“MENANAM ADALAH MELAWAN”


Sesampainya di Desa Sileuh-leuh Parsaoran, tim Petrasa disambut oleh udara yang begitu segar dan suhu yang cukup dingin, hari itu Selasa 10 Mei 2022, Kelompok Tani Bersatu (KTB) mengikuti Pelatihan Budidaya Tanaman Kopi Arabika dengan Perlakuan Pertanian selaras Alam. Salam hangat dari 23 orang anggota KTB menambah semangat dalam kegiatan ini. Sebelum kegiatan ini dimulai, peserta pelatihan, Petrasa dan Amang Koster Tarihoran (petani Kopi Arabika Organik / Narasumber) berdiskusi tentang perjuangan KTB mempertahankan hak atas tanahnya dari PT. Gruti.

Membuka pelatihan ini, Ridwan Samosir (Sekretatis Eksekutif Petrasa) menyampaikan mengapa kita harus bertani organik (pertanian selaras alam). “Dengan bertani organik, kita tidak lagi harus membayar mahal dan sudah memutus ketergantungan dengan pupuk pabrikan. Kalau bertani dengan pertanian kimia, yang kaya justru para pemilik perusahaan atau kapitalis. Bertani kimia, kita tidak dapat menjamin harga produk pertanian kita, yang dilakukan Petrasa saat ini adalah bagaimana produsen dapat langsung bertemu dengan konsumen dan ada penjaminan harga. Kita bisa menggunakan sumber daya alam yang ada, pertanian organik merupakan pertanian berkeadilan menuju kedaulatan petani.”, ajak Ridwan Samosir.

Ruang lingkup Kelompok Tani Bersatu adalah Desa Sileuh-leuh Parsaoran. Desa Sileuh-leuh Parsaoran merupakan salah satu penghasil tanaman kopi yang ada di Kabupaten Dairi. Rata-rata ketinggian Sileuh-leuh Parsaoran berkisar 1.000 hingga 1.400 Mdpl dengan suhu lingkungan sekitar 10 – 20 derajat celcius . Melihat kondisi geografis tersebut, maka Sileuh-leuh Parsaoran sangat cocok dalam budidaya kopi Arabika. Biji kopi arabika dapat dimanfaatkan baik untuk konsumsi manusia maupun ternak, serta bunga dari kopi juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat pakan ternak, salah satunya adalah untuk ternak lebah karena dapat menghasilkan pollen dan nektar hingga menambah pendapatan keluarga. Tanaman kopi arabika juga merupakan tanaman yang sangat ramah lingkungan mengurangi perubahan iklim dan menjanjikan sebagai pendapatan jika budidaya yang dilakukan sesuai dengan pertanian selaras alam.

Duat Sihombing (Kadiv. Advokasi Petrasa) juga menjelaskan mengapa KTB harus memberikan perhatian khusus pada pertanian. “Kita harus merawat Kelompok Tani Bersatu, tidak hanya melakukan advokasi litigasi namun juga dengan advokasi non litigasi salah satunya dengan menanam lahan kita termasuk yang sudah dirusak oleh PT. Gruti karena menjaga pertanian merupakan bukti perjuangan dan menanam adalah melawan”, tegasnya.

“Sebagai petani, harapannya KTB dapat menjaga identitas kita sebagai petani yakni hak atas tanah. Saya sendiri sangat salut dengan KTB karena perempuan juga terlibat dan berani dalam perjuangan ini dan menjadi pejuang yang berasal dari akar rumput. Tujuan KTB dengan Pertanian Organik adalah sama yakni menjaga dan merawat alam, adaptif mitigasi perubahan iklim dan Pertanian yang berkelanjutan”, tambah Gloria Sinaga (Kadiv. Pertanian – Peternakan Petrasa).

Pada sesi Budidaya Tanaman Kopi Arabika dengan Perlakuan Pertanian selaras Alam, Amang Koster Tarihoran sangat berharap agar KTB juga ikut mengembangkan PSA. Kejayaan kopi Dairi terkhusus kecamatan Sumbul dikenal dikalangan internasional itu karena tanpa menggunakan pupuk kimia. “Ini saya dengar langsung dari para tamu yang datang ke lahan saya, mereka tamu dari Korea, Jerman, Kanada, Arab Saudi, Jepang, Prancis dan beberapa tamu dari negara lain. Mereka mengucapkan terimakasih sudah merawat cita rasa kopi dengan tidak merusak alam (organik).

Tuhan sudah menyediakan semua dialam kita tinggal merawatnya, begitu juga dengan kopi. Berbanding terbalik dengan PSA, membudidayakan tanaman dengan pertanian kimia pasti akan mengakibatkan kemiskinan unsur hara, gulma dan hama semakin kebal sehingga penggunaan pupuk maupun pestisida kimia tiap tahunnya akan meningkat hingga akhirnya merusak tanah pertanian kita.

Amang tarihoran menjelaskan bagaimana budidaya tanaman kopi organik mulai dari iklim, persiapan lahan, pemilihan bibit kopi dan pelindung, pembibitan, penanaman, perawatan dan pemangkasan, hama dan penyakit dan produk asupan organik. Petani kopi banyak beralih ke tanaman lain karena harga jatuh (murah) dan beralih ketanaman hortikultura. Peralihan itu akan menciptakan kemiskinan baru karena modal yang besar dan pengetahuan kita yang minim juga mengakibatkan petani sangat rentan dengan kegagalan, istilahnya gali lobang-tutup lobang.

Saya sangat berterimakasih kepada kopi, karena kopi yang menyekolahkan anak-anak saya dan menyediakan kebutuhan (sumber pendapatan) keluarga kami. Kita harus mencintai, mengenal karakter dan varietas kopi yang kita tanam, sehingga kita dapat mengetahui cara pengembangan kualitas dan produktivitas kopinya”, tutur Koster Tarihoran.

Menutup kegiatan hari ini, Hamonangan Sihotang (Sekretaris KTB) menyampaikan banyak terimakasih atas pelatihan ini. KTB merupakan perkumpulan yang berdaulat, demokratis, mandiri dan tidak merupakan dari organisasi politik, selain berjuang mempertahankan hak atas tanahnya, KTB juga konsern dalam peningkatan kualitas pertanian dan sumber pendapatan keluarga. Salah satu tanaman yang dibudidayakan oleh anggota KTB adalah Kopi Arabika. Namun kualitas dan produktifitas masih menjadi masalah utama. Sebagai hasil dari kegiatan ini, KTB akan mengawali pengembangan Pertanian Kopi Arabika Organik dengan membuat pembibitan kopi dimana kopi tersebut akan ditanam dilahan-lahan anggota KTB, dibudidayakan, dirawat dengan dengan perlakuan Pertanian Selaras Alam.