Orientasi peternakan lebah madu di Desa Lingga Raja II, yang diselenggarakan bersama Pemerintah Desa Lumban Toruan, merupakan bagian dari tindak lanjut Sosialisasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang diadakan pada 28 Oktober 2024 di Desa Sumbul Tengah. Program ini merupakan upaya bersama Petrasa dan Pemerintah Desa Lumban Toruan untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus mengatasi dampak perubahan iklim melalui pengembangan peternakan lebah madu.
Pada orientasi ini, peserta mendapat wawasan dari Amang Laia, seorang petani-peternak lebah madu yang telah sukses dalam budidaya lebah madu dan pemasarannya. Ia berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait budidaya lebah madu.
Keberadaan lebah madu sangat bermanfaat bagi sektor pertanian, karena lebah berperan penting dalam penyerbukan tanaman. Proses penyerbukan oleh lebah tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga meningkatkan kualitas tanaman yang dihasilkan petani.
Selain itu, peternakan lebah madu juga mendukung penggunaan asupan organik yang ramah lingkungan. Asupan organik ini, yang diproduksi tanpa bahan kimia, sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup lebah dan menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Dengan mengembangkan peternakan lebah madu, para petani dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan pestisida, serta memanfaatkan produk lebah seperti madu dan propolis untuk menambah pendapatan mereka.
Melalui orientasi ini, diharapkan peternakan lebah madu dapat diterapkan secara luas di Desa Lingga Raja II sebagai langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Selain memberikan manfaat bagi lingkungan, peternakan lebah madu juga menjadi peluang ekonomi baru bagi petani setempat, sekaligus menjadi solusi cerdas untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan di tengah tantangan perubahan iklim.
Pelatihan Pembuatan Asupan Organik yang diselenggarakan di Desa Sumbul Tengah merupakan tindak lanjut dari Sosialisasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim yang dilaksanakan pada 18 Oktober 2024. Acara pelatihan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Pemerintah Desa Sumbul Tengah, ibu-ibu PKK, dan Kelompok Tani, yang bersemangat untuk mengimplementasikan pengetahuan baru yang akan menguntungkan pertanian dan lingkungan mereka.
Antusiasme peserta terlihat jelas dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, menandakan bahwa mereka sangat peduli terhadap masa depan pertanian yang berkelanjutan dan dampaknya terhadap perubahan iklim. Ini menjadi harapan kita bersama agar upaya pembuatan asupan organik dapat dilanjutkan dan berkembang ke depannya.
Dalam pelatihan ini, ibu-ibu PKK, Kelompok Tani, dan Pemerintah Desa Sumbul Tengah bekerja sama untuk memproduksi berbagai jenis asupan organik, seperti ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), Pestisida Nabati, Bokashi, dan Eco Enzyme. Menariknya, semua bahan yang digunakan berasal dari sumber daya alam yang ada di desa, sehingga proses produksi ini tidak memerlukan biaya besar atau bahan kimia yang mahal. Sebagai hasilnya, mereka berhasil membuat sekitar 5 ember asupan organik yang siap digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.
Langkah ini tidak hanya menguntungkan dari sisi ekonomi karena mengurangi pengeluaran untuk pembelian bahan kimia, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tanah dan keberlanjutan lingkungan. Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia, diharapkan kualitas tanah akan semakin baik, dan hasil pertanian dapat menjadi lebih sehat serta ramah lingkungan.
Melalui inisiatif ini, diharapkan Desa Sumbul Tengah dapat menjadi contoh bagi desa-desa lainnya dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Masyarakat desa berperan sebagai agen perubahan dalam menjalankan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, yang tidak hanya bermanfaat bagi mereka saat ini, tetapi juga bagi generasi yang akan datang.
Pada tanggal 4 November 2024, Petrasa melaksanakan Pelatihan Budidaya Mina Padi di Kelompok CU Suka Makmur, yang diikuti oleh 25 petani antusias. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan sistem pertanian terpadu yang memadukan budidaya padi dan ikan dalam satu lahan—sebuah inovasi yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas hasil tani sekaligus menambah sumber pendapatan bagi petani. Selain itu, pelatihan ini juga menjadi langkah nyata dalam penerapan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
Mengawali Perubahan dengan Kesadaran Iklim
Kegiatan ini dibuka dengan sesi pemahaman tentang perubahan iklim, yang menyoroti dampak nyata krisis iklim terhadap lingkungan dan sektor pertanian. Melalui sesi ini, peserta diberikan wawasan mendalam mengenai berbagai ancaman iklim yang semakin nyata, seperti perubahan pola cuaca, kekeringan, dan banjir yang mempengaruhi hasil panen. Dengan bertambahnya pemahaman ini, petani diharapkan dapat lebih peduli terhadap kondisi lingkungan serta terdorong untuk mengambil langkah-langkah adaptasi dan mitigasi dalam pertanian mereka.
Teknik Budidaya Mina Padi untuk Ketahanan Ekonomi dan Lingkungan
Sesi berikutnya mengupas seluk-beluk teknik budidaya mina padi, dari persiapan lahan, pemilihan bibit unggul, hingga strategi perawatan selama masa tanam dan panen. Sistem mina padi memungkinkan petani untuk menanam padi sekaligus memelihara ikan di lahan yang sama, menciptakan simbiosis yang saling menguntungkan. Ikan membantu membersihkan gulma dan hama serangga di sekitar tanaman padi, sementara padi memberikan naungan bagi ikan. Pola ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menurunkan kebutuhan akan pestisida dan pupuk kimia.
Dalam sesi ini, peserta juga diajak untuk merancang tata letak lahan mina padi yang disesuaikan dengan kondisi sawah mereka. Melalui diskusi dan panduan teknis, peserta belajar bagaimana menciptakan lingkungan pertanian yang sehat dan berkelanjutan di lahan mereka sendiri.
Memahami Biaya dan Manfaat dengan Analisis Usaha
Salah satu sesi yang paling dinanti adalah analisis usaha. Dalam sesi ini, para petani belajar menghitung total biaya yang diperlukan mulai dari pengolahan lahan hingga panen, termasuk memperkirakan pendapatan dan keuntungan yang bisa dihasilkan dari sistem mina padi. Analisis ini sangat penting untuk menilai apakah sistem ini layak dikembangkan lebih lanjut dan menguntungkan bagi keberlangsungan ekonomi petani. Selain itu, pemahaman tentang keuntungan yang lebih besar melalui sistem mina padi dapat menjadi motivasi bagi petani untuk beralih ke pola tanam ini.
Membuat Pupuk Organik dan Pestisida Nabati dengan Bahan Lokal
Sebagai bagian dari pelatihan, peserta juga belajar membuat asupan nutrisi organik yang dibutuhkan tanaman dan ikan. Beberapa produk yang dibuat antara lain pestisida nabati dan perangsang tumbuh, dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang mudah diperoleh di sekitar mereka. Penggunaan bahan alami ini tidak hanya lebih murah tetapi juga lebih aman bagi lingkungan serta kesehatan petani dan konsumen.
Langkah Nyata untuk Masa Depan Pertanian Berkelanjutan
Di akhir kegiatan, para petani menunjukkan komitmen untuk menerapkan sistem mina padi pada lahan mereka di musim tanam berikutnya. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan, para petani ini tidak hanya meningkatkan potensi ekonomi keluarga, tetapi juga ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya PETRASA dalam memberdayakan petani melalui inovasi yang berkelanjutan, dengan harapan dapat menciptakan pertanian yang tangguh terhadap perubahan iklim. Melalui budidaya mina padi, para petani dapat memanen dua sumber daya dari satu lahan, sekaligus berkontribusi pada upaya mitigasi iklim yang semakin mendesak. Petrasa berharap bahwa sistem pertanian ini bisa menjadi contoh inspiratif bagi lebih banyak petani di Indonesia untuk bergerak menuju masa depan yang lebih hijau, sehat, dan makmur.
Mari Bergabung dalam Gerakan Pertanian Selaras Alam dan Berkelanjutan!
Pada tanggal 30 Oktober 2024, PETRASA menyelenggarakan diskusi Sekolah Lapang Iklim (SLI) bersama 12 petani padi dampingan. Kegiatan ini dirancang sebagai literasi iklim bagi petani untuk meningkatkan ketahanan pangan dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan petani pada isu perubahan iklim serta dampaknya, dan mengembangkan pemahaman mereka terkait data dan informasi iklim yang dapat diterapkan dalam praktik pertanian mereka. Dengan pengetahuan ini, diharapkan petani dapat menyesuaikan strategi dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi iklim setempat.
Selama kegiatan, para petani merefleksikan pengalaman mereka dalam menjalani pertanian organik. Diskusi ini mencakup tantangan, proses, dan kendala yang mereka alami ketika beralih dari penggunaan bahan kimia ke metode organik. Petani membagikan pengalaman kesulitan diawal karena input produksi dan hasil panen yang menurun. Meski pada awalnya menghadapi kesulitan, petani kini konsisten menerapkan teknik pertanian organik dan pelan-pelan merasakan hasil yang menguntungkan.
Dalam sesi diskusi, petani juga mendapatkan materi mengenai tujuan SLI yang akan dilaksanakan pada periode tanam mendatang. Kegiatan ini akan berlangsung di lahan salah satu petani muda, yang dipilih karena lokasinya mudah diakses dan dekat dengan pemukiman, sehingga memudahkan pengamatan. Para petani akan dibagi ke dalam beberapa kelompok, dan setiap kelompok akan mengamati perkembangan tanaman mulai dari pengolahan lahan hingga panen.
Dengan adanya SLI, diharapkan petani padi dapat mengembangkan usahanya dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan adaptif terhadap iklim, serta menjadi pionir dan kader di wilayah masing-masing.
Selama empat hari yang penuh semangat, PETRASA melakukan perjalanan ke enam sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan di Dairi, memperkenalkan isu penting mengenai perubahan iklim kepada 1449 siswa. Dengan langkah ini, PETRASA berupaya membekali generasi muda dengan pengetahuan dan kesadaran yang mendalam tentang dampak perubahan iklim serta strategi adaptasi dan mitigasi yang bisa mereka terapkan.
Sekolah-sekolah yang dikunjungi termasuk SMAN 1 Sidikalang, SMAN 2 Sidikalang, SMKN 1 Sidikalang, SMKN 1 Parbuluan, SMAN 1 Siempat Nempu Hulu, dan SMA St. Petrus Sidikalang. Setiap sesi sosialisasi dirancang dengan interaktif, mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi dan berbagi ide. Dalam suasana yang dinamis ini, para siswa diajak untuk berpikir kritis tentang lingkungan mereka dan tindakan yang bisa diambil untuk memerangi perubahan iklim.
Salah satu fokus utama dari sosialisasi ini adalah menjelaskan bagaimana perubahan iklim mempengaruhi kehidupan sehari-hari, termasuk dampak yang mungkin mereka alami di sekitar mereka. Dengan pendekatan yang mudah dipahami, para siswa diajarkan tentang pemanasan global, peningkatan suhu, dan fenomena cuaca ekstrem. Mereka juga diajak untuk mengenali peran mereka sebagai agen perubahan, dengan mengedepankan langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan di lingkungan sekolah dan rumah.
Kaum muda memiliki potensi besar untuk menjadi katalisator perubahan, terutama dalam isu-isu lingkungan. Melalui pendidikan dan sosialisasi yang tepat, mereka dapat berkontribusi secara signifikan dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan. Dengan bekal pengetahuan yang didapat, diharapkan siswa dapat menerapkan tindakan nyata, mulai dari pengurangan sampah plastik hingga penerapan praktik daur ulang di sekolah mereka. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dapat menjadi bagian integral dari gaya hidup mereka.
Untuk mendorong inovasi dan kreativitas siswa dalam mengatasi tantangan perubahan iklim, PETRASA memperkenalkan kompetisi “School Contest” yang diadakan oleh Indonesia Climate Change Alliance (ICCA). Dalam kompetisi ini, setiap sekolah yang telah mengikuti sosialisasi akan mengirimkan proposal berisikan aksi kreatif untuk mengatasi perubahan iklim. Dua proposal terbaik dari enam yang masuk akan mendapatkan hadiah masing-masing 5 juta rupiah untuk merealisasikan aksi mereka di sekolah.
Enam tim dari 6 sekolah akan berpartisipasi dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan di kantor Yayasan PETRASA pada hari Selasa, 15 Oktober 2024. FGD ini bertujuan untuk menginformasikan detail dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kompetisi ini.
Melalui ‘School Contest’ ini, PETRASA bersama ICCA tidak hanya meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim di kalangan pelajar, tetapi juga menginspirasi mereka untuk mengambil peran aktif dalam melindungi lingkungan. Dengan menciptakan ruang bagi kaum muda untuk berinovasi dan berkolaborasi, diharapkan mereka dapat menjadi pemimpin masa depan yang peduli terhadap keberlanjutan bumi. Kegiatan ini adalah langkah awal menuju perubahan yang lebih besar, di mana generasi muda berani mengambil tindakan untuk menjaga lingkungan demi masa depan yang lebih baik.
Pada tanggal 21-22 Agustus 2024, PETRASA melakukan pelatihan perawatan kopi yang diikuti oleh 18 orang petani anggota Kelompok Tani Bersatu di desa Sileu-Leu Parsaoran Kecamatan Sumbul, Dairi.
Materi pelatihan hari pertama mencakup pemeliharaan, pemangkasan kopi dan edukasi terkait perubahan iklim serta pemilihan varietas yang sesuai dengan lingkungan setempat. Petani belajar cara pemangkasan yang benar, menyambung batang serta pembuatan rorak di sekitar tanaman kopi. Tujuannya adalah agar petani dapat meningkatkan produktivitas, mengontrol pertumbuhan, meningkatkan kualitas buah, memperpanjang umur tanaman, serta mengurangi resiko penyakit.
Peserta pelatihan mengatakan bahwa mereka sudah lama melakukan budidaya kopi namun hasilnya belum maksimal, disebabkan oleh kurangnya pemahaman petani dalam proses budidaya yang benar. Praktek pemangkasan dilakukan langsung di kebun kopi milik salah satu petani peserta pelatihan, dipandu oleh bapak Koster Tarihoran sebagai pelatih dan kader petani kopi.
PETRASA mendorong petani untuk membudidayakan kopi terintegrasi dengan tanaman lain seperti buah-buahan dan lebah madu. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari Sistem Integrasi Pertanian, diantaranya adalah adanya sumber pendapatan tambahan, sumber pangan yang sehat dan sistem ini juga menjadi salah satu strategi mitigasi perubahan iklim.
Pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik dilakukan pada hari kedua Kamis 22 Agustus 2024 yang dihadiri sebanyak 14 orang petani. Pelatihan ini memberikan pemahaman kepada petani bagaimana cara mengurangi biaya produksi pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada di lingkungan sekitar.
Dalam sesi praktek, peserta belajar pembuatan Jadam Microbial Solution (JMS), trichoderma, Pupuk organik cair (POC), Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan Eco-enzim. Peserta juga diajarkan mengenai fungsi dan cara pengaplikasian dari setiap jenis pupuk dan pestisida yang dibuat. Proses pelatihan yang meliputi praktek langsung dan diskusi antara narasumber dan semua peserta dilakukan dengan proses andragogi (pengetahuan untuk membimbing orang tua belajar).
Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan petani dalam membudidayakan kopi dengan baik dan menghasilkan kopi berkualitas yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Sistem pertanian organik di lahan kopi ini juga menjadi salah satu strategi mitigasi perubahan iklim.
Permohonan Kasasi Warga Dairi Dikabulkan Mahkamah Agung, Persetujuan Lingkungan PT DPM Tidak Sah
Selasa, 6 Agustus 2024 – Warga Dairi, Sumatera Utara mendesak Majelis Hakim Mahkamah Agung untuk menegakkan keadilan demi kepentingan masyarakat Dairi yang terancam keselamatannya akibat operasi PT Dairi Prima Mineral (DPM). Desakan ini diserukan melalui aksi budaya teatrikal dan ‘mangandung’ yang digelar warga di Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jakarta.
Warga Dairi terus berjuang mempertahankan ruang hidup dan lahan pertanian yang menjadi sumber kehidupan mereka. Mereka sangat khawatir dikarenakan PT. DPM membangun mulut tambang di dekat sumber air Lae Puccu yang menjadi sumber air yang menghidupi masyarakat di enam desa dan satu kelurahan. Tidak hanya itu DPM juga membangun gudang bahan peledak yang berjarak 50 meter dari rumah penduduk dan juga membangun bendungan limbah seluas 34 ha dengan tinggi 30 meter yang sangat dekat dengan rumah, sekolah, gereja, mushola dan areal pemukiman masyarakat.
Senin, 12 Agustus 2024 – Enam hari setelah warga Dairi melakukan asi di Mahkamah Agung melalui laman Informasi Perkara Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa Permohonan Kasasi Warga Dairi dikabulkan dan Izin Lingkungan PT DPM tidak sah dengan lama memutus perkara 55 hari. Putusan ini berpihak pada masyarakat dan ini merupakan kemenangan besar bagi masyarakat. Masyarakat Dairi akan tetap mengawal gugatan ini hingga selesai dan semakin memperkuat kelompok-kelompok di akar rumput. Perjuangan dan perlawanan warga Dairi ini dilakukan bersama lembaga-lembaga yang peduli pada keselamatan ruang hidup dan keselamatan warga di sekitar tambang, diantaranya adalah PETRASA, YDPK, BAKUMSU, JATAM dan beberapa organisasi lainnya.
Informasi lebih jauh terkait perkembangan kasus ini dapat ditemukan di
Kios Pangula, Kiosnya Petani dan Konsumen Produk Organik
Bersamaan dengan Dialog Kemerdekaan yang berlangsung pada tanggal 14 Agustus 2024, Yayasan PETRASA juga meresmikan “Kios Pangula” yang dioperasikan melalui Coffee Truck dan Food Truck. Peresmian Kios Pangula dilakukan dengan penjelasan mengenai lahirnya Kios Pangula dan peran PETRASA dalam memfasilitasi petani organik dengan konsumen di dalam dan di luar Kabupaten Dairi. Penjelasan ini disampaikan oleh Boy Hutagalung selaku penanggungjawab Unit Pemasaran PETRASA dan Lidia Naibaho, Sekretaris Eksekutif PETRASA. Launching Kios Pangula ini ditandai dengan minum kopi bersama seluruh peserta yang hadir dalam Dialog Kemerdekaan. Kopi yang dinikmati semua peserta adalah kopi D’Pinagar, produksi petani kopi organik di Desa Perjuangan, Kabupaten Dairi.
Kios Pangula menjadi pusat penjualan produk-produk pertanian organik yang dibudidayakan oleh petani dampingan PETRASA. Para petani ini telah dilatih untuk membuat pupuk dan pestisida organik yang digunakan untuk tanamannya. Hasil panen mereka ini di konsumsi keluarga dan kelebihannya di jual ke Kios Pangula atau ke konsumen lain secara langsung. Jenis-jenis produk yang dihasilkan diantaranya adalah sayur pakcoy, sawi manis, sawi pahit, bayam, terong, kangkung, beras, kopi, madu dan buah-buah lokal. Selain produk segar, beberapa petani organik di desa Huta Imbaru juga mengolah sayuran dan buah menjadi makanan ringan stik sayur dan stik pisang. Produk-produk pertanian segar ini dipanen setiap hari Selasa dan dijual setiap hari Rabu setiap minggunya.
Keorganikan produk-produk pertanian organik ini dijamin oleh PETRASA sebagai lembaga pendamping petani. Ayo, ikut menjadi konsumen produk Pertanian Organik! Hubungi PETRASA melalui Instagram dan Facebook untuk informasi lebih lanjut dan berlangganan melalui Whatsapp group Kios Pangula.
Yayasan PETRASA dengan bangga telah menyelenggarakan sebuah kegiatan interaktif, berupa Dialog Kemerdekaan dengan mengangkat tema “PILKADA YANG MEMERDEKAKAN,”. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2024 dan menghadirkan lima narasumber berkompeten yang antusias berbagi wawasan, aspirasi, dan solusi dalam menggunakan hak suara dengan merdeka dan bijaksana.
Kegiatan ini dihadiri oleh peserta dari berbagai latarbelakang seperti petani, kaum perempuan, penyandang disabilitas, aktivis, dan juga mahasiswa yang mewakili kaum muda. PILKADA tentu sangat berpengaruh terhadap kemajuan, arah pembangunan dan berbagai kebijakan yang terjadi di daerah. Karena itu penting bagi semua orang untuk mengetahui profil, visi misi dari setiap kandidat, apakah mereka pro-rakyat dari berbgai kelompok, peduli pada lingkungan, dan memperhatikan semua orang tanpa memandang suku, agama dan ras. Dialog ini menjadi salah satu usaha PETRASA mengedukasi masyarakat dalam partisipasinya nanti di PILKADA yang akan segera dilaksanakan.
Para narasumber yang hadir adalah Bapak Ridwan Samosir (komisioner KPU Dairi), Bapak Firman Lingga (Panwascam Siempat Nempu), saudara Andi Silalahi (Pemuda GMNI), Bapak Duat Sihombing (Divisi Advokasi Yayasan PETRASA), dan Ibu Afni Sihotang (Petani/anggota Aliansi Petani Untuk Keadilan-APUK). Diskusi bergulir membahas berbagai isu penting terkait pemilihan pemimpin daerah di tahun ini. Sesi dialog difasilitasi oleh Lidia Naibaho yang merupakan Direktur Program Yayasan PETRASA.
Dialog ini berjalan dengan sangat dinamis, dimana peserta yang hadir pun turut aktif berpartisipasi dalam sesi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang ditujukan langsung kepada para narasumber.
Bapak Ridwan Samosir menyampaikan bahwa KPU telah menjalankan tahapan PEMILU sesuai jadwal dan aturan yang telah ditetapkan. KPU menghimbau semua warga Dairi untuk memastikan apakah namanya telah terdaftar di Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan segera melapor jika belum terdaftar. Beliau juga menyampaikan bahwa semua warga yang telah cukup umur berhak memiliki hak suara untuk memilih dan berhak menjadi penyelenggara Pemilu termasuk penyandang disabilitas.
Bapak Firman Lingga dalam kesempatannya mendorong warga yang mengetahui terjadi kecurangan dan praktek politik uang di tengah masyarakat untuk melaporkan ke pengawas PEMILU.
Dari sudut pandang lain, Ibu Afni, Pak Andi dan Pak Duat Sihombing mendorong masyarakat untuk bersatu dalam menjaga keamanan dan kedamaian dalam proses PILKADA. Hal ini juga berkaitan dengan ketegasan warga untuk menolak polarisasi yang dipicu isu SARA dan ikut aktif dalam mengawasi penyelenggaran PILKADA. Setiap masyarakat Dairi harus dapat menggunakan hak suaranya dengan bijaksana dan memiliki hak yang sama dalam memilih dan menjadi penyelenggara PILKADA termasuk kelompok disabilitas, kaum perempuan, dan para petani.
Yayasan PETRASA mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat, berpartisipasi dan berkontribusi dalam acara ini. Mari terus bersama-sama membangun demokrasi yang lebih baik, transparan dan setiap warga merdeka dalam menentukan pilihan.