Galakkan Semangat PSA, Petani Buat Pupuk Bokashi Sendiri

Kemajuan Pertanian Selaras Alam (PSA) dapat terwujud apabila petani secara aktif mau belajar dan melatih diri untuk membuat pupuk dan pestisida dari sumber daya alam. Hal inilah yang sedang dikerjakan oleh para petani dari CU Eben Ezer di Desa Kentara, Laeparira. Mereka bergotong royong untuk membuat pupuk bokashi dan pestisida nabati menggunakan bahan-bahan dari sumber daya alam yang ada di lingkungan tinggal mereka.

Pada Selasa lalu (21/8/18) lalu, 41 orang petani yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 31 perempuan bekerjasama mengumpulkan bahan-bahan pembuatan bokashi dan pestisida nabati. Bahan-bahan tersebut antara lain batang jagung, batang pisang, rumput-rumputan, daun jambu, daun sirsak, daun kemangi, kotoran ternak, dan bumbu dapur seperti bawang dan andaliman.

Sebelum mulai mengolah bahan-bahan tersebut menjadi bokashi, para petani bernyanyi bersama untuk meningkatkan semangat kerja mereka. Mereka menggubah lagu potong bebek angsa menjadi lagu penyemangat dalam bahasa Batak. Melalui lirik lagu yang mereka ubah, mereka berharap pertanian selaras alam akan memberikan hasil panen yang banyak untuk ladang dan ternak mereka.

Setelah bernyanyi, para petani pun mulai mengangkat bahan-bahan yang sudah mereka kumpulkan di halaman rumah hijau sayuran organik Natama. Mereka estafet mengantarkan bahan-bahan tersebut kepada Bapak Dohar Sinaga yang bertugas untuk menghaluskan bahan-bahan dengan mesin penggiling. Sementara di sisi lain, dua petani sudah bersedia menyendok bahan-bahan yang sudah halus ke dalam beko. Setelah penuh, petani lain pun membawa bahan halus tersebut ke belakang rumah hijau untuk ditumpuk dan diolah dengan bahan lainnya.

Meski tangki minyak mesin sempat rusak, para petani tidak kehilangan semangat. Selepas makan siang, mereka dengan kreatif memperbaiki tangki minyak mesin penggiling dan mulai lagi mencacah bahan-bahan pembuatan bokashi. Di saat yang bersamaan, beberapa petani mengolah bumbu dapur seperti andaliman, gula merah, dan bawang untuk nanti dicampurkan dengan bahan-bahan alam yang sudah dihaluskan untuk membuat pestisida nabati.

Goklasni Manullang sebagai pendamping dari Divisi Pertanian terus memantau dan membantu para petani dalam membuat bokashi dan pestisida nabati. Dengan bantuan, Ibu N. br Pakpahan yang menjadi penanggung jawab rumah hijau Natama, para petani diarahkan untuk menakar dan mencampurkan bahan-bahan dengan komposisi yang tepat.

Kerja sama CU Eben Ezer memang sangat rapi karena mereka sebelumnya juga pernah memenangkan penghargaan sebagai Juara 1 Kelompok Terbaik dan juga untuk kategori Kebun Keluarga pada perayaan hari ulang tahun PPODA beberapa bulan lalu. Tanpa mengeluh, dengan riang mereka menyelesaikan pembuatan pupuk bokashi dan pestisida nabati hingga pukul lima sore. Pupuk bokashi dan pestisida nabati sudah bisa dipakai dalam waktu dua minggu hingga satu bulan setelah dibuat.

Goklasni juga menjelaskan, pelatihan ini kembali dilakukan agar petani di CU Eben Ezer mampu mempraktikkan dan mengaplikasikan Pertanian Selaras Alam secara konsisten dalam budidaya tanaman alami.

 

FRT

Tingkatkan Kepercayaan Produk Organik, PETRASA Gelar Diskusi  PAMOR  

Masanobu Fukuoka, penulis buku The One-Straw Revolution: An Introduction to Natural Farming menulis dalam bukunya, “…bukannya teknik bertanam yang merupakan faktor yang paling penting, melainkan lebih kepada pikiran petaninya.”

 

Sejatinya, pernyataan Masanobu Fukuoka ini sejalan dengan perhatian PETRASA. Demi mendorong pertanian selaras alam, kami memberikan pemahaman dari berbagai sudut pandang kepada petani organik di Kabupaten Dairi.

Pada Selasa hingga Rabu, tepatnya 24-25 Juli lalu, PETRASA bersama dengan 10 orang petani organik dari berbagai desa di Kabupaten Dairi berkumpul di Kantor Petrasa untuk mengikuti pelatihan dan diskusi tentang Penjaminan Mutu Organik (PAMOR).

Ada tiga sistem penjaminan kualitas produk organik. Ketiganya adalah sistem penjaminan diri sendiri, sistem penjaminan pihak ketiga, dan sistem penjaminan komunitas atau Participatory Guarantee System (PGS). Sistem penjaminan diri sendiri berupa klaim yang sifatnya pribadi. Sebaliknya, sistem penjaminan pihak ketiga melibatkan sebuah lembaga yang diakui pemerintah untuk mensertifikasi sebuah produk.

Sementara itu, PGS adalah sebuah sistem penjaminan mutu organik yang berdasar pada partisipasi aktif dari berbagai stakeholder yang dibangun berlandaskan kepercayaan, jaringan sosial, dan pertukaran pengetahuan. Artinya orang yang terlibat dalam menjamin kualitas organik sebuah produk berasal dari pihak-pihak yang terlibat aktif seperti petani, lembaga swadaya masyarakat, konsumen, ahli gizi, dan pemerintah daerah.

Dalam perjalanannya, bisnis pertanian organis di seluruh dunia terkendala dengan sistem sertifikasi produk mereka. Selama ini, sistem sertifikasi pihak ketiga seolah menjadi jawaban satu-satunya untuk memastikan organik tidaknya produk petani.

Di sisi lain, prosedur sertifikasi yang panjang dari sistem penjaminan pihak ketiga memberatkan petani kecil. Prosedur yang panjang tentu memakan waktu yang lama pula. Apalagi letak lembaga sertifikasi pihak ketiga umumnya ada di ibukota atau kota besar. Petani kecil kesulitan untuk mengaksesnya.

Selain itu, sistem sertifikasi pihak ketiga juga membutuhkan banyak biaya hingga mencapai ratusan juta. Tentu petani kecil tidak mampu mengeluarkan uang sebanyak itu untuk mendapat sertifikat. Oleh karena itu, PGS hadir sebagai alternatif penjaminan mutu yang sama meyakinkannya dengan sertifikasi pihak ketiga.

Sejatinya, di beberapa negara seperti Thailand dan Argentina, sistem PGS sudah dikenal dan bahkan diakui oleh pemerintah. Di Indonesia, sistem PGS ini dikenal dengan nama Penjaminan Mutu Organik (PAMOR) pada tahun 2008 di Yogyakarta. Saat ini PAMOR berada dalam naungan Aliansi Organis Indonesia (AOI) dan gencar memberikan sosialisasi PAMOR di seluruh Indonesia.

Inilah yang menjadi agenda diskusi petani organik bersama PETRASA dengan AOI. Diskusi yang dilaksanakan selama dua hari ini dibuka oleh Restu Aprianta Tarigan, perwakilan PAMOR Sumatera Utara. Ia menjelaskan penjaminan mutu produk organis penting untuk menjembatani kepercayaan antara petani dan konsumen. Alasan ini yang kemudian menjadi pintu masuk untuk menjelaskan pentingnya PAMOR bagi para peserta diskusi.

“Ada tiga motto PAMOR yang penting untuk diingat. PAMOR itu murah, mudah dan terpercaya. Murah secara biaya, mudah secara proses, dan terpercaya karena melibatkan pihak-pihak yang ada di sekitar kita,” terang pria yang akrab dipanggil Anta.

Suasana diskusi sangat hidup karena para petani dan staf PETRASA aktif bertanya. Mereka antusias membedah lebih dalam sejauh mana PAMOR dapat menjadi jawaban masalah kepercayaan konsumen selama ini. Diskusi juga interaktif karena para petani dilibatkan langsung memberikan ide dan saran untuk membuat standar internal pertanian organis sesuai kearifan lokal petani Dairi.

Koster Tarihoran, petani kopi organik yang telah membuat home industry bernama Sidikalang Arabica Coffee mengaku semangat dengan diskusi PAMOR ini.

“Ini bagus ya, ke depannya semoga bisa lebih banyak orang yang jadi percaya dan mau beli kopi kita kalau sudah tersertifikasi,” ungkapnya disela-sela diskusi.

 

PAMOR Bisa Menjawab Tantangan Pasar

            Pada praktiknya, sejumlah supermarket di Indonesia menjual berbagai produk organik seperti beras dan sayuran. Artinya, produk organik dari petani memiliki peluang pasar yang sangat besar. Akan tetapi, supermarket tetap meminta adanya sertifikat organik demi menjaga kepercayaan konsumen. Inilah yang menjadi tantangan besarnya.

Diskusi pada hari kedua pun berfokus pada peluang pasar produk organik di Indonesia. Peserta diskusi menyambut dengan hangat Direktur AOI St. Wangsit dan Koordinator Program AOI, Nurhania Retno Eka. Mereka menerangkan kehadiran PAMOR dapat menjadi jawaban untuk tantangan pasar yang lebih luas.

Sebelum jauh ke sana, Nia menantang petani organik dan staf PETRASA untuk membedah model bisnis kanvas salah satu produk organik petani Dairi, Sidikalang Arabica Coffee (SAC).

Peserta yang dibagi ke dalam tiga kelompok berdiskusi selama 30 menit.  Mereka membedah sembilan komponen model bisnis kanvas dengan mengevaluasi perjalanan SAC dalam setahun terakhir. Melalui diskusi itu para peserta sepakat, ada banyak hal yang perlu dibenahi dalam manajemen bisnis SAC. Meski begitu, petani organik Dairi optimis bahwa SAC bisa lebih baik lagi jika berhasil mendapatkan sertifikat PAMOR untuk menjamin kualitasnya.

Diskusi PAMOR dan Model Bisnis Kanvas Sidikalang Arabica Coffee menjadi pengantar untuk sebuah target yang lebih besar. Anta, Wangsit dan Nia dari AOI bersama dengan PETRASA mengajak para petani organik untuk membentuk UNIT PAMOR di Kabupaten Dairi. Kesamaan tujuan untuk menyejahterakan kehidupan petani organis menjadi roda yang menggerakkan semua pihak AOI, PETRASA, dan petani untuk menginisiasi pembentukan Unit PAMOR Pangula Dairi (UPPD).

Sekretaris Eksekutif PETRASA Lidia Naibaho menyampaikan pentingnya komitmen dari berbagai pihak untuk bisa mewujudkan UPPD. “Kita telah mendapat banyak ilmu baru selama dua hari ini, semoga ini membuka pikiran kita dan kita bisa menjaga semangat supaya bisa membentuk dan membangun UPPD ini.” ujar Lidia merangkum pertemuan tersebut.

 

 

Febriana R Tambunan

Diskusi Perangkat Desa, Membangun Indonesia dari Pinggiran

Dalam banyak kesempatan, PETRASA terus berusaha mendorong kesejahteraan para petani kecil di desa. Untuk mewujudkannya, PETRASA senantiasa membuka sebanyak mungkin ruang dan jalan. Salah satunya adalah dengan melaksanakan diskusi perangkat desa yang sejalan dengan salah satu program prioritas Nawacita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada butir ketiga yakni “Membangun Indonesia dari Pinggiran”.

PETRASA meyakini akan ada dampak besar bagi kehidupan para petani di desa bila program ini berjalan dengan baik. Dengan kata lain, kesejahteraan para petani di desa akan semakin baik bila pembangunan desa mandiri berhasil. PETRASA pun berinisiatif untuk mempertemukan seluruh perangkat desa  di Kecamatan Lae Parira dan di Kecamatan Sumbul dengan Kepala Bidang Pembangunan dan Keuangan Desa dan Tenaga Ahli Pendamping Desa Kabupaten Dairi. Pertemuan ini adalah sebuah kegiatan peningkatan kapasitas bagi perangkat desa dalam rangka meningkatkan kinerja mereka sesuai dengan implementasi UU Desa No.6 Tahun 2014.

 

Diskusi Perangkat Desa di Kecamatan Lae Parira

Pada Senin (23/7/2018) lalu, PETRASA melaksanakan diskusi dengan perangkat desa di Aula Kantor Kecamatan Lae Parira. Ada sekitar 70 orang perangkat desa yang hadir mewakili sembilan desa di Kecamatan Lae Parira. Kesembilan desa itu adalah Desa Bulu Diri, Desa Kaban Julu, Desa Kentara, Desa Lae Parira, Desa Lumban Sihite, Desa Lumban Toruan, Desa Pandiangan, Desa Sempung Polling, dan Desa Sumbul.

Pada kesempatan tersebut, hadir pula Camat Lae Parira, Edison Siringringo, yang mengarahkan para perangkat desa yang hadir untuk mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari para narasumber demi peningkatan dan perbaikan kinerja mereka.

Diskusi dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama yang dimulai pada pukul 10.10 WIB menghadirkan Edison Silalahi selaku Kepala Bidang Pembangunan dan Keuangan Desa Kabupaten Dairi. Beliau menjelaskan dasar-dasar hukum yang mengatur posisi, tugas, dan fungsi perangkat desa. Dengan rinci, beliau juga menjabarkan tugas dan fungsi dari setiap perangkat desa mulai dari Sekretaris Desa hingga Kaur per Bidang.

Dalam penjelasannya, Bapak Edison Silalahi menyoroti rendahnya kinerja perangkat desa disebabkan oleh pemahaman perangkat desa yang rendah pada tugas mereka masing-masing.  Kebanyakan dari mereka belum tahu sejauh mana tugas dan fungsi mereka salah satunya dalam penyusunan anggaran dana desa. Juga masih banyak desa yang belum memiliki data-data umum seperti profil desa, jumlah penduduk desa, dan data penting lainnya. Kekurangan ini menyebabkan banyak program pembangunan di desa mandek. Tidak hanya itu, program bantuan pemerintah lainnya pun sering kali menjadi tidak tepat sasaran.

Untuk memberi penjelasan yang bersifat teknis kepada perangkat desa, PETRASA juga menghadirkan Tenaga Ahli Pendamping Desa Kabupaten Dairi, yaitu Bapak P. Sinaga dan Ibu M. br Siahaan. Kedua tenaga ahli ini menjelaskan peran mereka kepada perangkat desa sebagai pembimbing dalam segala hal yang berurusan dengan program kerja desa. Mereka menekankan pentingnya kerjasama yang progresif dari perangkat desa. Sebab desa sekarang didorong untuk mandiri dengan memberdayakan apa yang ada di desanya.

Kami di sini mendampingi desa sampai desa mandiri dalam menjalankan tugas-tugasnya. Setelah itu kami akan lepas karena kami percaya desa sudah bisa jalan sendiri,” jelas Ibu M. br Siahaan kepada perangkat desa.

Perangkat desa yang hadir menyimak penjelasan para narasumber dengan seksama. Meski demikian, mereka belum menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk membahas permasalahan desa yang mereka hadapi. Hal ini terlihat dari sedikitnya perangkat desa yang bertanya kepada para narasumber.

Satu-satunya pertanyaan datang dari Ronald Pane, Kaur Keuangan dari Desa Lae Parira. Ia meminta saran kepada narasumber tentang pentingnya memilih TPK (Tim Pengelola Kegiatan) berdasarkan kemampuan mengerjakan tugas. Ia mengeluhkan seringnya TPK yang terpilih harus dari Kasi Perencanaan Keuangan yang tidak mampu mengerjakan tugasnya.Akhirnya sering program yang sudah direncanakan tidak berjalan dengan seharusnya.

Hal ini ditanggapi langsung oleh pendamping desa. Ia menekankan pemilihan TPK harus sesuai dengan tugas dan fungsi yang ada dalam peraturan dan yang paling penting mampu mengerjakan tugas, karena itulah semua perangkat desa perlu selalu meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan tupoksi di masing-masing bidang.

Diskusi ini berakhir pada pukul 15.00 WIB dengan foto bersama seluruh peserta. PETRASA berharap diskusi ini akan menambah kapasitas perangkat desa dalam melakukan berbagai tugasnya dalam mendukung terwujudnya desa yang sejahtera dan mandiri.

 

Diskusi Perangkat Desa di Kecamatan Sumbul

Kegiatan serupa juga dilaksanakan di Kecamatan Sumbul pada Kamis (26/7/2018) lalu. PETRASA yang bekerja sama dengan Camat Sumbul mengundang 19 desa untuk hadir dalam diskusi perangkat desa yang bertempat di Aula Kantor Camat Sumbul.

Kegiatan dihadiri oleh sekitar 144 orang dari 19 desa di Kecamatan Sumbul. Melihat antusiasme yang tinggi, Camat Sumbul Tikki Simamora mengajak para perangkat desa untuk benar-benar memanfaatkan diskusi ini untuk membenahi masalah di desa masing-masing.

Beliau menyoroti beberapa masalah yang sering  ditemukan di desa. Salah satu masalah yang menjadi perhatiannya adalah proses kerja yang lambat di desa. Beliau sering menjumpai warga desa justru datang ke kantor Camat untuk mengurus satu surat yang seharusnya menjadi pekerjaan kantor desa.

Masih dengan materi dan narasumber yang sama, Edison Sihombing, Kepala Bidang Pemberdayaan dan Keuangan Desa Kabupaten Dairi kembali menjelaskan materi penting mengenai tugas dan fungsi perangkat desa. Ia juga menambahkan delapan etos kerja yang penting bagi perangkat desa. Salah satunya adalah dengan menekankan nilai amanah dalam bekerja.

Beliau mengingatkan para perangkat desa untuk melayani masyarakat dengan setulus hati sebab masyarakat desalah yang telah memilih dan mengizinkan mereka untuk bekerja sebagai perangkat desa. Niscaya etos kerja ini akan memberi dampak yang lebih baik bagi kinerja para perangkat desa.

Dalam sesi ini, seorang peserta yang adalah Sekretaris Desa Pegagan Julu VII, Charles Sihombing pun mengajukan pertanyaan. Ia bertanya perihal penggunaan dana desa untuk membangun kantor desa yang sudah tidak layak huni. Menurut Bapak Edison, pembangunan kantor desa masuk dalam kategori prioritas pembangunan infrastruktur desa. Namun anggarannya hanya bisa digunakan dari Anggaran Dana Desa yang diturunkan dari APBD Kabupaten.

Diskusi Perangkat Desa di Kecamatan Sumbul dihadiri perwakilan 19 desa.

 

Dalam kesempatan itu, PETRASA pun memberikan cinderamata berupa  Sidikalang Arabica Coffee, produk olahan home industry petani kopi Arabika dari Dusun Lae Pinagar, Desa Perjuangan, Sumbul. Dengan memperkenalkan kopi tersebut, PETRASA ikut mengajak para perangkat desa untuk membenahi desa masing-masing demi membantu kesejahteraan warga desa terutama petani-petani kecil.

Sejalan dengan harapan Camat Lae Parira dan Sumbul, PETRASA ingin diskusi ini menjadi pembaharuan ilmu dan meningkatkan kesadaran para perangkat desa tentang pentingnya peran mereka dalam membangun Indonesia dari pinggiran. Desa tidak lagi menjadi objek pembangunan melainkan subjek pembangunan. Perangkat desa harus bersama-sama memetakan masalah desanya dan bermusyawarah menciptakan program yang tepat sasaran untuk kemajuan desa.

Tak Kenal maka Tak Beli, Konsumen Kunjungi Green House Sayuran Organik “Natama”

Di Petrasa, kami terus menggalakkan semangat pertanian dan peternakan organik. Salah satu cara yang kami lakukan adalah dengan membuat rumah hijau atau Green House Sayuran Organik “Natama” di Desa Kentara, Kecamatan Lae Parira. Green house ini dikelola oleh petani dampingan Petrasa, yaitu Ibu br. Pakpahan. Beliau menanam berbagai jenis sayuran seperti sawi, pakcoy, selada, dan daun seledri. Ibu Pakpahan bersama suaminya menanam dan merawat semua sayuran secara organik. Bahkan mereka juga membuat sendiri pupuk organik dari berbagai sumber daya alam yang ada di sekitar mereka.

Setiap hari Selasa, panen sayur-sayuran dari Green House ini dijual ke foodtruck Petrasa. Setelah panen, kami membersihkan dan membungkus sayur-sayuran tersebut agar siap jual. Keesokan paginya, kami akan mendatangi kantor-kantor pemerintahan dan konsumen lain di Sidikalang untuk menjajakan sayuran segar dan produk organik lain seperti beras dan kopi kepada konsumen.

Petrasa aktif mendampingi para petani untuk menanam dan merawat sayur-sayuran di green house dan kebun keluarga organik yang ada di sekitaran Lae Parira dan beberapa desa lainnya. Hingga saat ini kami sudah memiliki sekitar 80 konsumen yang rutin membeli sayuran organik setiap minggunya.

Untuk menjalin hubungan baik antara produsen dan konsumen sayuran organik, Petrasa berinisiatif untuk mempertemukan kedua belah pihak. Pada tanggal 17 Juli 2018, Petrasa bersama dengan 13 orang konsumen sayuran organik mengunjungi green house Sayuran Organik “Natama” di Desa Kentara. Pertemuan ini menjadi ruang untuk menjawab rasa penasaran para konsumen akan proses penanaman dan perawatan sayuran organik yang selama ini mereka beli.

Sebelum menuju green house, konsumen yang seluruhnya adalah kaum ibu, bertemu kenal dengan petani sayuran organik di kediaman Bapak P. Sihombing dan Ibu R br. Purba. Pada kesempatan itu, hadir pula Ibu S. br. Sihombing yang juga petani organik. Setelah berkenalan, Ridwan Samosir, koordinator Divisi Pemasaran Petrasa menyampaikan maksud pertemuan ini dan mempersilahkan para petani membagikan cerita mereka menanam dan merawat sayuran organik selama ini.

Dengan penuh semangat, Ibu R. br. Purba menceritakan pengalaman sulitnya memulai bertani organik. Para tetangga yang juga petani awalnya meremehkan usahanya bersama suami. Apalagi saat mereka membawa pulang rumput-rumput yang mereka kumpulkan dari ladang untuk dijadikan bahan membuat pupuk organik. Ada juga tetangga yang menganjurkan mereka untuk memberi pupuk kimia saja agar sayuran cepat tumbuh dan besar.

“Awalnya sulit untuk mulai bertani organik, banyak orang, apalagi ada tetangga yang menyepelekan,” ungkap R. br Purba.

Hal tersebut dibenarkan oleh S. br. Sihombing. Meski begitu, ia berterima kasih kepada para konsumen. Oleh karena permintaan dari konsumenlah, mereka bertahan menanam sayuran organik. Di lahannya, ia mendedikasikan diri untuk merawat sayuran dan mengolah bahan-bahan alam untuk dijadikan pupuk organik.

Lidia Naibaho, Direktur Program Petrasa yang juga hadir dalam kegiatan ini memberikan informasi tentang perkembangan pertanian organik secara umum dan tantangan yang dihadapi oleh para petani dalam mengaplikasikan sistem ini di lahan mereka. Beberapa kendala yang meliputi resiko gagal panen dan juga tingginya biaya sewa lahan adalah beberapa hal yang membuat banyak petani enggan bertani organik.

Para konsumen pun semakin penasaran dengan proses penanaman dan perawatan organik yang dilakukan oleh para petani. Sebelum menuju green house, kami pun makan siang bersama dengan menu ayam gulai dan nasi hangat yang disediakan oleh keluarga P. Sihombing dan R br. Purba. Menu yang tersedia saat itu seluruhnya menggunakan bahan organik.

“Ini nasinya juga dari beras organik,” ungkap Ibu R br. Purba yang kemudian diikuti pujian dan pertanyaan dari para ibu konsumen. Mereka memuji rasa nasinya dan kian puas setelah mengetahui berbagai kelebihan dan manfaat dari nasi organik tersebut.

Setelah puas makan siang, Petrasa pun mengajak mereka ke Green House Natama untuk melihat kondisi sayuran di sana. Di lahan green house seluas 45 meter persegi, mereka melihat sendiri sayur-sayuran yang ditanam. Ada berbagai macam sayuran seperti pakcoy, sawi, tomat, hingga selada. Sayuran tumbuh subur dan terlihat segar. Mereka juga memuji dan kerapihan dan kebersihan green house tersebut.

“Semua tumbuh bagus ya, bersih juga tempatnya,” ujar Y. br Ginting sambil mengambil beberapa video untuk ia bagikan ke instagramnya. Ia adalah salah satu konsumen yang rutin membeli sayuran organik setiap hari Rabu.

Di depan green house mereka juga antusias membeli sayuran organik segar yang baru saja dipanen. Terdapat selada, pakcoy, terong hijau, sawi, dan wortel. Petani organik P. Sihombing hanya bisa tertawa bahagia melihat semangat para konsumen memilih sayuran. Ia mengaku senang dengan kegiatan ini dan semakin semangat menanam sayuran organik.

Setelah puas berkeliling dan belanja sayuran langsung dari green house, para konsumen, para petani organik dan staf Petrasa pun foto bersama. Dengan senyum lebar mereka menunjukkan sayuran yang mereka beli sambil berpose di depan kamera.

Dengan pertemuan ini, para petani dan Petrasa berharap bisa meningkatkan kepercayaan konsumen kepada produsen sesuai dengan nilai dari sistem  Participatory Guarantee Systems (PGS) yang sedang kami coba galakkan di Dairi. PGS merupakan sistem sertifikasi produk organik dengan mengedepankan interaksi konsumen, produsen dan stakeholder atas landasan kepercayaan, jejaring sosial dan pertukaran pengetahuan. Program ini juga bisa menjadi kesempatan untuk menyebarkan semangat hidup sehat kepada masyarakat Dairi.

Petrasa Berikan Bantuan kepada Tujuh Keluarga Korban Puting Beliung   

Petrasa memberikan bantuan kepada tujuh keluarga petani yang menjadi korban bencana alam puting beliung di Desa Manik Maria Pegagan Julu VII, Sumbul. Bantuan berupa beras 15 kilogram sebanyak tujuh karung diserahkan langsung pada Rabu sore (18/7/18).

Bencana alam puting beliung terjadi dua bulan lalu tepatnya pada Jumat, 11 Mei 2018. Puting beliung menyapu 20 rumah penduduk di Dusun Manik Maria, Pinantar, Kuta Manik, Temburkuh, dan Soksang. Tujuh korban bencana tersebut diantaranya adalah rumah keluarga anggota Credit Union (CU) Exaudi, kelompok dampingan Petrasa yang berada di Dusun Manik Maria. Ketujuh keluarga tersebut diantaranya adalah keluarga W.Padang, keluarga N. Samosir, keluarga S. br Padang, keluarga T. br Siboro, keluarga R. Nababan, dan keluarga L. br Sipayung.

Bertempat di gedung gereja HKBP Manik Maria, Muntilan Nababan, pendamping CU Exaudi yang juga hadir mewakili Petrasa menyerahkan bantuan beras sebagai bentuk kepedulian atas kemalangan yang menimpa anggota kelompok. Sebelum penyerahan, Sekretaris CU Exaudi, M. Purba juga menyampaikan terima kasih atas perhatian dan bantuan Petrasa kepada anggota CU yang rumahnya rusak oleh angin puting beliung tersebut. Anggota kelompok yang menerima bantuan sangat berterima kasih dan menerima dengan senang hati dan penuh senyuman.

Di depan seluruh anggota CU Exaudi, perwakilan penerima bantuan Ibu R. br Nababan pun menyampaikan terima kasih. Mereka berharap tidak akan ada lagi kejadian serupa yang menimpa keluarga dan desa mereka di kemudian hari. Sebab angin puting beliung juga merusak ladang dan tanaman mereka, seperti ladang jeruk yang ikut hancur dan tanaman cabai mereka yang tadinya sudah siap panen.

“Semoga ke depannya kita semua diberi kesehatan, kampung kita juga aman dari bencana, dan diberkati Tuhanlah hasil ladang kita,” tutup Ibu R. br Nababan mewakili semua keluarga korban yang menerima bantuan.

Diskusi PPODA Bersama Dr. Kapten Anthon Sihombing,MM 

Pada Sabtu, 14 Juli lalu, PETRASA kedatangan tamu dari Jakarta. Dr. Kapten Anthon Sihombing,MM yang merupakan anggota DPR RI Komisi V berkunjung ke Sidikalang dan bertemu sapa dengan PETRASA dan PPODA. PPODA adalah organisasi petani yang didampingi dan diinisiasi oleh petani Dairi dan lembaga PETRASA.
Udara pagi Sidikalang cukup cerah pada saat Dr. Kapten Anthon Sihombing,MM tiba ditemani istrinya, Nyonya N. Simbolon. Pertemuan ini dihadiri 30 orang termasuk 21 pengurus PPODA dan 9 orang staff PETRASA. Pertemuan dengan Dr. Kapten Anthon Sihombing,MM ini bukanlah yang pertama kali bagi PPODA, karena beliau telah beberapa kali datang dan hadir dalam perayaan HUT Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA).

Pada kesempatan itu, Dr. Kapten Anthon Sihombing, MM dan pengurus PPODA bertukar pikiran tentang program yang sedang dikerjakan olehnya di Sumatera Utara sebagai bagian dari Komisi V yang mengurus pembangunan infrastruktur. Ia saat ini sedang terlibat dalam pembangunan jalan di sekitar Danau Toba dan pembangunan dermaga di Tongging.

Sementara untuk wilayah Sidikalang, Bapak Anthon ikut mengurus dan mendorong program bedah rumah yang hingga saat ini sudah terealisasi dengan jumlah kurang lebih 900 rumah. Dalam pertemuan tersebut, pengurus PPODA juga menyampaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani. Salah satunya adalah masih kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam menanggapi berbagai masalah pertanian di Kabupaten Dairi, termasuk di dalamnya masalah harga produk pertanian.
Perbincangan berlangsung dalam suasana santai, akrab dan penuh canda tawa. Diskusi juga berlangsung dengan akrab karena adanya persamaan ketertarikan terhadap penanganan masalah pertanian antara anggota komisi V DPR RI ini dan pengurus PPODA.
Agenda utama pada kesempatan itu adalah penyampaian proposal program oleh PPODA, yaitu proposal bantuan hibah ternak dari Kementerian Pertanian yang ditawarkan oleh Bapak Sugiono yang merupakan Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak. Proposal program ini merupakan tindak lanjut dari pidato Bapak Sugiono pada perayaan HUT PPODA ke-13 di Gedung Nasional, 15 Maret 2018 lalu.
Proposal bantuan hibah ternak dari Kementerian Pertanian merupakan usulan program PPODA yang bertujuan untuk mengembangkan pertanian dan peternakan organik di Kabupaten Dairi. Dukungan ternak diyakini akan membantu petani dalam meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan pengembangan pertanian selaras alam.
Acara berlangsung kurang lebih 2 jam. Acara berakhir dengan pemberian proposal dan cinderamata dan foto bersama.
PPODA berharap dalam tahun ini bisa mendapat hibah bantuan ternak babi, kerbau, dan sapi untuk tahun anggaran 2018/2019 demi memajukan pertanian dan peternakan organik di Kabupaten Dairi. Adanya dukungan ini tentu saja akan sangat membantu para petani dalam meningkatkan usaha tani mereka dan kesejahteraan mereka.

Diskusi Pendidikan Politik 2018 – “Menjadi Pemilih Cerdas”

Pemilihan Kepala Daerah 27 Juni 2018 sudah tinggal menghitung hari dan menjadi Topik hangat pada perbincangan ditengah berbagai kelompok di Kab. Dairi. Informasi-informasi yang didapat masyarakat Dairi, berkaitan dengan PILKADA tahun ini sering sekali tidak valid. Perbincangan masyarakat diarisan, dilapo tuak dan ditempat lain, banyak menawarkan iming-iming uang, mengubah cara pandang masyarakat dengan SARA sehingga pemilih yang akan memilih bukan berdasarkan VISI-MISI Pasangan Calon bahkan ada juga yang bersikap apatis (GOLPUT) karena menganggap pemilihan ini hanya seremonial saja. Keadaan ini tentu kita anggap sebagai penurunan kualitas pemilih yang akan menghasilkan pemimpin yang tidak berkualitas.Dari keadaan ini PETRASA dan PPODA melakukan diskusi dengan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kab. Dairi, Veryanto Sitohang dan Jenny Solin yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam mensukseskan PILKADA 2018 (tidak GOLPUT) dan Pemilih terkhusus Dampingan PETRASA memilih Kandidat Pemimpin berdasarkan VISI-MISI (Bijak dan Cerdas) bukan berdasarkan Issu SARA dan politik Uang.

“PEMILIH CERDAS menghasilkan PEMIMPIN BERKUALITAS”

Perayaan HUT Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA) Ke – XIII

previous arrow
next arrow
Slider
“Marsiurupan ma hamu mamorsan angka na dok dok i”

Tak ada kata selain puji syukur atas kebaikanNya untuk semua kelancaran pesta petani kemarin, atas cuaca dan situasi aman.
Sekitar 2000 petani hadir merayakan dirgahayu ke 13 organisasi PPODA. Acara ini juga dihadiri para tamu undangan, teman2 NGO, direktur pembibitan dari kementerian pertanian dan Bpk. Anton Sihombing, anggota DPR RI. Terima kasih untuk semua yang telah membantu materi, pikiran dan tenaga.

Di tengah bahagia itu, ada kekecewaan atas ketidakhadiran Pemkab Dairi yang sudah diundang jauh jauh hari. Padahal pesta ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk saling membangun dan bersinergi dalam kerja-kerja pemberdayaan petani Dairi.
Tapi, perjuangan dan karya tidak boleh berhenti. Petani tetap harus berjuang dan bersatu untuk kesejahteraannya. Seperti tertulis “bertolong-tolongan lah menanggung bebanmu”. Teruslah berjuang, melangkah dan jadikan gerakan organik ini gerakan bersama. Pertolongan akan datang dari mana mana.

Dan Mengutip khotbah dr Pdt. Agustinus Purba, ketua moderamen GBKP “tugas setiap kitalah menjaga bumi dan segala ciptaanNya”. Ayoo berkontribusi untuk mnjaga alam kita, untuk bumi, untuk generasi-generasi masa depan!
Bravo! Dirgahayu PPODA!!!

Petrasa Fair 2018

Hallo Sahabat dimanapun berada….Yayasan Petrasa Punya Informasi penting Nih….

Untuk memeriahkan Perayaan Hari Ulang Tahun PPODA (Perhimpunan Petani Organik Dairi) yang ke 13, Petrasa mengadakan kegiatan pra-event “PETRASA FAIR 2018” pada:
Tanggal 13 Maret 2018
Pukul 09.00 sampai dengan selesai
Tempatnya di Gedung Djauli Manik, Sidikalang – Kab. Dairi
Jika kalian ingin melihat langsung dan mencicipi poduk pertanian organik Dairi, ayo hadirilah bersama keluarga.

Dukung Petani Lokal, Lestarikan Alam dengan Pertanian Organik!!!

Aliansi Ornop dan Ormas Peduli PILKADA DAIRI 2018

Dialog Publik yang diselenggarakan oleh PETRASA, PDPK, PESADA, PPODA, SPUK, PPODA, dan Perempuan Pelestari bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi tantangan-tantangan kepemimpinan Dairi 5 Tahun kedepan dan kualifikasi minimal Calon Bupati/Wakil Bupati dalam prespektif masyarakat sipil (NGO dan ORMAS)
2. Meningkatkan Kesadaran publik terhadap pentingnya kepemimpinan perempuan.

3. Mendorong munculnya bakal calon yang visioner, peka gender, pro lingkungan dan berpihak kepada Rakyat.