WEBINAR “DAIRI ADAPTASI KEBIASAAN BARU”


(Senin, 27 Juli 2020) Adaptasi Kebiasaan Baru atau New Normal bukan semata-mata teknis protokol kesehatan Penanganan Covid-19, namun sesungguhnya adalah bagaimana terus melakukan edukasi kepada masyarakat dengan pendekatan persuasif bukan reprsesif. Menjadi catatan penting agar adaptasi kebiasaan baru tidak menjadi gelombang kedua merebak Covid-19 di kabupaten yang kita cintai ini. Kita semua sepakat untuk hidup berdampingan dengan pandemi Covid-19 artinya semua pihak harus ambil bagian sesuai tupoksinya. Pemerintah lewat instrumen kebijakan dan anggaran publiknya, NGO lewat  program pemberdayaannya masyarakat terkhusus petani lewat hasil hasil bumi yang dihasilkan dan Program inspiratif -trasnformasi yang dikembangkan oleh Pemuka Agama.

Sama seperti Web Seminar yang dilakukan Petrasa Sebelumnya, Webinar yang di Moderasi Rohani Manalu (Div. Pengorganisasian YDPK) juga melahirkan beberapa rekomendasi atau langkah-langkah strategis dalam merespon penanganan pandemi Covid-19 di wilayah kabupaten Dairi dalam memenuhi hak-hak mendasar masyarakat baik dibidang kesehatan, pendidikan, pengembangan ekonomi dan kehidupan sosial-budaya.

Narasumber pada seminar web tersebut adalah :

Bapak Duat Sihombing (Petrasa) – Kesiapan Petani Dalam Menjalani Adaptasi Kebiasaan Baru

Bapak Carles Bancin (Asisten II) – Kebijakan Pemerintah Dalam Menjalankan Adaptasi Kebiasaan Baru,

Pdt. Agustinus Purba (Ketua Moderamen GBKP) – Perspektif Gereja Dalam Menjalankan Adaptasi Kebiasaan Baru

Ibu Saur Tumiur Situmorang (Aktivis HAM) – Perspektif Perempuan Menjalani Adaptasi Kebiasaan Baru.

 

Seyogyanya semua pihak harus bekerjasama saling bergandengan tangan dan pemerintah secara khusus melakukan pendekatan yang lebih komprehensif dan berinvestasi secara merata dan inklusif disemua sektor misalnya sektor kesehatan tersedia rapid test dan Swab gratis. Tersedia tenaga kesehatan di semua level.

Disektor pendidikan tersedia program infrastruktur teknologi yang mendukung aktivitas belajar dari rumah misalnya program warnet desa untuk mengakomodir kebutuhan murid dan siswa belajar online di daerah-daerah tidak  tersedia jaringan internet dan menekan biaya pengeluaran keluarga.

Disektor pengembangan ekonomi pengembangan pemasran petani lewat pemanfaatan teknologi seperti program tigata dari GBKP bisa diuji coba ke depan. Hal terpenting juga adalah Pemkab memastikan ketahanan pangan masyarakat, menjamin  akses petani (informasi, modal, pasar, bibit pertanian dan ternak) dan melindungi akses petani terhadap tanah. Jangan sampai tanah milik masyarakat tergusur oleh kehadiran industri ekstraktif karena petani adalah pondasi pangan kita.

Tentunya tidak kita pungkiri perempuan juga sangat rentan mengalami ekses dari pandemi Covid-19 ini. Seperti meningkatnya beban kerja mereka karena harus mendampingi anak belajar dirumah dan melakukan pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga. Sehingga dibutuhkan pendekatan dan program yang sensitif perempuan. katakan saja bagaiman Ibu-Ibu di desa dapat mengakses teknologi digitalisasi.

Kita juga dapat memanfaatkan program perpustakaan keliling milik Pemkab Dairi sehingga menjangkau desa desa yg belum memiliki akses internet. Semoga ini bisa dieksekusi dengan baik dan serius disektor pendidikan.

Kita berharap penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru ini dapat menjawab kegelisahan kita terkait keterpurukan ekonomi dan seluruh elemen, sehingga kita dapat hidup berdampingan dengan virus ini namun tidak menghalangi seluruh aktivitas hidup kita.