Masyarakat Desa Sumbul Tengah Bersatu Hadapi Perubahan Iklim

Di Desa Sumbul Tengah, yang terletak di dataran rendah Kabupaten Dairi, cuaca semakin tak menentu. Hujan turun tak tentu waktu, angin berhembus lebih kencang, dan tanah longsor kerap mengancam. Namun, selama ini, masyarakat belum benar-benar menyadari bahwa semua itu adalah dampak dari perubahan iklim.

Pada 20-21 Maret 2025, PETRASA bersama masyarakat Desa Sumbul Tengah mengadakan pelatihan menggunakan metode PACDR (Participatory Assessment of Climate and Disaster Risks). Dengan cara yang partisipatif dan inklusif, warga dari enam dusun—Bandar Selamat, Napa Sondel, Rindang, Pulo Gundur, Sumbul Tengah, dan Ujung Parira—ikut serta dalam diskusi dan pemetaan risiko iklim.

Di akhir pertemuan, masyarakat menyadari bahwa ada tiga ancaman utama yang perlu dihadapi bersama: kekeringan, angin kencang, dan longsor. Kesadaran ini mendorong mereka untuk membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Tangguh Iklim, yang dipimpin oleh tiga orang perwakilan desa. Pokja ini akan menjadi penggerak aksi-aksi nyata agar desa lebih siap menghadapi dampak perubahan iklim. Tentu dalam aksi-aksi tangguh Iklim kedepan tidak dapat hanya dilakukan oleh Pokja atau Desa Sumbul Tengah, semua elemen harus terlibat.

Kepala Desa Sumbul Tengah, Sahma Diamasi Pasaribu, dengan penuh semangat mendukung inisiatif ini. Ia berkomitmen untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh menghadapi bencana.

“Ini bukan hanya tugas Pokja atau pemerintah desa saja, tapi tanggung jawab kita semua—mulai dari pemerintah kabupaten, pusat, hingga organisasi sosial,” ujarnya.

Petrasa juga mengapresiasi Pemerintah Desa Sumbul Tengah yang sangat terbuka dalam mengimplementasikan PACDR di desanya. Dengan langkah awal ini, warga Desa Sumbul Tengah tak lagi sekadar menghadapi cuaca ekstrem sebagai nasib semata. Mereka kini memiliki rencana, strategi, dan semangat kebersamaan untuk tetap bertahan dan berkembang di tengah perubahan iklim.

RAT & HUT ke-20 PPODA: Merayakan Semangat dan Perjuangan Petani

ppoda petrasa rut 20 tahun

Senin pagi, 25 Maret 2025, suasana di halaman Kantor PETRASA terasa berbeda dari biasanya. Lebih dari seratus orang berkumpul dengan penuh semangat, mengenakan pakaian terbaik mereka. Hari itu adalah momen penting bagi Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA) karena selain menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT), mereka juga merayakan usia dua dekade perjalanan organisasi ini.

Sebanyak 103 peserta hadir dalam RAT ini, terdiri dari perwakilan Kelompok Credit Union (CU), Pengurus PPODA periode 2022-2025, dan staf PETRASA. Acara dimulai dengan ibadah singkat, mengiringi syukur atas pencapaian yang telah diraih.

Lidia Naibaho, Sekretaris Eksekutif PETRASA, membuka pertemuan dengan sebuah pesan kuat,

“Kelompok CU harus terus berkembang, bukan hanya dalam hal simpan pinjam, tetapi juga dalam program peningkatan kapasitas, seperti pelatihan pertanian organik dan peternakan yang difasilitasi oleh PETRASA.”

Berbagai agenda penting telah disiapkan dalam RAT kali ini, termasuk:

  1. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus PPODA
  2. Laporan Keuangan PPODA, termasuk pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dan laporan Dana Sosial
  3. Pembahasan Rencana Program PPODA Tahun 2025
  4. Perayaan Ulang Tahun PPODA ke-20
  5. Pemilihan Pengurus PPODA periode 2025-2028

Dalam laporan pertanggungjawaban, Ketua PPODA periode 2022-2025 menyampaikan beberapa pencapaian yang telah diraih, seperti pengembangan usaha inseminasi buatan pada ternak babi dan kunjungan ke kelompok CU yang menghadapi masalah kredit macet. Diskusi yang muncul pun berjalan dengan dinamis, penuh gagasan dan harapan untuk masa depan. Ke depan, PPODA akan lebih fokus pada penyelesaian kredit macet, pengembangan inseminasi buatan, serta memperluas program pertanian dan peternakan organik.

Setelah agenda RAT selesai, suasana beralih ke perayaan ulang tahun PPODA yang ke-20. Dua dekade bukanlah perjalanan yang singkat. Dari hanya beberapa kelompok CU di awal berdiri, kini PPODA telah menaungi 101 Kelompok CU dengan lebih dari 5.300 anggota dewasa. Para peserta bersorak penuh kebanggaan, merayakan kebersamaan dan kerja keras yang telah membawa organisasi ini sampai ke titik ini. Filosofi Credit Union yang mengedepankan kepercayaan dan saling membantu kembali ditegaskan sebagai fondasi utama bagi setiap anggota.

Momen paling dinanti tiba, yaitu pemilihan pengurus baru periode 2025-2028. Berbeda dari sebelumnya, kali ini mekanisme pemilihan dibuat lebih demokratis dan transparan. Layaknya pemilu, para anggota memberikan suaranya melalui kertas suara, bilik suara, dan kotak suara. Setiap kandidat diberikan kesempatan untuk menyampaikan visi dan misinya sebelum pemungutan suara dimulai. Antusiasme para anggota terlihat jelas, baik laki-laki maupun perempuan, mereka berpartisipasi aktif dalam menentukan kepemimpinan baru.

Hasil pemilihan pun diumumkan. Berdasarkan suara terbanyak, berikut adalah susunan pengurus PPODA periode 2025-2028:

  • Ketua: Parlindungan Tambunan
  • Wakil Ketua: Elviana br Pandiangan
  • Sekretaris: Doris br Sihombing
  • Bendahara: Herni br Simanjuntak

Pengurus inti ini akan dibantu oleh Koordinator Divisi dan Koordinator Kecamatan yang akan ditentukan dalam rapat berikutnya bersama staf pendamping PETRASA.

Dengan semangat baru, PPODA melangkah ke masa depan, membawa harapan bagi para petani organik di Dairi. Selamat ulang tahun ke-20, PPODA! Semoga semakin jaya, menjadi rumah bagi petani organik, dan terus mendorong kebijakan demi kesejahteraan masyarakat.

Menguatkan Kemitraan Kelompok Credit Union dan PETRASA

CU PETRASA

Di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi petani di pedesaan, hadirnya Credit Union (CU) menjadi angin segar yang menawarkan solusi berbasis komunitas. CU bukan hanya sekadar lembaga simpan pinjam, tetapi juga wadah untuk saling membantu, membangun kepercayaan, dan memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat desa. Petrasa, sebagai organisasi yang berkomitmen pada pemberdayaan petani, telah aktif mendampingi 100 kelompok CU yang tersebar di 69 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Dairi, dengan total 5.343 anggota, mayoritas di antaranya adalah perempuan.

CU: Lebih dari Sekadar Simpan Pinjam

Kelompok CU yang didampingi oleh PETRASA menjalankan sistem simpan pinjam yang dilakukan sebulan sekali di lokasi yang disepakati bersama. Namun, lebih dari itu, setiap pertemuan rutin juga menjadi ajang diskusi mengenai berbagai isu yang dihadapi anggota, terutama dalam bidang pertanian. PETRASA memanfaatkan momen ini untuk memberikan pendampingan dan edukasi tentang praktik pertanian selaras alam. Dengan pendekatan ini, anggota CU didorong untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis dan menerapkan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan serta berpihak pada kedaulatan pangan dan keseimbangan lingkungan.

Memperkuat Kemitraan: Diskusi Bersama Pengurus CU

Dalam upaya meningkatkan efektivitas pendampingan dan memperkuat kemitraan dengan kelompok CU, pada bulan Februari 2025, PETRASA mengadakan serangkaian pertemuan dengan para pengurus CU dampingan. Tujuan dari pertemuan ini antara lain:

  • Mensosialisasikan program PETRASA yang dapat diikuti oleh anggota CU, seperti pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida nabati, pengembangan usaha ternak, serta peningkatan kapasitas perempuan.
  • Memperkuat sistem manajemen CU, termasuk kepengurusan dan penyetoran keuangan.
  • Menampung masukan dari kelompok CU untuk meningkatkan efektivitas pendampingan.

Pertemuan ini difasilitasi oleh Lidia Naibaho, Sekretaris Eksekutif PETRASA, dan Muntilan Nababan, penanggung jawab kelompok CU dampingan. Diskusi pertama berlangsung pada 11 Februari 2025 di Balai Desa Sumbari, melibatkan pengurus CU dari Kecamatan Silima Pungga-pungga dan Siempatnempu Hilir. Pertemuan kedua diadakan pada 18 Februari 2025 di Gereja HKBP Kentara, menghadirkan pengurus CU dari Kecamatan Lae Parira dan Berampu.

Partisipasi untuk Keberlanjutan

Diskusi berlangsung terbuka, di mana setiap peserta diberikan ruang untuk menyampaikan kondisi kelompoknya, berbagi tantangan, serta mengusulkan ide-ide untuk pengembangan CU dan peningkatan kapasitas anggotanya. Dengan mendengar langsung dari para pengurus, PETRASA dapat merancang pendekatan yang lebih efektif dalam pendampingan ke depan. Pertemuan serupa juga akan dilanjutkan di kecamatan lain untuk memperluas dampak positif yang telah dirasakan.

Melalui penguatan kemitraan antara PETRASA dan kelompok CU, diharapkan ekonomi petani desa semakin kuat, kesejahteraan sosial meningkat, dan lingkungan tetap terjaga.

CU bukan hanya soal keuangan, tetapi juga tentang membangun solidaritas dan harapan bagi masa depan yang lebih baik.

Pelatihan Pembuatan Asupan Organik untuk Budidaya Mina Padi

Pada 24 Februari 2025, Yayasan PETRASA mengadakan pelatihan pembuatan asupan organik di kantor mereka. Pelatihan ini diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari anggota kelompok dampingan PETRASA dan petani muda yang tertarik dengan pertanian organik.

Pelatihan dimulai dengan sesi materi mengenai pertanian berkelanjutan dan dampak perubahan iklim. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta mengenai tantangan yang dihadapi sektor pertanian serta tindakan adaptasi dan mitigasi yang dapat diterapkan. Setelah itu, peserta mendapatkan materi mengenai pemasaran melalui kios Pangula, yang dapat membantu petani dalam memasarkan hasil pertanian organik mereka.

Selanjutnya, peserta mendapatkan teori mengenai asupan dan nutrisi organik yang diperlukan dalam proses budidaya. Setelah sesi teori, peserta mengikuti praktik pembuatan berbagai jenis asupan organik, seperti Bokashi, pestisida nabati (Pesnab), dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Semua bahan yang digunakan berasal dari lingkungan sekitar, sehingga mudah diperoleh dan lebih ramah lingkungan.

Sebagai tindak lanjut, peserta berencana membuat asupan secara mandiri di kelompok masing-masing untuk keperluan pribadi. Mereka juga berkomitmen untuk membagikan ilmu yang telah diperoleh kepada anggota kelompok lain dan membantu dalam penerapan praktik pertanian organik di komunitas mereka.

Membuka Pasar Organik Lebih Luas dengan Digital Marketing

Bagaimana cara memasarkan produk secara efektif walaupun dengan sumber daya terbatas?

Pertanyaan ini sering muncul dalam diskusi PETRASA. Sebab kami mendampingi petani organik di Dairi dan penuh semangat meningkatkan kualitas dan pemasaran produk para petani. Produk organik yang dihasilkan sudah seharusnya bisa dinikmati oleh masyarakat luas, bukan hanya di tingkat lokal. Namun, kenyataannya, banyak produk petani organik masih belum memiliki akses pasar yang luas.

Berangkat dari kegelisahan ini, PETRASA dan mitra NGO lainnya mengikuti Digital Marketing Training yang diselenggarakan oleh Aliansi Organik Indonesia (AOI) pada 4-6 Februari di Yogyakarta. Pelatihan ini menjadi angin segar bagi para pelaku usaha yang ingin memperluas jangkauan pasarnya melalui strategi digital.

Menemukan Peluang di Dunia Digital

Seiring berkembangnya teknologi, pemasaran digital telah menjadi salah satu cara paling efektif untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Dalam pelatihan ini, peserta mendapatkan berbagai ilmu praktis, mulai dari optimalisasi media sosial, penggunaan platform e-commerce, hingga teknik optimasi pencarian (SEO). Semua keterampilan ini bertujuan untuk membantu para petani dan pelaku usaha organik dalam meningkatkan visibilitas produk mereka.

Pada sesi berbagi pengalaman dalam memasarkan produknya, PETRASA menyampaikan, “Kami biasanya hanya menjual di pasar lokal atau melalui kenalan. Tapi dengan media sosial dan e-commerce, peluang kami semakin besar.”

Digital Marketing: Lebih dari Sekadar Penjualan

Namun, tujuan digital marketing bukan hanya meningkatkan penjualan. Lebih dari itu, ini adalah cara untuk mengampanyekan gaya hidup sehat dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi produk organik. Dengan strategi digital yang tepat, produk organik bukan hanya sekadar komoditas, tetapi juga bagian dari gerakan yang lebih besar untuk mendukung kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.

PETRASA kini semakin optimis bahwa pemasaran produk organik dapat berkembang lebih luas. Pelatihan ini membuka wawasan PETRASA bahwa pemasaran tidak harus mahal. Dengan strategi digital yang tepat, produk organik bisa dikenal lebih luas.

Dengan bekal ilmu dari pelatihan ini, langkah selanjutnya adalah menerapkan strategi digital yang telah dipelajari. Harapannya, produk organik lokal dapat menembus pasar yang lebih luas, menjangkau lebih banyak orang, dan membawa dampak positif bagi petani serta konsumen. Karena setiap produk organik yang terjual bukan hanya transaksi, tetapi juga langkah kecil menuju gaya hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Memahami dan Menjaga Kesuburan Tanah: Training of Trainer Ekologi Tanah

Tanah merupakan sistem hidup yang sangat penting sebagai sumber kehidupan bagi makhluk hidup di bumi. Dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah serta sebagai langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, Aliansi Organik Indonesia (AOI) mengadakan Training of Trainer (TOT) Ekologi Tanah. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang ekologi tanah serta metode konservasi tanah, sehingga peserta dapat menjadi fasilitator yang nantinya akan melatih calon pelatih lainnya. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari dan diikuti oleh berbagai peserta, termasuk staf organisasi serta petani dampingan.

Pelaksanaan TOT Ekologi Tanah

Pelatihan TOT Ekologi Tanah kali ini diadakan di Learning Center Yayasan Ate Kelleng, berlangsung dari tanggal 11 hingga 14 Februari 2025. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah, termasuk Region Sumatera dan Kalimantan. Salah satu organisasi yang turut serta adalah PETRASA, yang mengirimkan dua orang staf dan satu orang petani dampingan.

Materi dan Kegiatan Pelatihan

Hari pertama dimulai dengan sesi pendidikan orang dewasa (andragogi), di mana peserta mempelajari teknik kepemanduan. Mereka diajarkan untuk menganalisis kebutuhan pelatihan, merancang, serta mengevaluasi proses pelatihan agar dapat diterapkan dengan baik dalam konteks pertanian organik. Selain itu, peserta juga diperkenalkan dengan konsep ekologi tanah, termasuk sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh tanah.

Hari kedua berfokus pada sifat fisik tanah, seperti tekstur, porositas, kapilaritas, dan aerasi tanah. Peserta melakukan berbagai praktik, seperti menghitung persentase kandungan tanah (batuan, pasir, tanah liat, dan humus), menganalisis kebutuhan air tanaman, serta menguji kemampuan tanah dalam menyerap air dan menyediakan oksigen bagi organisme di dalamnya.

Hari ketiga membahas sifat kimia dan biologi tanah. Peserta melakukan uji pH tanah, mengidentifikasi unsur hara, serta mengukur kapasitas tukar kation (KTK). Selain itu, peserta juga mempelajari tiga kelompok utama organisme dalam tanah, yaitu mikroorganisme (bakteri, jamur, virus), mesoorganisme (nematoda), dan makroorganisme (cacing, serangga, akar tanaman).

Hari terakhir ditutup dengan diskusi mengenai unsur hara sebagai nutrisi penting bagi tanaman. Selain itu, peserta menyusun rencana tindak lanjut, yaitu berbagi pengetahuan dengan petani di lembaga dampingan masing-masing dan melaksanakan TOT di wilayah mereka.

Siap Menebar Dampak

Pelatihan ini menanamkan prinsip bahwa prioritas utama dalam pertanian organik adalah menyehatkan tanah terlebih dahulu. Dengan memahami kondisi tanah, petani dan fasilitator dapat menentukan perlakuan yang tepat bagi lahan pertanian mereka. Para peserta TOT diharapkan mampu menjadi fasilitator yang kompeten dalam bidang ekologi tanah, serta dapat menerapkan dan menyebarluaskan ilmu yang telah mereka peroleh di komunitas pertanian masing-masing.

Melalui pelatihan ini, diharapkan semakin banyak petani yang memahami pentingnya ekologi tanah dan mampu menerapkan metode konservasi tanah yang berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan.

Langkah Perempuan: Dari Pemahaman Gender Menuju Keadilan

Di berbagai aspek kehidupan, perempuan memainkan peran penting, baik dalam ranah domestik maupun publik. Namun, mereka sering menghadapi tantangan seperti beban kerja ganda, diskriminasi di lingkungan keluarga, pekerjaan, dan sosial. Untuk membekali perempuan dengan pemahaman yang lebih baik tentang kesetaraan gender, PETRASA mengadakan Pelatihan Perempuan Potensial Serial Pertama pada 13-14 Februari 2025 dengan tema “Gender dan Keadilan Gender”.

Sebanyak 20 perempuan petani dampingan PETRASA mengikuti pelatihan ini. Mereka berdiskusi tentang berbagai topik mendasar, termasuk perspektif dan konsep gender, peran dan pembagian kerja berbasis gender, serta bentuk-bentuk ketidakadilan seperti kekerasan dan diskriminasi berbasis gender. Selain itu, mereka juga mengeksplorasi langkah-langkah untuk mewujudkan keadilan gender di lingkungan mereka.

Salah satu topik utama yang dibahas adalah konsep gender itu sendiri. Gender bukanlah sekadar perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, melainkan konstruksi sosial yang menentukan peran, fungsi, dan tanggung jawab mereka dalam masyarakat. Konsep ini terus berkembang seiring dengan perubahan zaman.

Keadilan gender berarti memberikan perlakuan yang adil kepada laki-laki dan perempuan, memastikan tidak ada lagi pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marjinalisasi, atau kekerasan berbasis gender. Dalam diskusi, para peserta berbagi pengalaman tentang ketimpangan gender yang mereka hadapi, baik di dalam rumah tangga maupun di komunitas mereka.

Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan, diskusi aktif, dan refleksi mendalam yang mereka bagikan. Salah satu peserta bercerita tentang bagaimana ia sering merasa terbebani dengan pekerjaan rumah tangga yang tidak terbagi rata dengan suaminya. Ada juga yang mengungkapkan bahwa anak perempuannya sering dibatasi dalam memilih pendidikan atau pekerjaan, sementara anak laki-lakinya lebih didorong untuk mengambil peran-peran tertentu dalam masyarakat.

Melalui pelatihan ini, para peserta menyadari bahwa kesetaraan gender bukan hanya tentang perempuan, tetapi juga tentang keadilan bagi semua orang. Mereka menuliskan harapan agar suami dan anggota keluarga lainnya dapat lebih memahami pentingnya pembagian peran yang setara di rumah. Lebih dari itu, mereka ingin menanamkan nilai-nilai kesetaraan kepada anak-anak mereka agar baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk bersekolah, bekerja, dan berkontribusi dalam kehidupan sosial maupun politik.

Pelatihan ini menjadi langkah awal dalam perjalanan panjang menuju masyarakat yang lebih adil dan setara gender. Dengan kesadaran yang telah dibangun, para perempuan ini kini siap untuk membawa perubahan dalam keluarga dan komunitas mereka.

Kios Pangula: Menghubungkan Konsumen dengan Produk Organik Lokal

edukasi konsumen kios pangula dan ptrasa

Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pertanian organik dan memperluas jangkauan pemasaran produk, Kios Pangula bersama PETRASA menyelenggarakan program edukasi bertajuk “Manfaat Mengkonsumsi Produk Organik”. Acara ini berhasil menghadirkan Ibu Imelda Purba, Kepala Bidang Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi, sebagai narasumber utama. Dalam kesempatan tersebut, beliau membagikan wawasan mendalam mengenai manfaat luar biasa dari konsumsi produk organik bagi kesehatan.

Mengapa Produk Organik Begitu Penting?

Dalam paparannya, Ibu Imelda menyoroti empat alasan utama mengapa produk organik menjadi pilihan yang lebih sehat dan ramah lingkungan:

  1. Minim Paparan Pestisida Sintetis Produk organik diproduksi dengan sedikit atau tanpa penggunaan pestisida sintetis, sehingga mengurangi risiko paparan bahan kimia berbahaya.
  2. Lebih Sedikit Pengawet (Aditif) Dibandingkan dengan produk konvensional, produk organik biasanya mengandung lebih sedikit bahan pengawet, menjadikannya pilihan yang lebih alami.
  3. Ramah Lingkungan Pertanian organik menerapkan konsep pengelolaan tanah yang berkelanjutan, yang tidak hanya menjaga kesuburan tanah tetapi juga mendukung ekosistem lokal.
  4. Biodiversitas Lebih Tinggi Metode pertanian organik mempromosikan keanekaragaman hayati, yang penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Beliau juga menegaskan bahwa konsumsi produk organik dapat membantu menghindari residu kimia berbahaya yang sering ditemukan pada produk non-organik. “Residu kimia adalah salah satu faktor penyebab penyakit serius seperti tumor dan kanker. Oleh karena itu, langkah Petrasa dalam mendorong petani untuk beralih ke pertanian organik patut diapresiasi,” ujar Ibu Imelda dengan penuh semangat.

Interaksi Produsen dan Konsumen: Kunci Meningkatkan Kualitas

Acara ini juga menjadi wadah interaksi langsung antara produsen dan konsumen. Melalui diskusi yang hangat, konsumen memberikan masukan berharga kepada Kios Pangula untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dipasarkan setiap minggunya. Dalam suasana penuh keakraban, mereka saling berbagi pengalaman tentang perjalanan sembilan tahun Kios Pangula dalam memasarkan hasil pertanian berbasis kelestarian alam.

Diskusi ini tidak hanya mempererat hubungan antara produsen dan konsumen, tetapi juga memberikan motivasi baru bagi para petani dampingan PETRASA. Para petani merasa didukung untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas produk organik mereka, yang pada akhirnya membawa manfaat besar bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Komitmen Bersama untuk Masa Depan Lebih Sehat

Dengan semakin tingginya kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat, konsumsi produk organik menjadi solusi yang relevan untuk mendukung kesehatan individu sekaligus menjaga kelestarian alam. Inisiatif seperti edukasi ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara berbagai pihak dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan.

Kios Pangula dan PETRASA mengajak seluruh masyarakat untuk bergabung dalam gerakan ini. Dengan memilih produk organik, kita tidak hanya berkontribusi pada kesehatan diri sendiri, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan petani lokal. Mari bersama-sama membangun masa depan yang lebih sehat dan harmonis dengan alam!

Orientasi Budidaya Lebah Madu di Desa Lingga Raja II: Solusi Adaptasi Perubahan Iklim dan Peningkatan Pendapatan Petani

Budidaya Lebah Madu PETRASA

Orientasi peternakan lebah madu di Desa Lingga Raja II, yang diselenggarakan bersama Pemerintah Desa Lumban Toruan, merupakan bagian dari tindak lanjut Sosialisasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang diadakan pada 28 Oktober 2024 di Desa Sumbul Tengah. Program ini merupakan upaya bersama Petrasa dan Pemerintah Desa Lumban Toruan untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus mengatasi dampak perubahan iklim melalui pengembangan peternakan lebah madu.

Pada orientasi ini, peserta mendapat wawasan dari Amang Laia, seorang petani-peternak lebah madu yang telah sukses dalam budidaya lebah madu dan pemasarannya. Ia berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait budidaya lebah madu.

Keberadaan lebah madu sangat bermanfaat bagi sektor pertanian, karena lebah berperan penting dalam penyerbukan tanaman. Proses penyerbukan oleh lebah tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga meningkatkan kualitas tanaman yang dihasilkan petani.

Selain itu, peternakan lebah madu juga mendukung penggunaan asupan organik yang ramah lingkungan. Asupan organik ini, yang diproduksi tanpa bahan kimia, sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup lebah dan menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Dengan mengembangkan peternakan lebah madu, para petani dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan pestisida, serta memanfaatkan produk lebah seperti madu dan propolis untuk menambah pendapatan mereka.

Melalui orientasi ini, diharapkan peternakan lebah madu dapat diterapkan secara luas di Desa Lingga Raja II sebagai langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Selain memberikan manfaat bagi lingkungan, peternakan lebah madu juga menjadi peluang ekonomi baru bagi petani setempat, sekaligus menjadi solusi cerdas untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan di tengah tantangan perubahan iklim.

Dari Desa untuk Iklim: Pembuatan Asupan Organik di Sumbul Tengah

Pembuatan Kompos

Pelatihan Pembuatan Asupan Organik yang diselenggarakan di Desa Sumbul Tengah merupakan tindak lanjut dari Sosialisasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang dilaksanakan pada 18 Oktober 2024. Acara pelatihan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Pemerintah Desa Sumbul Tengah, ibu-ibu PKK, dan Kelompok Tani, yang bersemangat untuk mengimplementasikan pengetahuan baru yang akan menguntungkan pertanian dan lingkungan mereka.

Antusiasme peserta terlihat jelas dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, menandakan bahwa mereka sangat peduli terhadap masa depan pertanian yang berkelanjutan dan dampaknya terhadap perubahan iklim. Ini menjadi harapan kita bersama agar upaya pembuatan asupan organik dapat dilanjutkan dan berkembang ke depannya.

Dalam pelatihan ini, ibu-ibu PKK, Kelompok Tani, dan Pemerintah Desa Sumbul Tengah bekerja sama untuk memproduksi berbagai jenis asupan organik, seperti ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), Pestisida Nabati, Bokashi, dan Eco Enzyme. Menariknya, semua bahan yang digunakan berasal dari sumber daya alam yang ada di desa, sehingga proses produksi ini tidak memerlukan biaya besar atau bahan kimia yang mahal. Sebagai hasilnya, mereka berhasil membuat sekitar 5 ember asupan organik yang siap digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.

Langkah ini tidak hanya menguntungkan dari sisi ekonomi karena mengurangi pengeluaran untuk pembelian bahan kimia, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tanah dan keberlanjutan lingkungan. Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia, diharapkan kualitas tanah akan semakin baik, dan hasil pertanian dapat menjadi lebih sehat serta ramah lingkungan.

Melalui inisiatif ini, diharapkan Desa Sumbul Tengah dapat menjadi contoh bagi desa-desa lainnya dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Masyarakat desa berperan sebagai agen perubahan dalam menjalankan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, yang tidak hanya bermanfaat bagi mereka saat ini, tetapi juga bagi generasi yang akan datang.