, dinas-dinas Kabupaten Dairi, dan masyarakat umum. Petrasa Fair akan terus mendorong semangat pertanian organik semakin dekat dengan masyarakat Kabupaten Dairi.

“Suara Perempuan Menentukan Masa Depan”

Kami memulai hari pertama di bulan April 2019 dengan semangat pemberdayaan perempuan.
Sejak pukul 9 pagi, ratusan petani perempuan dari berbagai kelompok CU dampingan Petrasa di Kabupaten Dairi memenuhi aula Balai Budaya Sidikalang. Mereka berkumpul untuk bertemu dan berdiskusi langsung dengan para calon legislatif perempuan Kabupaten Dairi yang akan maju dalam pemilu April ini.

Dengan tema “Menakar Peluang Caleg Perempuan di Pileg 2019″, sebanyak 9 caleg perempuan mewakili 4 partai politik hadir untuk berbagi visi mereka dalam memajukan perempuan. Sebelumnya, Petrasa mengundang semua caleg perempuan di Kabupaten Dairi yang ikut dalam pemilu April ini melalui masing-masing partai. Petrasa mengimbau partai untuk menunjuk satu calon legislatif perempuan untuk berbicara dalam diskusi yang telah dipersiapkan. 

Kegiatan literasi politik pada perempuan ini diawali dengan pemaparan informasi mengenai pemilu dari Ibu Jenny Solin dari KPU Dairi. Sebagai salah satu perempuan yang aktif dalam gerakan pemberdayaan perempuan, ia mendorong perempuan untuk menggunakan suaranya mendukung caleg perempuan. “Ini demi terwujudnya kebijakan dan program-program yang dekat dengan perempuan, dengan kepentingan kita perempuan,” terangnya dengan semangat.

Setelah berdiksusi dengan KPU, petani kemudian diajak untuk kenal lebih dekat dengan calon legislatif perempuan di Kabupaten Dairi. Meski tidak semua caleg perempuan hadir dalam acara tersebut, Petrasa menampilkan seluruh profil caleg perempuan di Kabupaten Dairi pada dua layar proyektor agar petani perempuan yang hadir dapat mengenal caleg perempuan yang ada.

Sayang memang, dari hampir seratus calon legislatif perempuan yang terdaftar, hanya sembilan caleg perempuan yang hadir pada acara tersebut. Para caleg perempuan yang hadir antara lain Ibu Marini Stannie dari PSI, Ibu Delphi Masdiana Ujung dan Ibu Berta Rita Manurung dari Partai Golkar, Ibu Evi Sri Lumbang Gaol dan Ibu Mida Sianturi dari Hanura, Ibu Merika Sihombing, Ibu Dunen Nainggolan, Ibu Pastina Panggabean dan Ibu Rotua Sitanggang dari PDI-P. Meski ada sembilan caleg yang datang, atas keterbatasan waktu, hanya ada 4 caleg yang beropini dalam diksusi.

Lidia Naibaho, Direktur Program Yayasan Petrasa yang menjadi moderator diskusi pun mengarahkan diskusi dan tanya jawab antara petani perempuan dan para caleg perempuan yang begitu antusias. Ada dua pertanyaan utama yang menjadi inti diskusi kegiatan itu.

Pertanyaan pertama adalah mengenai bagaimana dan sebesar apa peran perempuan di legislatif  dalam rangka mendorong pembangunan di Dairi terkait pendidikan, kesehatan reproduksi perempuan.Keempat caleg perempuan yang duduk di panggung kemudian memberikan pendapatnya. Bagi Ibu Marini Stannie yang juga merupakan seorang dosen di STTOI, ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas perempuan untuk mendukung anak-anak yang lebih cerdas dan peduli dengan pendidikan. Ia juga berencana mendorong berdirinya kampus baru di Dairi yakni Institur Pertanian Dairi untuk menampung dan memfasilitasi anak muda di Kabupaten Dairi mendapat pendidikan yang lebih bagus lagi.

Tidak jauh berbeda, Merika Sihombing menyampaikan pentingnya pendidikan karakter bagi anak-anak sejak usia dini. Ia berencana ingin membuat PAUD yang berkualitas dan fokus dalam pengembangan karakter anak-anak.

Diskusi kemudian berlanjut pada pertanyaan kedua. Lidia Naibaho menyampaikan pertanyaan mengenai langkah konkret yang akan dilakukan caleg perempuan dalam upaya menurunkan kekerasan pada perempuan dan anak-anak. Pertanyaan ini berkenaan dengan maraknya berita kekerasan pada perempuan dan anak-anak di Kabupaten Dairi.

Evi Sri Lumban Gaol yang mewakili Hanura menjawab hal ini dengan menekankan pentingnya pendekatan edukatif kepada laki-laki. Menurutnya laki-laki perlu diberi edukasi untuk mengubah pola pikir mengenai buruknya kejahatan baik kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan seksual.

Sementara itu, Delphi Ujung menanggapi hal ini dengan mendorong advokasi hukum yang berkelanjutan untuk mendapatkan keadilan bagi korban. Tidak hanya itu, ia menekankan pentingnya advokasi ini untuk memberi efek jera pada pelaku.

Pertanyaan-demi pertanyaan juga disampaikan oleh petani perempuan. Salah satunya adalah petani perempuan dari For A Girl dari CU Bersatu mengenai salah satu kampus di Kabupaten Dairi yang ditutup ijinnya. Menurutnya Kabupaten Dairi memerlukan satu kampus untuk anak-anak daerah yang ingin mendapat pendidikan lebih dari SMA.

Meski disampaikan dengan cara yang berbeda, keempat caleg menanggapi pertanyaan ini dengan keseriusan untuk menertibkan administrasi lembaga pendidikan agar kedepannya kampus yang sudah beroperasi tidak lagi ditutup. Mereka juga sama-sama mendorong akan dibuatnya kembali kampus yang lebih baik untuk meningkatkan pendidikan di Kabupaten Dairi.

Literasi politik bagi perempuan sangatlah penting. Melalui kegiatan seperti ini diharapkan perempuan dapat menggunakan hak suaranya dengan lebih bijak untuk mendukung kebijakan yang ramah perempuan di masa depan. Duat Sihombing, Kepala Divisi Advokasi yang mengetuai kegiatan ini, berharap, “Kegiatan ini adalah upaya kita untuk meningkatkan perempuan sadar politik, menguatkan semangat kesetaraan gender, dan tentu saja meningkatkan partisipasi mereka di masa depan dalam menentukan anggota legislatif perempuan yang saat ini masih sangat sedikit.”

 

FRT

 

Empowering Youth: Suatu Hari Nanti Kami Pasti Bisa

Kampanye lingkungan hidup terus dilakukan Petrasa ke berbagai usia, termasuk generasi muda. Setelah sebelumnya memfasilitasi penyuluhan bahaya narkoba dan HIV/AIDS kepada tiga puluh siswa dari 11 SMA dan SMK di Sidikalang, Petrasa kali ini memberikan motivasi dan kampanye peduli lingkungan kepada siswa di UPT PSA Sidikalang.

UPT PSA Sidikalang adalah satu-satunya panti asuhan di Sidikalang yang menampung sekitar 95 anak dari siswa SD, SMP, hingga SMA dan SMK. Umumnya mereka datang dari desa-desa di berbagai kecamatan di Kabupaten Dairi.

Pada Kamis, 4 April 2019 lalu, Petrasa disambut dengan senyuman hangat dari anak-anak panti asuhan yang sudah menunggu di ruang berkumpul mereka. Wajah mereka menunjukkan tanda tanya melihat kedatangan staf Petrasa. Keadaan berangsur-angsur mencair setelah Petrasa mulai berkenalan. Dengan tema “Berani Bermimpi, Wujudkan Mimpimu”, Petrasa berbagi motivasi belajar dari Direktur Program Yayasan Petrasa, Lidia Naibaho.

Ia yang telah mengikuti banyak kegiatan internasional berbagi cerita perjuangan dan pengalamannya bisa mencapai mimpi-mimpinya sampai ke Jepang dan Amerika. Pada kesempatan itu, perempuan yang pernah tinggal di Jepang selama 7 bulan ini memberikan tips belajar dan motivasi kepada anak-anak panti asuhan.

“Orang tua saya juga tidak punya uang, tapi saya bermimpi dan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan impian saya,” terangnya pada 70 anak panti asuhan yang berkumpul sore itu.

Setelah mendapatkan motivasi belajar, anak-anak panti asuhan kemudian belajar aksi peduli lingkungan. Dengan tema “Peduli Lingkungan” Kepala Divisi Advokasi Yayasan Petrasa menjelaskan pentingnya menjaga lingkungan di mulai dari diri sendiri. Ia sangat menekankan pentingnya kesadaran membuang dan mengolah sampah di sekitar kita. “Sampah itu masalah seluruh dunia, masalah kita semua. Untuk itu, kita harus melakukan sesuatu dari diri kita sendiri dulu untuk mengurangi sampah,” ujarnya mengajak anak-anak panti asuhan untuk lebih peduli lingkungan.

Sebagai wujud menebarkan semangat anak muda berprestasi dan peduli lingkungan, Petrasa memberikan botol minuman kepada semua anak yang hadir.

“Kami janji akan menggunakan botol minum ini sampai tidak bisa dipakai lagi,” ujar mereka setelah botol minum di bagikan.

Seperti salah satu tulisan semangat mereka, “Suatu Hari Nanti Kami Pasti Berhasil”, semoga anak-anak UPT PSA Sidikalang semakin bersemangat mewujudkan mimpi dan berdampak positif bagi lingkungan di kemudian hari.

 

FRT

 

Perhatikan Remaja SMA, Petrasa Adakan Penyuluhan Bahaya Narkoba dan HIV/AIDS

 “We can’t end AIDS until we don’t end DRUG wars.”

Slogan ini menjadi pegangan Petrasa saat mengadakan acara Penyuluhan Bahaya Narkoba dan HIV/AIDS kepada 32 remaja SMA di Sidikalang. Pada Jumat 22 Maret lalu, para pelajar SMA yang datang mewakili 11 SMA di Kota Sidikalang hadir untuk mengikuti penyuluhan bahaya narkoba dan HIV/AIDS di Kantor Yayasan Petrasa.

Dengan antusias mereka mengikuti dua sesi penyuluhan. Sesi pertama adalah penyuluhan tentang bahaya narkoba yang dijelaskan oleh Torang P. Sirait/Ipda  dari Kepala Unit Satuan Narkoba Polres Dairi. Dalam sesi tersebut, ia menjelaskan jenis-jenis narkoba, efek negatif yang ditimbulkan narkoba, hingga undang-undang yang mengatur hukuman pada pengguna dan pengedar narkoba di Indonesia. Usai pemaparan, para siswa semangat bertanya seputar bahaya narkoba kepada narasumber tersebut.

Salah satu peserta dari SMK Arina, Rianti Sinaga pada kesempatan tanya jawab bertanya, “Apakah hukuman yang berlaku sesuai undang-undang juga sama pada anak-anak?”

Bapak Ipda Torang Sirait yang menjadi narasumber inti pada sesi ini menjelaskan adanya dua kemungkinan bila yang menjadi pengguna adalah anak-anak. Pertama, bila anak-anak tersebut tertangkap tangan oleh polisi, maka anak tersebut akan dihukum dengan penyesuaian peradilan anak. Sedangkan bila anak atau keluarga anak tersebut menyerahkan anak yang menggunakan narkoba, maka si anak akan dibawa untuk rehabilitasi ke panti rehabilitasi narkoba.

Sebelum masuk ke sesi penyuluhan HIV/AIDS, para siswa diajak berbagi opini atas kekhawatiran mereka tentang narkoba dan HIV/AIDS serta apa yang menjadi harapan mereka. Dalam dua lembar kertas warna-warni mereka bergantian membacakan opini mereka. Salah satunya adalah  Netti Situmorang dari SMK N 1 Sitinjo yang menuliskan,”Saya khawatir anak muda sulit diberitahu tentang bahaya narkoba dan HIV/AIDS. Mereka lebih mudah percaya pada apa yang dikatakan pergaulan mereka yang kurang baik daripada bahaya yang sebenarnya.”

Meski begitu, mereka juga optimis, setelah mengikuti pelatihan ini mereka menjadi paham bahaya narkoba dan mau berbagi ilmu ini kepada teman mereka. Sabas Naibaho, siswa dari SMA St. Petrus mengungkapkan harapannya, “Semoga semakin banyak anak muda yang sadar akan dampak negatif narkoba dan bergabung dalam kegiatan-kegiatan kepemudaan yang sifatnya positif.”

Pada sesi pemaparan bahaya HIV/AIDS, dr. Edison Damanik yang merupakan Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi menjelaskan bagaimana HIV menyebar kepada manusia dan berubah menjadi penyakit AIDS. Ia menjelaskan, selama seseorang terjangkit virus HIV tapi menjaga kesehatan dan ketahanan tubuhnya, orang tersebut bisa hidup normal. Mereka yang mengidap penyakit AIDS adalah orang-orang yang tidak bisa bertahan dari serangan virus HIV.

Para siswa mengaku informasi ini sangat baru bagi mereka. Mereka selama ini berpikir bahwa mereka yang mengidap penyakit HIV otomatis akan mengidap AIDS. Diskusi antara narasumber dan para siswa juga berlangsung dengan cair. Para siswa banyak bertanya untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang penyakit ini.

Kedua narasumber, Torang Sirait dan dr. Edison Damanik mengapresiasi kegiatan ini. Mereka berharap lebih banyak kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan yang penting untuk remaja ketahui. Memerangi narkoba dan HIV/AIDS adalah tanggung jawab kita semua. Petrasa meyakini, memberi pemahaman yang mendalam tentang bahaya dua hal ini bagi remaja adalah salah satu cara untuk memeranginya sekaligus menjaga kualitas generasi muda kita. Sebelum menutup acara, Lidia Naibaho, Sekretaris Eksekutif Petrasa mengajak para siswa untuk menjauhi narkoba,menjadi siswa yang berprestasi, dan aktif dalam aksi peduli lingkungan.

Duat Sihombing, Kepala Divisi Advokasi yang membidangi penyuluhan ini, bersama dengan staf Divisi Advokasi Petrasa membagikan botol minuman kepada semua siswa yang telah mengikuti penyuluhan. “Kita harus sama-sama melestarikan lingkungan. Botol minum ini harus kalian pakai untuk mengurangi botol plastik minuman sehari-hari,” ajaknya sebelum kegiatan penyuluhan resmi ditutup dengan foto bersama sambil mengacungkan botol minuman baru.  Ke depannya, Petrasa berharap para remaja ini bisa menjadi generasi yang positif dan peduli dengan kesehatan dan lingkungan.

Belajar Kopi Konservasi, Lestarikan Alam, Sejahterakan Petani

Salah satu kegiatan yang diberikan Yayasan Petrasa untuk meningkatkan kapasitas para staff dan petani dampingan adalah melalui orientasi ke sebuah tempat yang sesuai dan sejalan dengan nilai-nilai Petrasa. Dengan dukungan dari International Trade Finance Corporation atau ITFC, Petrasa mengirim  dua orang staf pertanian dan dua orang petani arabika belajar ke PT. Kopi Malabar Indonesia di Pengalengan Bandung. Keberangkatan ini diiringi harapan agar staff dan petani mendapat pengetahuan lebih dalam tentang kopi arabika mulai dari hulu sampai hilir.

Selama tiga hari sejak 28 Januari hingga 30 Januari 2019, dua orang staff yakni Lina Silaban dan Jetun Tampubolon bersama dengan dua orang petani yakni Mesta Capah dan Jhonson Sinaga mengikuti pelatihan kopi arabika secara intensif. PT. Kopi Malabar Indonesia merupakan tempat yang bagus untuk belajar secara mendalam tentang kopi arabika karena mereka fokus pada budidaya kopi konservasi.

Kopi Malabar membudidayakan kopi dengan tetap memperhatikan dampak terhadap lingkungan, tetap menjaga kelestarian alam dan untuk konservasi hutan. Selain itu, Kopi Malabar sebagai usaha tetap memperhatikan kesejahteraan petani dan juga masyarakat sekitar. Konsep yang mereka bangun sangat baik. Tidak hanya memberi dampak kepada petani tapi juga tergabung membangun masyarakat di sekitar mereka yang juga bagian dari kelompok tani mereka.

Berangkat dari konsep tersebut. Kedua staf dan kedua petani kopi dampingan Petrasa ini pun memulai pengalaman baru mereka.

 

Gali Ilmu Budidaya dan Pasca-Panen Kopi Malabar

Kami tiba di Pengalengan pada tanggal 28 Januari 2019 dan langsung mengikuti pelatihan. Hal pertama yang kami lakukan adalah mengunjungi lapangan untuk melihat budidaya kopi yang dilakukan Kopi Malabar. Kami dibimbing langsung oleh Pak Yusuf Daryono.

Kebun yang mereka kelola adalah area hutan. Mereka bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengembalikan kondisi hutan yang sudah sempat gundul. Area hutan di Kampung Pasirmulya ini sudah sempat digarap oleh warga untuk dijadikan lahan berkebun sayur sehingga banyak pohon yang ditebang. Oleh karena itu pemerintah kemudian memberikan kesempatan kepada mereka untuk tetap mengelola  area hutan tapi dilarang untuk menebang pohon yang ada. Dengan kondisi tersebut maka Hj. Adinuri sebagai pemilik Kopi Malabar saat itu mengambil kesempatan dan memilih menanam kopi.

Di sini kami belajar bagaimana budidaya kopi dapat menjadi salah satu solusi untuk konservasi lahan. Mengingat habitat tanaman kopi sejatinya berada di hutan, sehingga tanaman ini cocok sebagai tanaman konservasi yang sekaligus menjadi sumber penghasilan.

Varietas kopi yang dibudidayakan di Kopi Malabar didominasi oleh Sigarar Utang dan sudah mendapatkan sertifikasi untuk menjadi sumber bibit. Selain Sigarar Utang masih ada varietas lain termasuk Yellow Catimor yang sedang dikembangkan. Pohon pelindung yang digunakan pun beraneka ragam sesuai dengan jenis pohon yang sudah ada di areal tersebut. Pohon yang paling banyak adalah eucaliptus, pinus dan pohon surian. Kopi mereka yang tumbuh subur dan terawat dengan baik mematahkan praduga selama ini bahwa tanaman kopi tidak dapat berdampingan dengan pohon eucaliptus. Justru di tempat ini, kopi dapat tetap tumbuh subur dengan pohon pelindung eucaliptus.

Pada hari kedua dengan bimbingan Pak Budi, kami belajar cara pasca-panen kopi arabika mulai dari hulu hingga hilir.

“Di hulu kami belajar mulai dari cara petik kopi yang benar hingga proses sortir green bean. Kami juga belajar berbagai macam proses pasca-panen kopi yaitu natural proses, honey proses, wethul proses dan dryhul proses. Semua proses ini akan menghasilkan cita rasa yang berbeda pada kopi setelah diseduh,” jelas Mesta Capah, petani yang mengikuti pelatihan ini.

Setelah itu kami mempelajari cara menyangrai kopi. Kepada kami dijelaskan berbagai hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan sangrai. Beberapa yang penting diantaranya kondisi bahan baku, suhu mesin, kekuatan api hingga waktu sangrai. Kami menyangrai green bean yang kami bawa dari Sidikalang dan mendapat penilaian dan pujian yang bagus dari pihak Kopi Malabar.

Pada hari ketiga kami ikut menyeduh kopi arabika dengan teknik manual brewing. Kami belajar cara menggunakan alat seduh, suhu air yang pas untuk menyeduh dan waktu untuk menyeduh.

Mereka juga belajar teknik dasar cupping untuk mengetahui ciri khas kopi kita masing-masing. “Kami juga belajar teknik dasar melakukan cupping. Cupping atau sering disebut juga test cup sangat penting untuk dipelajari karena penting untuk menentukan harga yang tepat untuk kopi kita berdasarkan cita rasa kopi yang didapat,” ungkap Jhonson Sinaga, petani yang juga tertarik dengan proses pasca-panen kopi.

Bukan itu saja, kami pun mendapat penjelasan tentang kelembagaan petani dan pemasaran kopi. Seperti halnya Petrasa berperan membantu pemasaran kopi d’Pinagar, Kopi Malabar juga memiliki konsep yang kurang lebih sama. Pemasaran kopi yang dilakukan harus dengan konsep yang adil dan tidak merugikan petani. Dengan demikian, maka konsep-konsep yang kita terapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani.

 

Nilai Tersembunyi dari Kopi Konservasi

Dari 3 hari pelatihan yang kami ikuti ini, kami belajar bagaimana sebenarnya konsep kopi konservasi yaitu konsep budidaya kopi dengan mengutamakan pelestarian alam. Membudidayakan kopi bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan ekonomi saja, tetapi juga keuntungan untuk tetap menjaga lingkungan. Mengaplikasikan konsep budidaya kopi konservasi adalah salah satu bentuk kepedulian kita terhadap apa yang petani produksi dan apa yang kita konsumsi.

“Kita berharap petani menghasilkan produk tanpa merusak lingkungan. Hal ini sebenarnya secara tidak langsung sudah dilakukan oleh Yayasan Petrasa bersama dengan petani kopi dampingan, dengan menyarankan kepada petani untuk membudidayakan kopi secara organik dan menggunakan pohon pelindung. Yang menjadi kendala adalah petani masih kurang percaya produksi kopi meningkat dengan sistem ini,” terang Jetun Tampubolon, Kepala Divisi Pertanian Petrasa yang ikut orientasi.

Dengan mengaplikasikan konsep kopi konservasi, kita sudah mengambil sebuah aksi penyelamatan bumi yaitu menjaga dan menyuplai oksigen dengan menenam pohon pelindung yang hidup berdampingan dengan kopi. Sejatinya, petani sudah berkontribusi menambah jumlah tegakan pohon untuk membantu hutan tetap ada ketika jumlah hutan yang dirambah semakin meningkat. Selain untuk melestarikan alam, konsep ini juga membantu produksi kopi semakin menigkat, karna perubahan iklim yang ekstrim saat ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kopi. Dengan dibantu oleh pohon pelindung maka kita menciptakan lingkungan yang sesuai dan baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.

Selain pohon pelindung, tanaman kopi ini pun sebenarnya sudah memberikan sumbangsih untuk pelestarian alam. Tanaman kopi memiliki sistem morfologi yang bersahabat dengan tanah dan air. Kopi memiliki perakaran yang kuat dan membentuk anyaman ke segala arah sehingga dapat melindungi dan memegang tanah dari bahaya erosi. Tentu karena kopi juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

 

Menangani Kopi di Hilir

Selain mempelajari sistem budidaya kopi dengan konsep konservasi, kami juga mempelajari bagaimana sistem pemasaran dan penanganan hilir yang dibangun oleh Kopi Malabar. Disini mereka membangun sistem penampungan dengan satu pintu. Petani menjual langsung kopi mereka ke Kopi Malabar dan selalu dengan harga yang lebih tinggi dari pasar. Hal ini karena kopi yang mereka terima sesuai dengan standar yang mereka berikan. Kopi yang diterima oleh Kopi Malabar masih dalam bentuk gelondongan (cherry ), karna kopi – kopi ini akan diproses dengan bermacam-macam cara dan sesuai permintaan pembeli.

Kopi yang dijual kemudian ada dalam bentuk greenbean dan kebanyakan dalam bentuk roasted bean. Hal ini dikarenakan keuntungan yang paling besar dalam pemasaran kopi adalah jika kita sampai pada proses hilir. Harga yang diberikan pada kopi bisa naik hingga 10 kali lipat dibandingkan hanya dipasarkan dari proses hulu.

Jika kita memasarkan hingga proses hilir maka keuntungan yang didapat akan lebih besar. Keuntungan yang didapat oleh Kopi Malabar, 5% akan dikembalikan ke petani dan 5% digunakan untuk membantu membangun fasilitas untuk  masyarakat di sekitar lingkungan mereka.

Dengan konsep ini maka petani akan selalu diuntungkan dan tetap menjalin kerjasama dengan mereka dibandingkan dengan menjual ke tengkulak. Kami belajar lebih dalam lagi bagaimana menghargai petani yang menanam dan merawat kopi bertahun-tahun. Gerakan Kopi Malabar ini memang sudah jauh jika dibandingkan dengan petani kopi di Dairi yang masih terikat dengan tengkulak dan belum memiliki posisi tawar terhadap kopi mereka sendiri. Hal ini menjadi tugas bagi staff Petrasa untuk membuka pasar lebih luas untuk petani kopi arabika di Dairi.

Melalui pelatihan dan pengalaman ini diharapkan staff yang mengikuti pelatihan dapat menularkan dan mendampingi petani kopi arabika di Dairi dengan semangat dan mulai membangun sistem kopi konservasi. Sementara itu, bagi petani yang menjadi peserta dapat langsung mengaplikasikannya ke lahan masing-masing. Petrasa berharap petani Dairi semakin meningkat kapasitasnya dalam budidaya kopi arabika. Budidaya kopi yang benar akan menghasilkan kopi yang berkualitas dan juga meningkatkan kuantitas.

 

Penulis :Lina Silaban

Editor : Febriana Tambunan