Kios Pangula: Menghubungkan Konsumen dengan Produk Organik Lokal

edukasi konsumen kios pangula dan ptrasa

Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pertanian organik dan memperluas jangkauan pemasaran produk, Kios Pangula bersama PETRASA menyelenggarakan program edukasi bertajuk “Manfaat Mengkonsumsi Produk Organik”. Acara ini berhasil menghadirkan Ibu Imelda Purba, Kepala Bidang Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi, sebagai narasumber utama. Dalam kesempatan tersebut, beliau membagikan wawasan mendalam mengenai manfaat luar biasa dari konsumsi produk organik bagi kesehatan.

Mengapa Produk Organik Begitu Penting?

Dalam paparannya, Ibu Imelda menyoroti empat alasan utama mengapa produk organik menjadi pilihan yang lebih sehat dan ramah lingkungan:

  1. Minim Paparan Pestisida Sintetis Produk organik diproduksi dengan sedikit atau tanpa penggunaan pestisida sintetis, sehingga mengurangi risiko paparan bahan kimia berbahaya.
  2. Lebih Sedikit Pengawet (Aditif) Dibandingkan dengan produk konvensional, produk organik biasanya mengandung lebih sedikit bahan pengawet, menjadikannya pilihan yang lebih alami.
  3. Ramah Lingkungan Pertanian organik menerapkan konsep pengelolaan tanah yang berkelanjutan, yang tidak hanya menjaga kesuburan tanah tetapi juga mendukung ekosistem lokal.
  4. Biodiversitas Lebih Tinggi Metode pertanian organik mempromosikan keanekaragaman hayati, yang penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Beliau juga menegaskan bahwa konsumsi produk organik dapat membantu menghindari residu kimia berbahaya yang sering ditemukan pada produk non-organik. “Residu kimia adalah salah satu faktor penyebab penyakit serius seperti tumor dan kanker. Oleh karena itu, langkah Petrasa dalam mendorong petani untuk beralih ke pertanian organik patut diapresiasi,” ujar Ibu Imelda dengan penuh semangat.

Interaksi Produsen dan Konsumen: Kunci Meningkatkan Kualitas

Acara ini juga menjadi wadah interaksi langsung antara produsen dan konsumen. Melalui diskusi yang hangat, konsumen memberikan masukan berharga kepada Kios Pangula untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dipasarkan setiap minggunya. Dalam suasana penuh keakraban, mereka saling berbagi pengalaman tentang perjalanan sembilan tahun Kios Pangula dalam memasarkan hasil pertanian berbasis kelestarian alam.

Diskusi ini tidak hanya mempererat hubungan antara produsen dan konsumen, tetapi juga memberikan motivasi baru bagi para petani dampingan PETRASA. Para petani merasa didukung untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas produk organik mereka, yang pada akhirnya membawa manfaat besar bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Komitmen Bersama untuk Masa Depan Lebih Sehat

Dengan semakin tingginya kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat, konsumsi produk organik menjadi solusi yang relevan untuk mendukung kesehatan individu sekaligus menjaga kelestarian alam. Inisiatif seperti edukasi ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara berbagai pihak dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan.

Kios Pangula dan PETRASA mengajak seluruh masyarakat untuk bergabung dalam gerakan ini. Dengan memilih produk organik, kita tidak hanya berkontribusi pada kesehatan diri sendiri, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan petani lokal. Mari bersama-sama membangun masa depan yang lebih sehat dan harmonis dengan alam!

Orientasi Budidaya Lebah Madu di Desa Lingga Raja II: Solusi Adaptasi Perubahan Iklim dan Peningkatan Pendapatan Petani

Budidaya Lebah Madu PETRASA

Orientasi peternakan lebah madu di Desa Lingga Raja II, yang diselenggarakan bersama Pemerintah Desa Lumban Toruan, merupakan bagian dari tindak lanjut Sosialisasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang diadakan pada 28 Oktober 2024 di Desa Sumbul Tengah. Program ini merupakan upaya bersama Petrasa dan Pemerintah Desa Lumban Toruan untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus mengatasi dampak perubahan iklim melalui pengembangan peternakan lebah madu.

Pada orientasi ini, peserta mendapat wawasan dari Amang Laia, seorang petani-peternak lebah madu yang telah sukses dalam budidaya lebah madu dan pemasarannya. Ia berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait budidaya lebah madu.

Keberadaan lebah madu sangat bermanfaat bagi sektor pertanian, karena lebah berperan penting dalam penyerbukan tanaman. Proses penyerbukan oleh lebah tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga meningkatkan kualitas tanaman yang dihasilkan petani.

Selain itu, peternakan lebah madu juga mendukung penggunaan asupan organik yang ramah lingkungan. Asupan organik ini, yang diproduksi tanpa bahan kimia, sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup lebah dan menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Dengan mengembangkan peternakan lebah madu, para petani dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan pestisida, serta memanfaatkan produk lebah seperti madu dan propolis untuk menambah pendapatan mereka.

Melalui orientasi ini, diharapkan peternakan lebah madu dapat diterapkan secara luas di Desa Lingga Raja II sebagai langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Selain memberikan manfaat bagi lingkungan, peternakan lebah madu juga menjadi peluang ekonomi baru bagi petani setempat, sekaligus menjadi solusi cerdas untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan di tengah tantangan perubahan iklim.

Dari Desa untuk Iklim: Pembuatan Asupan Organik di Sumbul Tengah

Pembuatan Kompos

Pelatihan Pembuatan Asupan Organik yang diselenggarakan di Desa Sumbul Tengah merupakan tindak lanjut dari Sosialisasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang dilaksanakan pada 18 Oktober 2024. Acara pelatihan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Pemerintah Desa Sumbul Tengah, ibu-ibu PKK, dan Kelompok Tani, yang bersemangat untuk mengimplementasikan pengetahuan baru yang akan menguntungkan pertanian dan lingkungan mereka.

Antusiasme peserta terlihat jelas dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, menandakan bahwa mereka sangat peduli terhadap masa depan pertanian yang berkelanjutan dan dampaknya terhadap perubahan iklim. Ini menjadi harapan kita bersama agar upaya pembuatan asupan organik dapat dilanjutkan dan berkembang ke depannya.

Dalam pelatihan ini, ibu-ibu PKK, Kelompok Tani, dan Pemerintah Desa Sumbul Tengah bekerja sama untuk memproduksi berbagai jenis asupan organik, seperti ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), Pestisida Nabati, Bokashi, dan Eco Enzyme. Menariknya, semua bahan yang digunakan berasal dari sumber daya alam yang ada di desa, sehingga proses produksi ini tidak memerlukan biaya besar atau bahan kimia yang mahal. Sebagai hasilnya, mereka berhasil membuat sekitar 5 ember asupan organik yang siap digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.

Langkah ini tidak hanya menguntungkan dari sisi ekonomi karena mengurangi pengeluaran untuk pembelian bahan kimia, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tanah dan keberlanjutan lingkungan. Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia, diharapkan kualitas tanah akan semakin baik, dan hasil pertanian dapat menjadi lebih sehat serta ramah lingkungan.

Melalui inisiatif ini, diharapkan Desa Sumbul Tengah dapat menjadi contoh bagi desa-desa lainnya dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Masyarakat desa berperan sebagai agen perubahan dalam menjalankan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, yang tidak hanya bermanfaat bagi mereka saat ini, tetapi juga bagi generasi yang akan datang.

Pelatihan Budidaya Mina: Padi Ramah Lingkungan untuk Tingkatkan Pendapatan Petani dan Mitigasi Perubahan Iklim

Pada tanggal 4 November 2024, Petrasa melaksanakan Pelatihan Budidaya Mina Padi di Kelompok CU Suka Makmur, yang diikuti oleh 25 petani antusias. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan sistem pertanian terpadu yang memadukan budidaya padi dan ikan dalam satu lahan—sebuah inovasi yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas hasil tani sekaligus menambah sumber pendapatan bagi petani. Selain itu, pelatihan ini juga menjadi langkah nyata dalam penerapan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

Mengawali Perubahan dengan Kesadaran Iklim

Kegiatan ini dibuka dengan sesi pemahaman tentang perubahan iklim, yang menyoroti dampak nyata krisis iklim terhadap lingkungan dan sektor pertanian. Melalui sesi ini, peserta diberikan wawasan mendalam mengenai berbagai ancaman iklim yang semakin nyata, seperti perubahan pola cuaca, kekeringan, dan banjir yang mempengaruhi hasil panen. Dengan bertambahnya pemahaman ini, petani diharapkan dapat lebih peduli terhadap kondisi lingkungan serta terdorong untuk mengambil langkah-langkah adaptasi dan mitigasi dalam pertanian mereka.

Teknik Budidaya Mina Padi untuk Ketahanan Ekonomi dan Lingkungan

Sesi berikutnya mengupas seluk-beluk teknik budidaya mina padi, dari persiapan lahan, pemilihan bibit unggul, hingga strategi perawatan selama masa tanam dan panen. Sistem mina padi memungkinkan petani untuk menanam padi sekaligus memelihara ikan di lahan yang sama, menciptakan simbiosis yang saling menguntungkan. Ikan membantu membersihkan gulma dan hama serangga di sekitar tanaman padi, sementara padi memberikan naungan bagi ikan. Pola ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menurunkan kebutuhan akan pestisida dan pupuk kimia.

Dalam sesi ini, peserta juga diajak untuk merancang tata letak lahan mina padi yang disesuaikan dengan kondisi sawah mereka. Melalui diskusi dan panduan teknis, peserta belajar bagaimana menciptakan lingkungan pertanian yang sehat dan berkelanjutan di lahan mereka sendiri.

Memahami Biaya dan Manfaat dengan Analisis Usaha

Salah satu sesi yang paling dinanti adalah analisis usaha. Dalam sesi ini, para petani belajar menghitung total biaya yang diperlukan mulai dari pengolahan lahan hingga panen, termasuk memperkirakan pendapatan dan keuntungan yang bisa dihasilkan dari sistem mina padi. Analisis ini sangat penting untuk menilai apakah sistem ini layak dikembangkan lebih lanjut dan menguntungkan bagi keberlangsungan ekonomi petani. Selain itu, pemahaman tentang keuntungan yang lebih besar melalui sistem mina padi dapat menjadi motivasi bagi petani untuk beralih ke pola tanam ini.

Membuat Pupuk Organik dan Pestisida Nabati dengan Bahan Lokal

Sebagai bagian dari pelatihan, peserta juga belajar membuat asupan nutrisi organik yang dibutuhkan tanaman dan ikan. Beberapa produk yang dibuat antara lain pestisida nabati dan perangsang tumbuh, dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang mudah diperoleh di sekitar mereka. Penggunaan bahan alami ini tidak hanya lebih murah tetapi juga lebih aman bagi lingkungan serta kesehatan petani dan konsumen.

Langkah Nyata untuk Masa Depan Pertanian Berkelanjutan

Di akhir kegiatan, para petani menunjukkan komitmen untuk menerapkan sistem mina padi pada lahan mereka di musim tanam berikutnya. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan, para petani ini tidak hanya meningkatkan potensi ekonomi keluarga, tetapi juga ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya PETRASA dalam memberdayakan petani melalui inovasi yang berkelanjutan, dengan harapan dapat menciptakan pertanian yang tangguh terhadap perubahan iklim. Melalui budidaya mina padi, para petani dapat memanen dua sumber daya dari satu lahan, sekaligus berkontribusi pada upaya mitigasi iklim yang semakin mendesak. Petrasa berharap bahwa sistem pertanian ini bisa menjadi contoh inspiratif bagi lebih banyak petani di Indonesia untuk bergerak menuju masa depan yang lebih hijau, sehat, dan makmur.

Mari Bergabung dalam Gerakan Pertanian Selaras Alam dan Berkelanjutan!

Adaptasi Iklim di Tangan Petani: Sekolah Lapang Iklim Bersama PETRASA

Pada tanggal 30 Oktober 2024, PETRASA menyelenggarakan diskusi Sekolah Lapang Iklim (SLI) bersama 12 petani padi dampingan. Kegiatan ini dirancang sebagai literasi iklim bagi petani untuk meningkatkan ketahanan pangan dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan petani pada isu perubahan iklim serta dampaknya, dan mengembangkan pemahaman mereka terkait data dan informasi iklim yang dapat diterapkan dalam praktik pertanian mereka. Dengan pengetahuan ini, diharapkan petani dapat menyesuaikan strategi dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi iklim setempat.

Selama kegiatan, para petani merefleksikan pengalaman mereka dalam menjalani pertanian organik. Diskusi ini mencakup tantangan, proses, dan kendala yang mereka alami ketika beralih dari penggunaan bahan kimia ke metode organik. Petani membagikan pengalaman kesulitan diawal karena input produksi dan hasil panen yang menurun. Meski pada awalnya menghadapi kesulitan, petani kini konsisten menerapkan teknik pertanian organik dan pelan-pelan merasakan hasil yang menguntungkan.

Dalam sesi diskusi, petani juga mendapatkan materi mengenai tujuan SLI yang akan dilaksanakan pada periode tanam mendatang. Kegiatan ini akan berlangsung di lahan salah satu petani muda, yang dipilih karena lokasinya mudah diakses dan dekat dengan pemukiman, sehingga memudahkan pengamatan. Para petani akan dibagi ke dalam beberapa kelompok, dan setiap kelompok akan mengamati perkembangan tanaman mulai dari pengolahan lahan hingga panen.

Dengan adanya SLI, diharapkan petani padi dapat mengembangkan usahanya dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan adaptif terhadap iklim, serta menjadi pionir dan kader di wilayah masing-masing.

Aksi Solidaritas GERTAK Melawan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Dairi

Aksi solidaritas GERTAK di depan Kantor Polres Dairi.

Dairi sedang menghadapi krisis serius terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dalam satu bulan terakhir, tercatat tiga kasus pelecehan seksual di Kabupaten Dairi, memicu gelombang kemarahan dan kepedulian dari berbagai elemen masyarakat. Untuk merespons situasi ini, Gerakan Solidaritas Anti Kekerasan (GERTAK) yang terdiri dari masyarakat, pemuda, mahasiswa, perempuan, serta LSM, menggelar aksi solidaritas kemanusiaan yang menyuarakan bahwa “Dairi Tidak Baik-Baik Saja.”

Aksi ini dimulai dengan pawai bersama di pusat Kota Sidikalang, di mana ratusan orang berpartisipasi sambil membawa spanduk dan selebaran yang berisi pesan penolakan terhadap kekerasan seksual, khususnya terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Dairi. Titik pertama aksi ini berlangsung di depan Kantor DPRD Dairi, di mana massa diterima langsung oleh Ketua DPRD, Sabam Sibarani.

Tuntutan GERTAK untuk Regulasi Efektif dan Perlindungan Korban

Dalam orasinya, GERTAK menekankan pentingnya pembentukan regulasi yang lebih efektif untuk menghentikan segala bentuk kekerasan, baik itu fisik, seksual, maupun psikis, terhadap perempuan dan anak. Mereka juga mendesak agar setiap kebijakan di Kabupaten Dairi berbasis gender dan anti-diskriminasi. Selain itu, GERTAK menyerukan agar kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi di Dairi diusut tuntas sesuai dengan hukum yang berlaku.

Aksi ini ditutup dengan simbolik pemberian mawar hitam, tanda duka cita masyarakat atas maraknya kasus kekerasan seksual di daerah tersebut. Para peserta juga menempelkan stiker “Stop Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak” sebagai bentuk protes di depan Kantor DPRD.

Aksi Berlanjut di Kantor Bupati dan Polres Dairi

Setelah aksi di Kantor DPRD, GERTAK melanjutkan aksi damai di depan Kantor Bupati Dairi. Sekretaris Daerah Jonny Hutasoit, sebagai perwakilan pemerintah kabupaten, menerima massa aksi. Di sini, sejumlah perwakilan perempuan membacakan orasi dan puisi yang mengungkapkan kondisi trauma yang dialami para korban pelecehan seksual. Mahasiswa Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) juga menampilkan teatrikal yang menggambarkan penderitaan para korban kekerasan.

Masyarakat mempertanyakan relevansi penghargaan Kabupaten Layak Anak (KLA) yang diterima Dairi pada tahun 2022, mengingat kenyataan di lapangan yang memperlihatkan peningkatan kekerasan seksual, terutama dengan pelaku yang masih di bawah umur.

GERTAK menuntut agar pemerintah Kabupaten Dairi meningkatkan sosialisasi terkait kekerasan seksual, melibatkan pemerintahan desa, serta memperkuat pengawasan di lingkungan pendidikan. Mereka juga mendesak agar setiap sekolah melakukan edukasi tentang pencegahan kekerasan seksual serta memberikan pendampingan yang layak kepada para penyintas.

Tidak berhenti di sana, GERTAK juga menggelar aksi di depan Polres Dairi. Massa menuntut Polres untuk mengusut tuntas kasus-kasus kekerasan seksual yang belum terselesaikan. Mereka meminta agar para tersangka yang sempat ditangguhkan segera ditahan, dan mengkritik lambatnya penanganan sejumlah kasus karena alasan perpindahan tugas polisi yang bertanggung jawab.

Kapolres Dairi, Agus Bahari, menyambut aksi ini dan menerima tuntutan masyarakat. Mawar hitam kembali diberikan sebagai simbol duka bahwa Kabupaten Dairi sedang tidak dalam kondisi baik, terutama dengan semakin maraknya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak.

Seruan untuk Perubahan yang Lebih Baik

Aksi ini merupakan wujud nyata bahwa masyarakat Dairi menuntut perubahan yang signifikan. Mereka ingin pemerintah daerah dan penegak hukum untuk lebih serius dalam menangani kasus-kasus kekerasan seksual. Perlindungan terhadap perempuan dan anak harus dijadikan prioritas utama, dan pelaku kekerasan seksual harus ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku.

Masyarakat berharap aksi ini menjadi langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan bebas dari kekerasan, khususnya bagi perempuan dan anak-anak di Kabupaten Dairi.

1.449 Pelajar di Dairi Belajar tentang Perubahan Iklim

Sosialisasi PETRASA

Selama empat hari yang penuh semangat, PETRASA melakukan perjalanan ke enam sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan di Dairi, memperkenalkan isu penting mengenai perubahan iklim kepada 1449 siswa. Dengan langkah ini, PETRASA berupaya membekali generasi muda dengan pengetahuan dan kesadaran yang mendalam tentang dampak perubahan iklim serta strategi adaptasi dan mitigasi yang bisa mereka terapkan.

Sekolah-sekolah yang dikunjungi termasuk SMAN 1 Sidikalang, SMAN 2 Sidikalang, SMKN 1 Sidikalang, SMKN 1 Parbuluan, SMAN 1 Siempat Nempu Hulu, dan SMA St. Petrus Sidikalang. Setiap sesi sosialisasi dirancang dengan interaktif, mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi dan berbagi ide. Dalam suasana yang dinamis ini, para siswa diajak untuk berpikir kritis tentang lingkungan mereka dan tindakan yang bisa diambil untuk memerangi perubahan iklim.

Salah satu fokus utama dari sosialisasi ini adalah menjelaskan bagaimana perubahan iklim mempengaruhi kehidupan sehari-hari, termasuk dampak yang mungkin mereka alami di sekitar mereka. Dengan pendekatan yang mudah dipahami, para siswa diajarkan tentang pemanasan global, peningkatan suhu, dan fenomena cuaca ekstrem. Mereka juga diajak untuk mengenali peran mereka sebagai agen perubahan, dengan mengedepankan langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan di lingkungan sekolah dan rumah.

Kaum muda memiliki potensi besar untuk menjadi katalisator perubahan, terutama dalam isu-isu lingkungan. Melalui pendidikan dan sosialisasi yang tepat, mereka dapat berkontribusi secara signifikan dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan. Dengan bekal pengetahuan yang didapat, diharapkan siswa dapat menerapkan tindakan nyata, mulai dari pengurangan sampah plastik hingga penerapan praktik daur ulang di sekolah mereka. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dapat menjadi bagian integral dari gaya hidup mereka.

Untuk mendorong inovasi dan kreativitas siswa dalam mengatasi tantangan perubahan iklim, PETRASA memperkenalkan kompetisi “School Contest” yang diadakan oleh Indonesia Climate Change Alliance (ICCA). Dalam kompetisi ini, setiap sekolah yang telah mengikuti sosialisasi akan mengirimkan proposal berisikan aksi kreatif untuk mengatasi perubahan iklim. Dua proposal terbaik dari enam yang masuk akan mendapatkan hadiah masing-masing 5 juta rupiah untuk merealisasikan aksi mereka di sekolah.

Enam tim dari 6 sekolah akan berpartisipasi dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan di kantor Yayasan PETRASA pada hari Selasa, 15 Oktober 2024. FGD ini bertujuan untuk menginformasikan detail dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kompetisi ini.

Melalui ‘School Contest’ ini, PETRASA bersama ICCA tidak hanya meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim di kalangan pelajar, tetapi juga menginspirasi mereka untuk mengambil peran aktif dalam melindungi lingkungan. Dengan menciptakan ruang bagi kaum muda untuk berinovasi dan berkolaborasi, diharapkan mereka dapat menjadi pemimpin masa depan yang peduli terhadap keberlanjutan bumi. Kegiatan ini adalah langkah awal menuju perubahan yang lebih besar, di mana generasi muda berani mengambil tindakan untuk menjaga lingkungan demi masa depan yang lebih baik.

Kabar Petani: Dari Memangkas Kopi Hingga Pembuatan Pupuk dan Pestisida Organik di Sileuleu

Pelatihan Pemangkasan Kopi Petrasa

Pada tanggal 21-22 Agustus 2024, PETRASA melakukan pelatihan perawatan kopi yang diikuti oleh 18 orang petani anggota Kelompok Tani Bersatu di desa Sileu-Leu Parsaoran Kecamatan Sumbul, Dairi. 

Materi pelatihan hari pertama mencakup pemeliharaan, pemangkasan kopi dan edukasi terkait perubahan iklim serta pemilihan varietas yang sesuai dengan lingkungan setempat. Petani belajar cara pemangkasan yang benar, menyambung batang serta pembuatan rorak di sekitar tanaman kopi. Tujuannya adalah agar petani dapat meningkatkan produktivitas, mengontrol pertumbuhan, meningkatkan kualitas buah, memperpanjang umur tanaman, serta mengurangi resiko penyakit.

Peserta pelatihan mengatakan bahwa mereka sudah lama melakukan budidaya kopi namun hasilnya belum maksimal, disebabkan oleh kurangnya pemahaman petani dalam proses budidaya yang benar. Praktek pemangkasan dilakukan langsung di kebun kopi milik salah satu petani peserta pelatihan, dipandu oleh bapak Koster Tarihoran sebagai pelatih dan kader petani kopi. 

PETRASA mendorong petani untuk membudidayakan kopi terintegrasi dengan tanaman lain seperti buah-buahan dan lebah madu. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari Sistem Integrasi Pertanian, diantaranya adalah adanya sumber pendapatan tambahan, sumber pangan yang sehat dan sistem ini juga menjadi salah satu strategi mitigasi perubahan iklim.

Pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik dilakukan pada hari kedua Kamis 22 Agustus 2024 yang dihadiri sebanyak 14 orang petani. Pelatihan ini memberikan pemahaman kepada petani bagaimana cara mengurangi biaya produksi pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada di lingkungan sekitar.

Dalam sesi praktek, peserta belajar pembuatan Jadam Microbial Solution (JMS), trichoderma, Pupuk organik cair (POC), Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan Eco-enzim. Peserta juga diajarkan mengenai fungsi dan cara pengaplikasian dari setiap jenis pupuk dan pestisida yang dibuat. Proses pelatihan yang meliputi praktek langsung dan diskusi antara narasumber dan semua peserta dilakukan dengan proses andragogi (pengetahuan untuk membimbing orang tua belajar). 

Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan petani dalam membudidayakan kopi dengan baik dan menghasilkan kopi berkualitas yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Sistem pertanian organik di lahan kopi ini juga menjadi salah satu strategi mitigasi perubahan iklim. 

WARGA DAIRI MENANG!

Warga Dairi Menang Lawan PT DPM

Permohonan Kasasi Warga Dairi Dikabulkan Mahkamah Agung, Persetujuan Lingkungan PT DPM Tidak Sah

Selasa, 6 Agustus 2024 – Warga Dairi, Sumatera Utara mendesak Majelis Hakim Mahkamah Agung untuk menegakkan keadilan demi kepentingan masyarakat Dairi yang terancam keselamatannya akibat operasi PT Dairi Prima Mineral (DPM). Desakan ini diserukan melalui aksi budaya teatrikal dan ‘mangandung’ yang digelar warga di Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jakarta. 

Warga Dairi terus berjuang mempertahankan ruang hidup dan lahan pertanian yang menjadi sumber kehidupan mereka. Mereka sangat khawatir dikarenakan PT. DPM membangun mulut tambang di dekat sumber air Lae Puccu yang menjadi sumber air yang menghidupi masyarakat di enam desa dan satu kelurahan. Tidak hanya itu DPM juga membangun gudang bahan peledak yang berjarak 50 meter dari rumah penduduk dan juga membangun bendungan limbah seluas 34 ha dengan tinggi 30 meter yang sangat dekat dengan rumah, sekolah, gereja, mushola dan areal pemukiman masyarakat. 

Senin, 12 Agustus 2024 – Enam hari setelah warga Dairi melakukan asi di Mahkamah Agung melalui laman Informasi Perkara Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa Permohonan Kasasi Warga Dairi dikabulkan dan Izin Lingkungan PT DPM tidak sah dengan lama memutus perkara 55 hari. Putusan ini berpihak pada masyarakat dan ini merupakan kemenangan besar bagi masyarakat. Masyarakat Dairi akan tetap mengawal gugatan ini hingga selesai dan semakin memperkuat kelompok-kelompok di akar rumput. Perjuangan dan perlawanan warga Dairi ini dilakukan bersama lembaga-lembaga yang peduli pada keselamatan ruang hidup dan keselamatan warga di sekitar tambang, diantaranya adalah PETRASA, YDPK, BAKUMSU, JATAM dan beberapa organisasi lainnya.

Informasi lebih jauh terkait perkembangan kasus ini dapat ditemukan di

https://bakumsu.or.id/en/advokasi-tambang/

Forum Inklusi Dairi dan Penyandang Disabilitas Mendukung Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Dairi melalui Seminar dan Diskusi Publik

Senin, 9 September 2024 – Forum Inklusi Dairi yang terdiri dari beberapa Lembaga yaitu GKPPD, PETRASA, YDPK, PESADA, HEPHATA HKBP, PPDI Cabang Dairi, JKLPK dan AFARI mengadakan seminar dengan tema “Pemenuhan Hak-Hak Inklusi Bagi Penyandang Disabilitas di Kabupaten Dairi” dan juga diskusi publik yang mengangkat tema “Menuju Pilkada Dairi, Memilih Pemimpin yang Inklusif”. Seminar ini dihadiri oleh FORKOPIMDA Kabupaten Dairi, perwakilan kelompok petani dan saudara-saudari kita penyandang disabilitas dengan berbagai kategori, baik fisik, intelektual, mental, sensorik, ganda/multi. 

Seminar ini dibuka oleh PJ Bupati Dairi yaitu Bapak Surung Charles Bantjin yang menyampaikan, “Seminar ini bisa menjadi salah satu forum untuk kita bisa sama-sama  memikirkan nasib dan kebutuhan saudara-saudara kita penyandang disabilitas, karena tentu saja kami pemerintah memiliki keterbatasan. Jika Forum Inklusi Dairi ini bisa bersinergi dengan pemerintah, gereja, dan lembaga keagamaan lainnya maka ini bisa menjadi kekuatan besar untuk mendorong kebijakan yang lebih baik ke depan bagi saudara-saudari kita penyandang disabilitas”. 

Pdt. Abed Nego Padang yang merupakan Ketua FKUB Kabupaten Dairi sekaligus Bishop GKPPD juga hadir dalam seminar ini. Ketua Komisi Pemilu Kabupaten Dairi, Bapak Aryanto Tinendung juga menghadiri pertemuan inklusif ini.   

Seminar ini dimoderatori oleh Sartika Sianipar dari PESADA dan ada empat narasumber yang memberikan materi dan pemahaman terkait tema yang diangkat. Keempat narasumber tersebut antara lain Pdt. Jacky Manuputty (Sekum PGI) yang membahas “Peran Strategis Lembaga Keumatan dalam Pemenuhan Hak-Hak Inklusi Bagi Penyandang Disabilitas” dan menekankan bahwa gereja juga harus memiliki peran penting dalam pemenuhan hak-hak umat. Dalam teologi, hal itu menjadi sesuatu yang penting dan harus dilakukan oleh Gereja. 

Narasumber selanjutnya adalah Kikin Tarigan dari Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia yang pesannya menekankan pentingnya penerimaan. Ia menjelaskan, “Kita bisa menerima keadaan karena tidak ada satu orang pun dari kita ingin memiliki keluarga, anak atau bahkan kita sendiri menjadi disabilitas, jadi kalau kita sudah menerima itu semua akan lebih baik dan menjalani lebih mudah. Saya sepakat bahwa Peraturan Daerah harus didorong untuk lebih melindungi seluruh kelompok penyandang disabilitas di Dairi, karena ini akan memaksa pemerintahan  untuk melakukan program dan pembangunan yang berbasis pemenuhan akses penyandang disabilitas”. 

Sementara itu, Ranie Ayu Hapsari dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM menyampaikan bahwa penyandang disabilitas di Indonesia sampai saat ini masih mengalami diskriminasi terutama dalam pemenuhan “hak”. Misalnya hak dalam bekerja, hak mendapatkan pendidikan, dan ruang lingkup hidup lainnya. Banyak penyandang disabilitas tidak menikmati pendidikan karena keterbatasan sekolah luar biasa di daerah. Sekolah-sekolah formal juga tidak memiliki fasilitas dan guru yang cukup untuk menerima mereka. Kebutuhan ini yang harus didorong dan dipenuhi supaya anak-anak penyandang disabilitas bisa juga menikmati  pendidikan yang merata, sehingga mereka bisa bersaing di dunia kerja, dan ini perlu kebijakan dari pemerintah daerah dan pusat. 

Ketua PPDI Dairi, Bapak Tigor Edy Ujung yang juga menjadi narasumber dalam seminar ini menyampaikan bahwa sampai saat ini PPDI masih terus berjuang untuk mewujudkan dan memastikan hak-hak disabilitas di Dairi terus dipenuhi. “Kita berkolaborasi dengan pemerintah, gereja dan lembaga yang memiliki kepedulian terhadap isu disabilitas. Sampai saat ini, ada 1400 orang disabilitas terdaftar dalam data pemerintah, namun saat ini PPDI masih hanya memiliki anggota sekitar 180 orang,” terangnya menunjukkan beberapa fakta lapangan. Ia berharap dengan semakin banyak penyandang disabilitas yang bergabung dalam PPDI maka akan semakin kuat dalam memperjuangkan hak-hak bersama termasuk mendorong Perda disabilitas di Dairi. 

Sesi kedua dilanjutkan dengan diskusi publik yang bertemakan “Menuju Pilkada Dairi, Memilih Pemimpin yang Inklusif”. Dalam diskusi ini panitia mengundang 5 bakal calon Bupati Dairi yang sudah mendaftar resmi ke KPU, namun yang bersedia hadir dan berbicara hanya 2 kandidat saja yakni Vickner Sinaga dan Rimso Sinaga yang diwakili oleh wakilnya yaitu Barita Sihite. Mereka menyampaikan beberapa hal terkait program atau misi mereka jika mereka nantinya diberikan mandat menjadi pemimpin di Dairi, termasuk bagaimana kebijakan mereka kepada teman-teman penyandang disabilitas yang selama ini masih belum mendapatkan hak yang sama baik akses program pemberdayaan maupun akses pembangunan infrastruktur di Dairi. 

Kita sangat mengapresiasi kehadiran mereka (kandidat)”, ucap Duat sihombing selaku Ketua Panitia. Duat menutup sesi diskusi ini sekaligus menegaskan bahwa undangan terbuka kepada semua bakal calon untuk hadir dalam seminar ini tidak dalam rangka mengalihkan dukungan pada satu orang pasangan calon tertentu. Justru memberikan ruang untuk berdiskusi dan mendengarkan apa saja solusi yang mereka tawarkan untuk menuntaskan  persoalan-persoalan di Dairi selama ini seperti sektor pertanian, isu lingkungan, perempuan dan kasus kekerasan kepada anak, kesehatan dan juga kepada kelompok disabilitas. 

Mengenai pemilihan di tanggal 27 November 2024 nanti,  biarkan rakyat menentukan pilihan mereka sesuai hati mereka. Namun kita berharap pilkada ke depan dapat berjalan aman, damai dan kita memilih dengan riang gembira,” tutupnya.