“Suara Perempuan Menentukan Masa Depan”

Kami memulai hari pertama di bulan April 2019 dengan semangat pemberdayaan perempuan.
Sejak pukul 9 pagi, ratusan petani perempuan dari berbagai kelompok CU dampingan Petrasa di Kabupaten Dairi memenuhi aula Balai Budaya Sidikalang. Mereka berkumpul untuk bertemu dan berdiskusi langsung dengan para calon legislatif perempuan Kabupaten Dairi yang akan maju dalam pemilu April ini.

Dengan tema “Menakar Peluang Caleg Perempuan di Pileg 2019″, sebanyak 9 caleg perempuan mewakili 4 partai politik hadir untuk berbagi visi mereka dalam memajukan perempuan. Sebelumnya, Petrasa mengundang semua caleg perempuan di Kabupaten Dairi yang ikut dalam pemilu April ini melalui masing-masing partai. Petrasa mengimbau partai untuk menunjuk satu calon legislatif perempuan untuk berbicara dalam diskusi yang telah dipersiapkan. 

Kegiatan literasi politik pada perempuan ini diawali dengan pemaparan informasi mengenai pemilu dari Ibu Jenny Solin dari KPU Dairi. Sebagai salah satu perempuan yang aktif dalam gerakan pemberdayaan perempuan, ia mendorong perempuan untuk menggunakan suaranya mendukung caleg perempuan. “Ini demi terwujudnya kebijakan dan program-program yang dekat dengan perempuan, dengan kepentingan kita perempuan,” terangnya dengan semangat.

Setelah berdiksusi dengan KPU, petani kemudian diajak untuk kenal lebih dekat dengan calon legislatif perempuan di Kabupaten Dairi. Meski tidak semua caleg perempuan hadir dalam acara tersebut, Petrasa menampilkan seluruh profil caleg perempuan di Kabupaten Dairi pada dua layar proyektor agar petani perempuan yang hadir dapat mengenal caleg perempuan yang ada.

Sayang memang, dari hampir seratus calon legislatif perempuan yang terdaftar, hanya sembilan caleg perempuan yang hadir pada acara tersebut. Para caleg perempuan yang hadir antara lain Ibu Marini Stannie dari PSI, Ibu Delphi Masdiana Ujung dan Ibu Berta Rita Manurung dari Partai Golkar, Ibu Evi Sri Lumbang Gaol dan Ibu Mida Sianturi dari Hanura, Ibu Merika Sihombing, Ibu Dunen Nainggolan, Ibu Pastina Panggabean dan Ibu Rotua Sitanggang dari PDI-P. Meski ada sembilan caleg yang datang, atas keterbatasan waktu, hanya ada 4 caleg yang beropini dalam diksusi.

Lidia Naibaho, Direktur Program Yayasan Petrasa yang menjadi moderator diskusi pun mengarahkan diskusi dan tanya jawab antara petani perempuan dan para caleg perempuan yang begitu antusias. Ada dua pertanyaan utama yang menjadi inti diskusi kegiatan itu.

Pertanyaan pertama adalah mengenai bagaimana dan sebesar apa peran perempuan di legislatif  dalam rangka mendorong pembangunan di Dairi terkait pendidikan, kesehatan reproduksi perempuan.Keempat caleg perempuan yang duduk di panggung kemudian memberikan pendapatnya. Bagi Ibu Marini Stannie yang juga merupakan seorang dosen di STTOI, ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas perempuan untuk mendukung anak-anak yang lebih cerdas dan peduli dengan pendidikan. Ia juga berencana mendorong berdirinya kampus baru di Dairi yakni Institur Pertanian Dairi untuk menampung dan memfasilitasi anak muda di Kabupaten Dairi mendapat pendidikan yang lebih bagus lagi.

Tidak jauh berbeda, Merika Sihombing menyampaikan pentingnya pendidikan karakter bagi anak-anak sejak usia dini. Ia berencana ingin membuat PAUD yang berkualitas dan fokus dalam pengembangan karakter anak-anak.

Diskusi kemudian berlanjut pada pertanyaan kedua. Lidia Naibaho menyampaikan pertanyaan mengenai langkah konkret yang akan dilakukan caleg perempuan dalam upaya menurunkan kekerasan pada perempuan dan anak-anak. Pertanyaan ini berkenaan dengan maraknya berita kekerasan pada perempuan dan anak-anak di Kabupaten Dairi.

Evi Sri Lumban Gaol yang mewakili Hanura menjawab hal ini dengan menekankan pentingnya pendekatan edukatif kepada laki-laki. Menurutnya laki-laki perlu diberi edukasi untuk mengubah pola pikir mengenai buruknya kejahatan baik kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan seksual.

Sementara itu, Delphi Ujung menanggapi hal ini dengan mendorong advokasi hukum yang berkelanjutan untuk mendapatkan keadilan bagi korban. Tidak hanya itu, ia menekankan pentingnya advokasi ini untuk memberi efek jera pada pelaku.

Pertanyaan-demi pertanyaan juga disampaikan oleh petani perempuan. Salah satunya adalah petani perempuan dari For A Girl dari CU Bersatu mengenai salah satu kampus di Kabupaten Dairi yang ditutup ijinnya. Menurutnya Kabupaten Dairi memerlukan satu kampus untuk anak-anak daerah yang ingin mendapat pendidikan lebih dari SMA.

Meski disampaikan dengan cara yang berbeda, keempat caleg menanggapi pertanyaan ini dengan keseriusan untuk menertibkan administrasi lembaga pendidikan agar kedepannya kampus yang sudah beroperasi tidak lagi ditutup. Mereka juga sama-sama mendorong akan dibuatnya kembali kampus yang lebih baik untuk meningkatkan pendidikan di Kabupaten Dairi.

Literasi politik bagi perempuan sangatlah penting. Melalui kegiatan seperti ini diharapkan perempuan dapat menggunakan hak suaranya dengan lebih bijak untuk mendukung kebijakan yang ramah perempuan di masa depan. Duat Sihombing, Kepala Divisi Advokasi yang mengetuai kegiatan ini, berharap, “Kegiatan ini adalah upaya kita untuk meningkatkan perempuan sadar politik, menguatkan semangat kesetaraan gender, dan tentu saja meningkatkan partisipasi mereka di masa depan dalam menentukan anggota legislatif perempuan yang saat ini masih sangat sedikit.”

 

FRT