Orientasi peternakan lebah madu di Desa Lingga Raja II, yang diselenggarakan bersama Pemerintah Desa Lumban Toruan, merupakan bagian dari tindak lanjut Sosialisasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang diadakan pada 28 Oktober 2024 di Desa Sumbul Tengah. Program ini merupakan upaya bersama Petrasa dan Pemerintah Desa Lumban Toruan untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus mengatasi dampak perubahan iklim melalui pengembangan peternakan lebah madu.
Pada orientasi ini, peserta mendapat wawasan dari Amang Laia, seorang petani-peternak lebah madu yang telah sukses dalam budidaya lebah madu dan pemasarannya. Ia berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait budidaya lebah madu.
Keberadaan lebah madu sangat bermanfaat bagi sektor pertanian, karena lebah berperan penting dalam penyerbukan tanaman. Proses penyerbukan oleh lebah tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga meningkatkan kualitas tanaman yang dihasilkan petani.
Selain itu, peternakan lebah madu juga mendukung penggunaan asupan organik yang ramah lingkungan. Asupan organik ini, yang diproduksi tanpa bahan kimia, sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup lebah dan menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Dengan mengembangkan peternakan lebah madu, para petani dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan pestisida, serta memanfaatkan produk lebah seperti madu dan propolis untuk menambah pendapatan mereka.
Melalui orientasi ini, diharapkan peternakan lebah madu dapat diterapkan secara luas di Desa Lingga Raja II sebagai langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Selain memberikan manfaat bagi lingkungan, peternakan lebah madu juga menjadi peluang ekonomi baru bagi petani setempat, sekaligus menjadi solusi cerdas untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan di tengah tantangan perubahan iklim.
Pelatihan Pembuatan Asupan Organik yang diselenggarakan di Desa Sumbul Tengah merupakan tindak lanjut dari Sosialisasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang dilaksanakan pada 18 Oktober 2024. Acara pelatihan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Pemerintah Desa Sumbul Tengah, ibu-ibu PKK, dan Kelompok Tani, yang bersemangat untuk mengimplementasikan pengetahuan baru yang akan menguntungkan pertanian dan lingkungan mereka.
Antusiasme peserta terlihat jelas dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, menandakan bahwa mereka sangat peduli terhadap masa depan pertanian yang berkelanjutan dan dampaknya terhadap perubahan iklim. Ini menjadi harapan kita bersama agar upaya pembuatan asupan organik dapat dilanjutkan dan berkembang ke depannya.
Dalam pelatihan ini, ibu-ibu PKK, Kelompok Tani, dan Pemerintah Desa Sumbul Tengah bekerja sama untuk memproduksi berbagai jenis asupan organik, seperti ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), Pestisida Nabati, Bokashi, dan Eco Enzyme. Menariknya, semua bahan yang digunakan berasal dari sumber daya alam yang ada di desa, sehingga proses produksi ini tidak memerlukan biaya besar atau bahan kimia yang mahal. Sebagai hasilnya, mereka berhasil membuat sekitar 5 ember asupan organik yang siap digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.
Langkah ini tidak hanya menguntungkan dari sisi ekonomi karena mengurangi pengeluaran untuk pembelian bahan kimia, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tanah dan keberlanjutan lingkungan. Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia, diharapkan kualitas tanah akan semakin baik, dan hasil pertanian dapat menjadi lebih sehat serta ramah lingkungan.
Melalui inisiatif ini, diharapkan Desa Sumbul Tengah dapat menjadi contoh bagi desa-desa lainnya dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Masyarakat desa berperan sebagai agen perubahan dalam menjalankan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, yang tidak hanya bermanfaat bagi mereka saat ini, tetapi juga bagi generasi yang akan datang.
Pada tanggal 4 November 2024, Petrasa melaksanakan Pelatihan Budidaya Mina Padi di Kelompok CU Suka Makmur, yang diikuti oleh 25 petani antusias. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan sistem pertanian terpadu yang memadukan budidaya padi dan ikan dalam satu lahan—sebuah inovasi yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas hasil tani sekaligus menambah sumber pendapatan bagi petani. Selain itu, pelatihan ini juga menjadi langkah nyata dalam penerapan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
Mengawali Perubahan dengan Kesadaran Iklim
Kegiatan ini dibuka dengan sesi pemahaman tentang perubahan iklim, yang menyoroti dampak nyata krisis iklim terhadap lingkungan dan sektor pertanian. Melalui sesi ini, peserta diberikan wawasan mendalam mengenai berbagai ancaman iklim yang semakin nyata, seperti perubahan pola cuaca, kekeringan, dan banjir yang mempengaruhi hasil panen. Dengan bertambahnya pemahaman ini, petani diharapkan dapat lebih peduli terhadap kondisi lingkungan serta terdorong untuk mengambil langkah-langkah adaptasi dan mitigasi dalam pertanian mereka.
Teknik Budidaya Mina Padi untuk Ketahanan Ekonomi dan Lingkungan
Sesi berikutnya mengupas seluk-beluk teknik budidaya mina padi, dari persiapan lahan, pemilihan bibit unggul, hingga strategi perawatan selama masa tanam dan panen. Sistem mina padi memungkinkan petani untuk menanam padi sekaligus memelihara ikan di lahan yang sama, menciptakan simbiosis yang saling menguntungkan. Ikan membantu membersihkan gulma dan hama serangga di sekitar tanaman padi, sementara padi memberikan naungan bagi ikan. Pola ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menurunkan kebutuhan akan pestisida dan pupuk kimia.
Dalam sesi ini, peserta juga diajak untuk merancang tata letak lahan mina padi yang disesuaikan dengan kondisi sawah mereka. Melalui diskusi dan panduan teknis, peserta belajar bagaimana menciptakan lingkungan pertanian yang sehat dan berkelanjutan di lahan mereka sendiri.
Memahami Biaya dan Manfaat dengan Analisis Usaha
Salah satu sesi yang paling dinanti adalah analisis usaha. Dalam sesi ini, para petani belajar menghitung total biaya yang diperlukan mulai dari pengolahan lahan hingga panen, termasuk memperkirakan pendapatan dan keuntungan yang bisa dihasilkan dari sistem mina padi. Analisis ini sangat penting untuk menilai apakah sistem ini layak dikembangkan lebih lanjut dan menguntungkan bagi keberlangsungan ekonomi petani. Selain itu, pemahaman tentang keuntungan yang lebih besar melalui sistem mina padi dapat menjadi motivasi bagi petani untuk beralih ke pola tanam ini.
Membuat Pupuk Organik dan Pestisida Nabati dengan Bahan Lokal
Sebagai bagian dari pelatihan, peserta juga belajar membuat asupan nutrisi organik yang dibutuhkan tanaman dan ikan. Beberapa produk yang dibuat antara lain pestisida nabati dan perangsang tumbuh, dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang mudah diperoleh di sekitar mereka. Penggunaan bahan alami ini tidak hanya lebih murah tetapi juga lebih aman bagi lingkungan serta kesehatan petani dan konsumen.
Langkah Nyata untuk Masa Depan Pertanian Berkelanjutan
Di akhir kegiatan, para petani menunjukkan komitmen untuk menerapkan sistem mina padi pada lahan mereka di musim tanam berikutnya. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan, para petani ini tidak hanya meningkatkan potensi ekonomi keluarga, tetapi juga ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya PETRASA dalam memberdayakan petani melalui inovasi yang berkelanjutan, dengan harapan dapat menciptakan pertanian yang tangguh terhadap perubahan iklim. Melalui budidaya mina padi, para petani dapat memanen dua sumber daya dari satu lahan, sekaligus berkontribusi pada upaya mitigasi iklim yang semakin mendesak. Petrasa berharap bahwa sistem pertanian ini bisa menjadi contoh inspiratif bagi lebih banyak petani di Indonesia untuk bergerak menuju masa depan yang lebih hijau, sehat, dan makmur.
Mari Bergabung dalam Gerakan Pertanian Selaras Alam dan Berkelanjutan!
Pada tanggal 30 Oktober 2024, PETRASA menyelenggarakan diskusi Sekolah Lapang Iklim (SLI) bersama 12 petani padi dampingan. Kegiatan ini dirancang sebagai literasi iklim bagi petani untuk meningkatkan ketahanan pangan dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan petani pada isu perubahan iklim serta dampaknya, dan mengembangkan pemahaman mereka terkait data dan informasi iklim yang dapat diterapkan dalam praktik pertanian mereka. Dengan pengetahuan ini, diharapkan petani dapat menyesuaikan strategi dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi iklim setempat.
Selama kegiatan, para petani merefleksikan pengalaman mereka dalam menjalani pertanian organik. Diskusi ini mencakup tantangan, proses, dan kendala yang mereka alami ketika beralih dari penggunaan bahan kimia ke metode organik. Petani membagikan pengalaman kesulitan diawal karena input produksi dan hasil panen yang menurun. Meski pada awalnya menghadapi kesulitan, petani kini konsisten menerapkan teknik pertanian organik dan pelan-pelan merasakan hasil yang menguntungkan.
Dalam sesi diskusi, petani juga mendapatkan materi mengenai tujuan SLI yang akan dilaksanakan pada periode tanam mendatang. Kegiatan ini akan berlangsung di lahan salah satu petani muda, yang dipilih karena lokasinya mudah diakses dan dekat dengan pemukiman, sehingga memudahkan pengamatan. Para petani akan dibagi ke dalam beberapa kelompok, dan setiap kelompok akan mengamati perkembangan tanaman mulai dari pengolahan lahan hingga panen.
Dengan adanya SLI, diharapkan petani padi dapat mengembangkan usahanya dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan adaptif terhadap iklim, serta menjadi pionir dan kader di wilayah masing-masing.