Menguatkan Kemitraan Kelompok Credit Union dan PETRASA

CU PETRASA

Di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi petani di pedesaan, hadirnya Credit Union (CU) menjadi angin segar yang menawarkan solusi berbasis komunitas. CU bukan hanya sekadar lembaga simpan pinjam, tetapi juga wadah untuk saling membantu, membangun kepercayaan, dan memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat desa. Petrasa, sebagai organisasi yang berkomitmen pada pemberdayaan petani, telah aktif mendampingi 100 kelompok CU yang tersebar di 69 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Dairi, dengan total 5.343 anggota, mayoritas di antaranya adalah perempuan.

CU: Lebih dari Sekadar Simpan Pinjam

Kelompok CU yang didampingi oleh PETRASA menjalankan sistem simpan pinjam yang dilakukan sebulan sekali di lokasi yang disepakati bersama. Namun, lebih dari itu, setiap pertemuan rutin juga menjadi ajang diskusi mengenai berbagai isu yang dihadapi anggota, terutama dalam bidang pertanian. PETRASA memanfaatkan momen ini untuk memberikan pendampingan dan edukasi tentang praktik pertanian selaras alam. Dengan pendekatan ini, anggota CU didorong untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis dan menerapkan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan serta berpihak pada kedaulatan pangan dan keseimbangan lingkungan.

Memperkuat Kemitraan: Diskusi Bersama Pengurus CU

Dalam upaya meningkatkan efektivitas pendampingan dan memperkuat kemitraan dengan kelompok CU, pada bulan Februari 2025, PETRASA mengadakan serangkaian pertemuan dengan para pengurus CU dampingan. Tujuan dari pertemuan ini antara lain:

  • Mensosialisasikan program PETRASA yang dapat diikuti oleh anggota CU, seperti pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida nabati, pengembangan usaha ternak, serta peningkatan kapasitas perempuan.
  • Memperkuat sistem manajemen CU, termasuk kepengurusan dan penyetoran keuangan.
  • Menampung masukan dari kelompok CU untuk meningkatkan efektivitas pendampingan.

Pertemuan ini difasilitasi oleh Lidia Naibaho, Sekretaris Eksekutif PETRASA, dan Muntilan Nababan, penanggung jawab kelompok CU dampingan. Diskusi pertama berlangsung pada 11 Februari 2025 di Balai Desa Sumbari, melibatkan pengurus CU dari Kecamatan Silima Pungga-pungga dan Siempatnempu Hilir. Pertemuan kedua diadakan pada 18 Februari 2025 di Gereja HKBP Kentara, menghadirkan pengurus CU dari Kecamatan Lae Parira dan Berampu.

Partisipasi untuk Keberlanjutan

Diskusi berlangsung terbuka, di mana setiap peserta diberikan ruang untuk menyampaikan kondisi kelompoknya, berbagi tantangan, serta mengusulkan ide-ide untuk pengembangan CU dan peningkatan kapasitas anggotanya. Dengan mendengar langsung dari para pengurus, PETRASA dapat merancang pendekatan yang lebih efektif dalam pendampingan ke depan. Pertemuan serupa juga akan dilanjutkan di kecamatan lain untuk memperluas dampak positif yang telah dirasakan.

Melalui penguatan kemitraan antara PETRASA dan kelompok CU, diharapkan ekonomi petani desa semakin kuat, kesejahteraan sosial meningkat, dan lingkungan tetap terjaga.

CU bukan hanya soal keuangan, tetapi juga tentang membangun solidaritas dan harapan bagi masa depan yang lebih baik.

Pelatihan Pembuatan Asupan Organik untuk Budidaya Mina Padi

Pada 24 Februari 2025, Yayasan PETRASA mengadakan pelatihan pembuatan asupan organik di kantor mereka. Pelatihan ini diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari anggota kelompok dampingan PETRASA dan petani muda yang tertarik dengan pertanian organik.

Pelatihan dimulai dengan sesi materi mengenai pertanian berkelanjutan dan dampak perubahan iklim. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta mengenai tantangan yang dihadapi sektor pertanian serta tindakan adaptasi dan mitigasi yang dapat diterapkan. Setelah itu, peserta mendapatkan materi mengenai pemasaran melalui kios Pangula, yang dapat membantu petani dalam memasarkan hasil pertanian organik mereka.

Selanjutnya, peserta mendapatkan teori mengenai asupan dan nutrisi organik yang diperlukan dalam proses budidaya. Setelah sesi teori, peserta mengikuti praktik pembuatan berbagai jenis asupan organik, seperti Bokashi, pestisida nabati (Pesnab), dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Semua bahan yang digunakan berasal dari lingkungan sekitar, sehingga mudah diperoleh dan lebih ramah lingkungan.

Sebagai tindak lanjut, peserta berencana membuat asupan secara mandiri di kelompok masing-masing untuk keperluan pribadi. Mereka juga berkomitmen untuk membagikan ilmu yang telah diperoleh kepada anggota kelompok lain dan membantu dalam penerapan praktik pertanian organik di komunitas mereka.

Memahami dan Menjaga Kesuburan Tanah: Training of Trainer Ekologi Tanah

Tanah merupakan sistem hidup yang sangat penting sebagai sumber kehidupan bagi makhluk hidup di bumi. Dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah serta sebagai langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, Aliansi Organik Indonesia (AOI) mengadakan Training of Trainer (TOT) Ekologi Tanah. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang ekologi tanah serta metode konservasi tanah, sehingga peserta dapat menjadi fasilitator yang nantinya akan melatih calon pelatih lainnya. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari dan diikuti oleh berbagai peserta, termasuk staf organisasi serta petani dampingan.

Pelaksanaan TOT Ekologi Tanah

Pelatihan TOT Ekologi Tanah kali ini diadakan di Learning Center Yayasan Ate Kelleng, berlangsung dari tanggal 11 hingga 14 Februari 2025. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah, termasuk Region Sumatera dan Kalimantan. Salah satu organisasi yang turut serta adalah PETRASA, yang mengirimkan dua orang staf dan satu orang petani dampingan.

Materi dan Kegiatan Pelatihan

Hari pertama dimulai dengan sesi pendidikan orang dewasa (andragogi), di mana peserta mempelajari teknik kepemanduan. Mereka diajarkan untuk menganalisis kebutuhan pelatihan, merancang, serta mengevaluasi proses pelatihan agar dapat diterapkan dengan baik dalam konteks pertanian organik. Selain itu, peserta juga diperkenalkan dengan konsep ekologi tanah, termasuk sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh tanah.

Hari kedua berfokus pada sifat fisik tanah, seperti tekstur, porositas, kapilaritas, dan aerasi tanah. Peserta melakukan berbagai praktik, seperti menghitung persentase kandungan tanah (batuan, pasir, tanah liat, dan humus), menganalisis kebutuhan air tanaman, serta menguji kemampuan tanah dalam menyerap air dan menyediakan oksigen bagi organisme di dalamnya.

Hari ketiga membahas sifat kimia dan biologi tanah. Peserta melakukan uji pH tanah, mengidentifikasi unsur hara, serta mengukur kapasitas tukar kation (KTK). Selain itu, peserta juga mempelajari tiga kelompok utama organisme dalam tanah, yaitu mikroorganisme (bakteri, jamur, virus), mesoorganisme (nematoda), dan makroorganisme (cacing, serangga, akar tanaman).

Hari terakhir ditutup dengan diskusi mengenai unsur hara sebagai nutrisi penting bagi tanaman. Selain itu, peserta menyusun rencana tindak lanjut, yaitu berbagi pengetahuan dengan petani di lembaga dampingan masing-masing dan melaksanakan TOT di wilayah mereka.

Siap Menebar Dampak

Pelatihan ini menanamkan prinsip bahwa prioritas utama dalam pertanian organik adalah menyehatkan tanah terlebih dahulu. Dengan memahami kondisi tanah, petani dan fasilitator dapat menentukan perlakuan yang tepat bagi lahan pertanian mereka. Para peserta TOT diharapkan mampu menjadi fasilitator yang kompeten dalam bidang ekologi tanah, serta dapat menerapkan dan menyebarluaskan ilmu yang telah mereka peroleh di komunitas pertanian masing-masing.

Melalui pelatihan ini, diharapkan semakin banyak petani yang memahami pentingnya ekologi tanah dan mampu menerapkan metode konservasi tanah yang berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan.

Pelatihan Budidaya Mina: Padi Ramah Lingkungan untuk Tingkatkan Pendapatan Petani dan Mitigasi Perubahan Iklim

Pada tanggal 4 November 2024, Petrasa melaksanakan Pelatihan Budidaya Mina Padi di Kelompok CU Suka Makmur, yang diikuti oleh 25 petani antusias. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan sistem pertanian terpadu yang memadukan budidaya padi dan ikan dalam satu lahan—sebuah inovasi yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas hasil tani sekaligus menambah sumber pendapatan bagi petani. Selain itu, pelatihan ini juga menjadi langkah nyata dalam penerapan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

Mengawali Perubahan dengan Kesadaran Iklim

Kegiatan ini dibuka dengan sesi pemahaman tentang perubahan iklim, yang menyoroti dampak nyata krisis iklim terhadap lingkungan dan sektor pertanian. Melalui sesi ini, peserta diberikan wawasan mendalam mengenai berbagai ancaman iklim yang semakin nyata, seperti perubahan pola cuaca, kekeringan, dan banjir yang mempengaruhi hasil panen. Dengan bertambahnya pemahaman ini, petani diharapkan dapat lebih peduli terhadap kondisi lingkungan serta terdorong untuk mengambil langkah-langkah adaptasi dan mitigasi dalam pertanian mereka.

Teknik Budidaya Mina Padi untuk Ketahanan Ekonomi dan Lingkungan

Sesi berikutnya mengupas seluk-beluk teknik budidaya mina padi, dari persiapan lahan, pemilihan bibit unggul, hingga strategi perawatan selama masa tanam dan panen. Sistem mina padi memungkinkan petani untuk menanam padi sekaligus memelihara ikan di lahan yang sama, menciptakan simbiosis yang saling menguntungkan. Ikan membantu membersihkan gulma dan hama serangga di sekitar tanaman padi, sementara padi memberikan naungan bagi ikan. Pola ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menurunkan kebutuhan akan pestisida dan pupuk kimia.

Dalam sesi ini, peserta juga diajak untuk merancang tata letak lahan mina padi yang disesuaikan dengan kondisi sawah mereka. Melalui diskusi dan panduan teknis, peserta belajar bagaimana menciptakan lingkungan pertanian yang sehat dan berkelanjutan di lahan mereka sendiri.

Memahami Biaya dan Manfaat dengan Analisis Usaha

Salah satu sesi yang paling dinanti adalah analisis usaha. Dalam sesi ini, para petani belajar menghitung total biaya yang diperlukan mulai dari pengolahan lahan hingga panen, termasuk memperkirakan pendapatan dan keuntungan yang bisa dihasilkan dari sistem mina padi. Analisis ini sangat penting untuk menilai apakah sistem ini layak dikembangkan lebih lanjut dan menguntungkan bagi keberlangsungan ekonomi petani. Selain itu, pemahaman tentang keuntungan yang lebih besar melalui sistem mina padi dapat menjadi motivasi bagi petani untuk beralih ke pola tanam ini.

Membuat Pupuk Organik dan Pestisida Nabati dengan Bahan Lokal

Sebagai bagian dari pelatihan, peserta juga belajar membuat asupan nutrisi organik yang dibutuhkan tanaman dan ikan. Beberapa produk yang dibuat antara lain pestisida nabati dan perangsang tumbuh, dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang mudah diperoleh di sekitar mereka. Penggunaan bahan alami ini tidak hanya lebih murah tetapi juga lebih aman bagi lingkungan serta kesehatan petani dan konsumen.

Langkah Nyata untuk Masa Depan Pertanian Berkelanjutan

Di akhir kegiatan, para petani menunjukkan komitmen untuk menerapkan sistem mina padi pada lahan mereka di musim tanam berikutnya. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan, para petani ini tidak hanya meningkatkan potensi ekonomi keluarga, tetapi juga ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya PETRASA dalam memberdayakan petani melalui inovasi yang berkelanjutan, dengan harapan dapat menciptakan pertanian yang tangguh terhadap perubahan iklim. Melalui budidaya mina padi, para petani dapat memanen dua sumber daya dari satu lahan, sekaligus berkontribusi pada upaya mitigasi iklim yang semakin mendesak. Petrasa berharap bahwa sistem pertanian ini bisa menjadi contoh inspiratif bagi lebih banyak petani di Indonesia untuk bergerak menuju masa depan yang lebih hijau, sehat, dan makmur.

Mari Bergabung dalam Gerakan Pertanian Selaras Alam dan Berkelanjutan!

Kabar Petani: Dari Memangkas Kopi Hingga Pembuatan Pupuk dan Pestisida Organik di Sileuleu

Pelatihan Pemangkasan Kopi Petrasa

Pada tanggal 21-22 Agustus 2024, PETRASA melakukan pelatihan perawatan kopi yang diikuti oleh 18 orang petani anggota Kelompok Tani Bersatu di desa Sileu-Leu Parsaoran Kecamatan Sumbul, Dairi. 

Materi pelatihan hari pertama mencakup pemeliharaan, pemangkasan kopi dan edukasi terkait perubahan iklim serta pemilihan varietas yang sesuai dengan lingkungan setempat. Petani belajar cara pemangkasan yang benar, menyambung batang serta pembuatan rorak di sekitar tanaman kopi. Tujuannya adalah agar petani dapat meningkatkan produktivitas, mengontrol pertumbuhan, meningkatkan kualitas buah, memperpanjang umur tanaman, serta mengurangi resiko penyakit.

Peserta pelatihan mengatakan bahwa mereka sudah lama melakukan budidaya kopi namun hasilnya belum maksimal, disebabkan oleh kurangnya pemahaman petani dalam proses budidaya yang benar. Praktek pemangkasan dilakukan langsung di kebun kopi milik salah satu petani peserta pelatihan, dipandu oleh bapak Koster Tarihoran sebagai pelatih dan kader petani kopi. 

PETRASA mendorong petani untuk membudidayakan kopi terintegrasi dengan tanaman lain seperti buah-buahan dan lebah madu. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari Sistem Integrasi Pertanian, diantaranya adalah adanya sumber pendapatan tambahan, sumber pangan yang sehat dan sistem ini juga menjadi salah satu strategi mitigasi perubahan iklim.

Pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik dilakukan pada hari kedua Kamis 22 Agustus 2024 yang dihadiri sebanyak 14 orang petani. Pelatihan ini memberikan pemahaman kepada petani bagaimana cara mengurangi biaya produksi pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada di lingkungan sekitar.

Dalam sesi praktek, peserta belajar pembuatan Jadam Microbial Solution (JMS), trichoderma, Pupuk organik cair (POC), Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan Eco-enzim. Peserta juga diajarkan mengenai fungsi dan cara pengaplikasian dari setiap jenis pupuk dan pestisida yang dibuat. Proses pelatihan yang meliputi praktek langsung dan diskusi antara narasumber dan semua peserta dilakukan dengan proses andragogi (pengetahuan untuk membimbing orang tua belajar). 

Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan petani dalam membudidayakan kopi dengan baik dan menghasilkan kopi berkualitas yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Sistem pertanian organik di lahan kopi ini juga menjadi salah satu strategi mitigasi perubahan iklim. 

Dialog Kemerdekaan: PILKADA yang Memerdekakan

Yayasan PETRASA dengan bangga telah menyelenggarakan sebuah kegiatan interaktif, berupa Dialog Kemerdekaan dengan mengangkat tema “PILKADA YANG MEMERDEKAKAN,”. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2024 dan menghadirkan lima narasumber berkompeten yang antusias berbagi wawasan, aspirasi, dan solusi dalam menggunakan hak suara dengan merdeka dan bijaksana.

Kegiatan ini dihadiri oleh peserta dari berbagai latarbelakang seperti petani, kaum perempuan, penyandang disabilitas, aktivis, dan juga mahasiswa yang mewakili kaum muda. PILKADA tentu sangat berpengaruh terhadap kemajuan, arah pembangunan dan berbagai kebijakan yang terjadi di daerah. Karena itu penting bagi semua orang untuk mengetahui profil, visi misi dari setiap kandidat, apakah mereka pro-rakyat dari berbgai kelompok, peduli pada lingkungan, dan memperhatikan semua orang tanpa memandang suku, agama dan ras. Dialog ini menjadi salah satu usaha PETRASA mengedukasi masyarakat dalam partisipasinya nanti di PILKADA yang akan segera dilaksanakan.

Para narasumber yang hadir adalah Bapak Ridwan Samosir (komisioner KPU Dairi), Bapak Firman Lingga (Panwascam Siempat Nempu), saudara Andi Silalahi (Pemuda GMNI), Bapak Duat Sihombing (Divisi Advokasi Yayasan PETRASA), dan Ibu Afni Sihotang (Petani/anggota Aliansi Petani Untuk Keadilan-APUK). Diskusi bergulir membahas berbagai isu penting terkait pemilihan pemimpin daerah di tahun ini. Sesi dialog difasilitasi oleh Lidia Naibaho yang merupakan Direktur Program Yayasan PETRASA.

Dialog ini berjalan dengan sangat dinamis, dimana peserta yang hadir pun turut aktif berpartisipasi dalam sesi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang ditujukan langsung kepada para narasumber.

Bapak Ridwan Samosir menyampaikan bahwa KPU telah menjalankan tahapan PEMILU sesuai jadwal dan aturan yang telah ditetapkan. KPU menghimbau semua warga Dairi untuk memastikan apakah namanya telah terdaftar di Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan segera melapor jika belum terdaftar. Beliau juga menyampaikan bahwa semua warga yang telah cukup umur berhak memiliki hak suara untuk memilih dan berhak menjadi penyelenggara Pemilu termasuk penyandang disabilitas.

Bapak Firman Lingga dalam kesempatannya mendorong warga yang mengetahui terjadi kecurangan dan praktek politik uang di tengah masyarakat untuk melaporkan ke pengawas PEMILU.

Dari sudut pandang lain, Ibu Afni, Pak Andi dan Pak Duat Sihombing mendorong masyarakat untuk bersatu dalam menjaga keamanan dan kedamaian dalam proses PILKADA. Hal ini juga berkaitan dengan ketegasan warga untuk menolak polarisasi yang dipicu isu SARA dan ikut aktif dalam mengawasi penyelenggaran PILKADA. Setiap masyarakat Dairi harus dapat menggunakan hak suaranya dengan bijaksana dan memiliki hak yang sama dalam memilih dan menjadi penyelenggara PILKADA termasuk kelompok disabilitas, kaum perempuan, dan para petani.

Yayasan PETRASA mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat, berpartisipasi dan berkontribusi dalam acara ini. Mari terus bersama-sama membangun demokrasi yang lebih baik, transparan dan setiap warga merdeka dalam menentukan pilihan.

MERDEKA… MERDEKA… MERDEKA!