Membekali Ilmu UPPD dengan Pelatihan Inspeksi

Sebagai tindak lanjut terbentuknya Unit Pamor Pangula Dairi (UPPD) pada Agustus lalu, UPPD melaksanakan pelatihan inspeksi selama tiga hari. Pada 25 hingga 27 September 2018 lalu, UPPD yang diprakarsai oleh PETRASA dan petani organik di Dairi berkumpul untuk mengikuti pelatihan inspeksi organik dari Aliansi Organis Indonesia (AOI).

Dua orang narasumber dan pelatih dari AOI, Theresia Eko dan Arief sejak Selasa hingga Rabu menjelaskan pentingnya peran inspektor dalam konsep sertifikasi partisipatif PAMOR. Inspektor nantinya akan bertugas untuk memeriksa organik atau tidaknya sebuah produk pertanian mulai dari lahan hingga pengolahan pasca panen. Hasil inspeksi mereka berdasar pada beberapa ketentuan seperti sistem kontrol internal sebuah produk pertanian organik dan standar-standar organik yang sifatnya sesuai standar nasional.

Pada hari kedua, sekitar 28 peserta pelatihan inspektor yang terdiri dari petani dan staf PETRASA melakukan orientasi inspeksi lahan ke ladang kopi Koster Tarihoran yang memiliki ladang kopi organik di Dusun Lae Pinagar, Desa Perjuangan. Berbekal formulir inspeksi yang berisi berbagai indikator, para peserta belajar cara menginspeksi dan membuat penilaian. Setelah itu, orientasi dilanjutkan ke Desa Kentara, Lae Parira tepatnya ke Green House Natama yang menghasilkan sayur-sayuran organik.

Dalam PAMOR, seorang inspektor tidak boleh menginspeksi lahan sendiri. Sehingga dalam sesi pelatihan kali ini, petani sayur-sayuran organik bertugas untuk menjadi inspektor lahan dan produk kopi organik d’Pinagar Sidikalang Arabica Coffee. Sebaliknya, para petani kopi organik menjadi inspektor lahan dan produk sayuran organik dari Desa Kentara.

Pada hari ketiga, narasumber dari AOI pun mempersilakan para peserta untuk mempresentasikan hasil inspeksi mereka pada hari sebelumnya. Presentasi ini menjadi penting karena inspektor yang juga adalah petani organik yang menghasilkan produk dapat mengetahui hal-hal apa saja yang masih kurang dari standar UPPD.

Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ditutup dengan pengesahan terbentuknya UPPD. Kaos putih dengan tulisan Unit PAMOR Pangula Dairi menjadi tanda sah terkumpulnya niat semua pihak mewujudkan UPPD. Jupri Siregar selaku Manager UPPD mengajak semua pihak untuk menjaga semangat sebab masih banyak tugas yang harus dikerjakan untuk benar-benar mendapatkan sertifikasi PAMOR ke depannya.

Acara diakhiri dengan pemberian cinderamata berupa ulos kepada dua narasumber dan sertifikat kepada peserta pelatihan dari AOI. Diakhir acara, Sekretaris Eksekutif PETRASA berterima kasih kepada semua peserta yang aktif dalam pelatihan dan kepada kedua narasumber. Ia mengimbau, “Semoga setelah pelatihan inspeksi ini, semua peserta semakin mantap untuk mengerjakan tugas-tugas lanjutan UPPD ke depannya.”

Bentuk UPPD, Petani Organik Dairi Siap Wujudkan PAMOR

Bulan Juli lalu, petani dampingan PETRASA dengan Aliansi Organis Indonesia (AOI) berdiskusi untuk membahas Penjamin Mutu Organik (PAMOR). Untuk menindaklanjuti pertemuan itu, pada Jumat lalu (31/8/2018), PETRASA, para petani dampingan yang telah menghasilkan produk pertanian organik, dan konsumen tetap sayuran organik kembali berkumpul untuk membahas rencana pembuatan Unit Pangula Pamor Dairi (UPPD).

            Pada pertemuan sebelumnya, organisasi ini telah memutuskan untuk membentuk UPPD meski belum memilih orang-orang yang akan menjalankan unit PAMOR pertama di Dairi ini. Pertemuan pada akhir Agustus lalu menjadi kesempatan penting yang membahas beberapa agenda penting yang salah satunya adalah pembentukan struktur organisasi UPPD.

            Setelah memaparkan ulang konsep PAMOR secara singkat, staf PETRASA dan para petani pun berdiskusi untuk menentukan sistem standar internal. Standar ini perlu untuk mengatur dan memastikan bahwa semua proses mulai dari budidaya hingga pascapanen benar-benar mendapat perlakuan organik. Standar ini juga dibangun atas kearifan lokal dari pengalaman para petani dan staf PETRASA selama ini. Mereka secara terpisah membuat standar internal untuk sayuran organik dan kopi organik d’Pinagar Sidikalang Arabica Coffee.

Standar yang telah disepakati bersama akan dikirim ke AOI untuk ditinjau ulang. Setelah menetapkan standar, staf dan petani pun masuk ke agenda utama yakni pembentukan struktur UPPD. Semua orang yang hadir pada pertamuan itu dipastikan terlibat dalam struktur UPPD sesuai dengan kapasitas masing-masing.

            Pada diskusi itu, Jupri Siregar terpilih sebagai Manajer UPPD. Dia akan bertanggung jawab dalam segala proses kerja UPPD dan hubungannya langsung dengan AOI. Ridwan Samosir, Jetun Tampubolon, dan Kalmen Sinaga terpilih menjadi menjadi Komite Persetujuan.

            Sementara itu, Christina Padang dan Goklasni Manullang dipercaya memegang administrasi dan database UPPD bila program sudah berjalan. Pada Unit Inspeksi, mereka sepakat mempercayakan tugas inspeksi pada Lina Silaban, Hariono Manik, dan D. Manik.

Pada Unit Pendampingan, Ganda Sinambela, Debora Nababan, dan Koster Tarihoran akan menjadi tim yang mendampingi para petani dalam melakukan pertanian organik sesuai standar yang sudah ditetapkan. Sementara pada Unit Fasilitas Pasar dipegang oleh Ester Pasaribu, Edo Nainggolan, Jhonson Girsang, dan Jhonson Sihombing. Unit terakhir dalam struktur, yakni Unit Humas dan Promosi ditanggungjawabi oleh Duat Sihombing, Muntilan Nababan dan Yuyun Ginting.

Struktur ini merupakan kolaborasi antara staf PETRASA, petani, dan konsumen. Ketiga unsur ini sesuai dengan prinsip PAMOR yakni sistem penjaminan mutu yang sifatnya partisipatif. Artinya melibatkan pihak-pihak penting yang bisa menjamin bahwa proses budidaya dan pengolahan pasca panen benar-benar organik.

            Setelah menetapkan struktur pengurus UPPD, seluruh peserta pertemuan menyatukan komitmen dengan segera menjadwalkan proses pelatihan inspeksi pada bulan September 2018 bersama dengan AOI. Semua pihak sepakat untuk segera bekerja demi mewujudkan PAMOR bagi para petani organik di Dairi.

 

FRT

Credit Union Dari, Oleh, Untuk Kita

Credit Union atau sering disingkat CU, merupakan program penguatan ekonomi bagi masyarakat kecil di desa dampingan PETRASA. Sekali dalam sebulan, anggota kelompok CU akan berkumpul untuk melakukan simpan pinjam dan berdiskusi tentang keadaan CU mereka.

Untuk menambah motivasi anggota agar terus semangat dalam pengembangan kelompok, sebuah kelompok biasanya membuat kegiatan bersama. Salah satunya adalah kegiatan apresiasi kelompok CU Martabe di Desa Lae Pangaroan, Kecamatan Silima Pungga-Pungga. Setelah melakukan simpan pinjam, pengurus kelompok memberikan gelas bagi anggota kelompok pada Jumat lalu (24/8/18).

Melalui dana pendidikan yang berasal dari sisa hasil usaha yang dikumpulkan selama 1 tahun berjalan, pengurus memberikan 40 lusin gelas kepada semua anggota. Setiap anggota kelompok mendapat 1 lusin gelas. Dalam kesempatan itu, tidak lupa pengurus Bapak R. Sitorus selaku ketua kelompok dan staf pendamping dari PETRASA, Boy Hutagalung, memberikan motivasi kepada anggota. Mereka mengingatkan kembali tujuan pembentukan CU adalah untuk saling menopang anggota satu sama lain.

Kelompok CU Martabe ini awalnya dibentuk pada Juli 2008 lalu. Sepanjang perjalanannya, kehadiran CU ini sudah banyak membantu perekonomian masyarakat di desa tersebut. Beberapa manfaatnya sangat jelas terasa. Salah satunya dengan tabungan pendidikan anak, orang tua dapat menyimpan sedikit demi sedikit uang untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak mereka. Manfaat lainnya, anggota dapat meminjam uang dengan bunga yang rendah untuk kebutuhan bertani atau pun membuka usaha.

Anggota kelompok merasa sangat senang dengan kegiatan apresiasi tersebut. Beberapa orang desa yang belum masuk ke CU Martabe di Desa Lae Pangaroan bahkan mencari informasi cara untuk menjadi anggota kelompok setelah menyaksikan kegiatan itu. Hal ini juga menjadi pembuktian bahwa prinsip-prinsip CU, yakni, dari, oleh dan untuk kita, tetap dipegang erat. Sebab semakin semangat sebuah kelompok memegang prinsip terserbut, semakin banyak pula kegiatan bermanfaat yang berdampak dan terasa bagi banyak orang.

Sejatinya, kelompok CU yang terbentuk tidak hanya bertujuan untuk menguatkan perekonomian masyarakat melalui simpan pinjam. PETRASA sebagai lembaga pendamping juga mengajak anggota kelompok CU untuk menerapkan pertanian selaras alam, peternakan terpadu, dan penguatan organisasi masyarakat. Semuanya tetap dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat.

 

B0

 

Pelatihan Pembuatan Pakan Fermentasi untuk Ternak Lebih Sehat

Bagi kebanyakan petani dampingan PETRASA, beternak masih belum menjadi fokus dan belum mendapat perhatian yang besar, masih dianggap sebagai usaha sampingan saja. Hal ini kelihatan juga dari cara mereka memberikan pakan ternak yang masih seadanya. Banyak petani yang memang belum tahu cara memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka untuk diolah menjadi pakan ternak.

Sebenarnya ada banyak sumber daya alam di ladang petani untuk diolah menjadi pakan ternak. Beberapa bahan yang bisa dimanfaatkan diantaranya adalah rumput lapang, daun lamtoro, daun gamal, rumput raja, daun serai, keong mas, dan sebagainya. Bahan-bahan ini bisa digunakan sebagai pakan alternatif dan tambahan bagi ternak babi, baik dengan cara di fermentasi maupun diberi secara langsung.

Untuk memberikan edukasi kepada para petani mengenai pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai pakan ternak, PETRASA melakukan pelatihan budidaya dan pembuatan fermentasi pakan untuk ternak babi. Pelatihan ini di laksanakan pada Senin, (6/8/2018) di Desa Sihorbo, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi. Pelatihan  ini dihadiri 33 orang petani yang berasal dari kelompok CU di desa tersebut.

Dalam pelatihan itu, PETRASA mengundang narasumber Tinogi Nababan. Beliau merupakan seorang kader peternak PETRASA,  yang telah banyak merasakan hasil baik dari beternak babi.  Beliau juga merupakan penyedia bibit ternak yang bagus. Oleh karena itu, PETRASA sudah lama bekerja sama dengan Bapak Tinogi Nababan untuk menyediakan bibit ternak bagi peternak dampingan PETRASA.

Pada saat pelatihan,  peserta aktif berdiskusi dengan narasumber tentang pengalaman-pengalaman yang mereka alami selama  beternak. Memang, para peserta yang hadir rata rata sudah beternak babi dengan cara yang sederhana dan masih dengan pakan yang itu itu saja dan belum beragam. Umumnya mereka mengolah pakan ternak dengan merebus hijauan (andor), tumbuhan merambat, dan ubi singkong. Dengan adanya pelatihan ini peserta diharapkan bisa lebih bijak dalam pemilihan bahan pakan yang ada di sekitar mereka. Apalagi sumber daya alam di desa cukup banyak untuk memenuhi pakan ternak babi tanpa membeli dari toko ternak (poultry shop). Pendapatan peternak bisa meningkat dengan adanya pakan lokal yang diolah langsung oleh para petani dan peternak. Selain itu, beternak juga secara langsung mendukung pengembangan pertanian organik.

Penulis : Ganda Sinambela

Editor: FRT

Galakkan Semangat PSA, Petani Buat Pupuk Bokashi Sendiri

Kemajuan Pertanian Selaras Alam (PSA) dapat terwujud apabila petani secara aktif mau belajar dan melatih diri untuk membuat pupuk dan pestisida dari sumber daya alam. Hal inilah yang sedang dikerjakan oleh para petani dari CU Eben Ezer di Desa Kentara, Laeparira. Mereka bergotong royong untuk membuat pupuk bokashi dan pestisida nabati menggunakan bahan-bahan dari sumber daya alam yang ada di lingkungan tinggal mereka.

Pada Selasa lalu (21/8/18) lalu, 41 orang petani yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 31 perempuan bekerjasama mengumpulkan bahan-bahan pembuatan bokashi dan pestisida nabati. Bahan-bahan tersebut antara lain batang jagung, batang pisang, rumput-rumputan, daun jambu, daun sirsak, daun kemangi, kotoran ternak, dan bumbu dapur seperti bawang dan andaliman.

Sebelum mulai mengolah bahan-bahan tersebut menjadi bokashi, para petani bernyanyi bersama untuk meningkatkan semangat kerja mereka. Mereka menggubah lagu potong bebek angsa menjadi lagu penyemangat dalam bahasa Batak. Melalui lirik lagu yang mereka ubah, mereka berharap pertanian selaras alam akan memberikan hasil panen yang banyak untuk ladang dan ternak mereka.

Setelah bernyanyi, para petani pun mulai mengangkat bahan-bahan yang sudah mereka kumpulkan di halaman rumah hijau sayuran organik Natama. Mereka estafet mengantarkan bahan-bahan tersebut kepada Bapak Dohar Sinaga yang bertugas untuk menghaluskan bahan-bahan dengan mesin penggiling. Sementara di sisi lain, dua petani sudah bersedia menyendok bahan-bahan yang sudah halus ke dalam beko. Setelah penuh, petani lain pun membawa bahan halus tersebut ke belakang rumah hijau untuk ditumpuk dan diolah dengan bahan lainnya.

Meski tangki minyak mesin sempat rusak, para petani tidak kehilangan semangat. Selepas makan siang, mereka dengan kreatif memperbaiki tangki minyak mesin penggiling dan mulai lagi mencacah bahan-bahan pembuatan bokashi. Di saat yang bersamaan, beberapa petani mengolah bumbu dapur seperti andaliman, gula merah, dan bawang untuk nanti dicampurkan dengan bahan-bahan alam yang sudah dihaluskan untuk membuat pestisida nabati.

Goklasni Manullang sebagai pendamping dari Divisi Pertanian terus memantau dan membantu para petani dalam membuat bokashi dan pestisida nabati. Dengan bantuan, Ibu N. br Pakpahan yang menjadi penanggung jawab rumah hijau Natama, para petani diarahkan untuk menakar dan mencampurkan bahan-bahan dengan komposisi yang tepat.

Kerja sama CU Eben Ezer memang sangat rapi karena mereka sebelumnya juga pernah memenangkan penghargaan sebagai Juara 1 Kelompok Terbaik dan juga untuk kategori Kebun Keluarga pada perayaan hari ulang tahun PPODA beberapa bulan lalu. Tanpa mengeluh, dengan riang mereka menyelesaikan pembuatan pupuk bokashi dan pestisida nabati hingga pukul lima sore. Pupuk bokashi dan pestisida nabati sudah bisa dipakai dalam waktu dua minggu hingga satu bulan setelah dibuat.

Goklasni juga menjelaskan, pelatihan ini kembali dilakukan agar petani di CU Eben Ezer mampu mempraktikkan dan mengaplikasikan Pertanian Selaras Alam secara konsisten dalam budidaya tanaman alami.

 

FRT